Part 1

1.5K 175 9
                                    

Musik mengalun dengan merdu di setiap sudut. Membisikkan melodi-melodi halus yang mampu menggetarkan kalbu yang mengajak semua insan untuk saling merayu mendayu. Hentakkan manis menemani setiap jalan para pria dan wanita dengan pakaian mahal dengan desain yang menakjubkan mata. Remang cahaya tak luput membangkitkan gairah berpesta. Memberikan siapa saja tenaga untuk berdansa sepanjang malam. Suara gelas yang berdenting, dipadu dengan larutan tawa menggema di setiap sudut, menambah hingar bingar keceriaan. Senyuman itu, tak akan pernah hilang. Selalu bertambah lebar setiap mata tak pernah berhenti memandang. Menggaet wanita tercantik untuk dijadikannya sebagai budak pestanya. Dibawanya ke pusat, menginginkan perhatian yang sebesar-besarnya, menandakan bahwa Sang Penguasa sudah siap.

Sorak-sorai terdengar ricuh. Berkumpul menjadi satu, suara memuja, penuh dengan dambaan. Siapa yang tidak akan tergoda dengan mata bulat dengan tatapan tajam mengancam, hidung mancung, bibir tebal dengan senyuman khas yang terlihat manis, walau terkadang lebih terlihat mematikan, badan tegap dengan kaki panjang, membuat tubuhnya menjadi tampak proporsional? Mana mungkin ada makhluk yang bisa menolak pesona pria itu. Begitu memabukkan sampai rasanya merasuk sampai ke tulang. Berbanding terbalik dengan pribadinya yang ceria, penuh tawa dengan lelucon gila yang sering kali dilontarkan. Membuat semua orang tertawa. Membuat semua orang menyukainya.

Suasana yang terasa begitu menyenangkan berubah menjadi begitu mencekam dengan adanya suara ketukan halus dari luar. Siapa yang berani mengganggu pesta tengah malam ini? Pintu megah itu terbuka, menampilkan sesosok wanita tua dengan jubah kusam, kumal dengan bau aneh yang membuat semua yang terlewati menutup hidung sekalinya. Menarik perhatian orang sekitar, berjalan lurus, terlihat tidak terganggu dengan reaksi yang ditimbulkan. Wajahnya tertunduk, namun menatap dengan mantap pria itu, Si Penguasa dengan tatapan memelasnya. Terlihat begitu rapuh dengan penuturan tak masuk akalnya. Sang Pangeran menggeram rendah. Kemudian, tertawa dengan deretan gigi rapinya, menimbulkan seringai terlampau jelas. Pria tampan itu mencemoohnya. Parah. Menyakitkan hati, membuat merasa kecil, merasa tidak berdaya. Terlebih lagi ketika mengajak yang lain untuk ikut menghina lebih dalam. Hanya untuk sesuap nasi, hanya untuk seteguk air, begitu kejam yang didapatkan. Tak ada yang bisa diharapkan.

Pria itu punya semuanya. Hanya saja terlalu arogan untuk mengerti keadaan.

Wanita tua itu, dengan seringaian yang lebih menakutkan, membuka tudung jubah yang menyelimuti permukaan kulit kasarnya. Menampakkan wujud sebenarnya. Rambut kusam putihnya berganti menjadi rambut hitam legam dengan kilauan di setiap helainya. Badan ringkih terganti dengan badan idaman setiap wanita, begitu menakjubkan. Wajah kusam itu berganti menjadi wajah penuh kesucian dan kecantikan, bak Afrodit. Bahkan pakaian kusam itu berubah menjadi indah, menawan, tak berbeda jauh dengan yang dipakai wanita tercantik yang ada di sebelah Sang Pangeran. Wanita itu erjalan mendekat, menyentuh seluruh pahatan wajah yang rasanya sempurna itu. Tersenyum melihat tak ada cacat yang tercipta.

“Aku sudah melihat semua yang ada di dalam hati kecilmu itu, nak.” Ujarnya dengan suara yang dapat menulikan pendengaran, begitu merdu, seperti alunan sebuah piano. “Jauh di dalam hati kecilmu, hanya seorang pangeran tampan dengan semua miliknya. Namun,”

Dia mengelilingi tubuh tinggi pangeran. Merasakan yang sebenarnya. “Sombong. Arogan. Angkuh. Bertingkah jijik ketika seorang rendahan meminta bantuan.”

Pandangannya beralih pada setiap manusia yang ada di sana. Masih terpaku dengan sosok secantik Dewi Venus itu. Dia tersenyum, menatap kembali ke arah Sang Pangeran yang menatapnya penuh sangsi.

“Kutukan.”

Dalam hitungan detik, kekacauan terjadi begitu saja. Mengutuk apa saja yang ada di dalamnya. Mengubahnya menjadi apa saja, sesuai dengan isi hati Sang Penyihir. Menciptakan aura mengerikan dalam istana yang seharusnya penuh gelak tawa. Mengunci seluruh keindahan yang ada. Termasuk dengan merubah bangunan megah itu menjadi bangunan menyeramkan dengan semak belukar yang menutupi bersama dengan salju abadi. Tersenyum penuh kemenangan.

Beauty and The Beast [Harukyu Version]Where stories live. Discover now