Part 5

463 130 5
                                    

Geraman kesakitan terdengar kembali setelah satu kelopak mawar terjun menyapa dasar tabung. Jatuhnya manik harapan itu selalu disertai dengan raungan kesakitan dari para penghuni. Setiap satu kelopak jatuh sama berharganya dengan diri mereka. Semakin banyak kelopak mawar yang jatuh, semakin besar pula perubahan pada diri masing-masing. Semuanya akan semakin mendekati pada bentuk saat ini. Semakin jauh pada kenyataan untuk kembali. Jam besar itu kembali memuntahkan skrupnya, membuat jarum jam bergeletak tidak beraturan di lantai. Hyunsuk yang merasakan badannya tidak nyaman harus memasangnya kembali, membetulkan anak jarum yang berputar tidak terkendali.

"Ibu, badanku sakit." Keluhan Junghwan mengalihkan perhatian. Selama ini tak pernah ada keluhan dari anak manis yang berubah menjadi cangkir itu. Sungguh malangnya anak kecil tanpa dosa yang menjadi korban dari keserahakan manusia dewasa. Hyunsuk sendiri menatap kedua tangannya yang dipenuhi dengan lilin putih. Dia tahu, dia juga semakin melogam. Badannya terasa membeku, semakin keras, tidak lagi selentur dulu.

"Teman-teman, waktu kita sebentar lagi habis! Kita harus membuat Tuan menyatakan cintanya pada Tuan Junkyu."

Dia menoleh kepada benda-benda yang ada di sampingnya. Dia tersenyum. Kelopak masih tersisa dua. Masih ada waktu. Dia harus membuat tindakan sebelum menyesal. "Kita siapkan pesta malam ini." Teriakan itu disambut sorakan riang dari benda-benda lainnya.

Masih ada kesempatan. Jika kesempatan tidak datang, mereka sendiri yang akan menjemputnya.

Dia tidak akan membiarkan waktu mengikis bahkan menghapus eksistensinya.

-

Si Buruk Rupa menggeram cemas. Saran yang diberikan oleh Kepala Pelayan kepercayaannya membuatnya sakit kepala. Betul. Sangat betul. Dia memang sudah terpikat oleh pesona pemuda desa yang manis itu. Tetapi dia merasa tidak pernah sepayah ini untuk memulai. Dia tidak tahu apa-apa soal lelaki manis itu. Dia tidak tahu bagaimana membuatnya terpana. Jika dahulu dia bisa menjerat siapapun hanya dengan bernapas, kali ini apa? Apa yang bisa diharapkan dari makhluk jelek, berbulu dan ganas sepertinya? Bahkan semut pun enggan menampakkan tubuh kecilnya di depan maniknya. Lalu, apa-apaan dengan mengajak Junkyu? Mengajak pemuda manis itu untuk berdansa di tengah ball room usang miliknya. Mana mau itu menerima ajakannya. Pikiran-pikiran bermuatan negatif terus saja menyeruak keluar. Sungguh sama sekali tidak membantu rasa rendah dirinya. Terlalu pesimis sebelum memulai.

"Tuan,"

Tatapan memelas Hyunsuk membuat dia semakin membuang muka. Hyunsuk yang mengoceh, jujur agak membuatnya naik pitam. Namun, celoteh itu bukanlah celoteh tidak berdasar. Semua ada alasannya. Hyunsuk tidak akan mengoceh jika saja ini bukan konsekuensi dari arogansinya. Netranya menoleh, memindai tabung yang dia jaga dengan penuh kehati-hatian. Dirinya berjengit kesal ketika melihat tangkai mawar yang sebentar lagi gundul. Dia tahu waktunya semakin sedikit, tetapi dia tidak mengira akan secepat ini.

Hyunsuk benar.

Semuanya benar, apa yang dikatakan oleh Hyunsuk. Waktu sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi. Bagaimana pun juga dia punya tanggung jawab yang lebih di sini. Selalu dengan geraman khasnya, dengan percaya diri, dia pergi membuat Hyunsuk mengekorinya. Dia berjalan ke luar dari sayap barat,  mendekat ke arah kamar yang semakin lama semakin hangat. Tiba-tiba saja, rasa percaya dirinya menurun. Perasaannya sungguh tidak karuan. Perasaan yang selama ini tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Dia menatap sebal pada Hyunsuk yang sedari tadi menatapnya, memberikan kata-kata penyemangat yang sialnya malah semakin membuatnya gelisah.

"Ayo, Tuan pasti bisa."

Kaya pengantar semangat itu membuat Si Buruk Rupa memantapkan hatinya. Tangan besar, berbulu dengan cakar hitamnya dia dekatkan pada papan kayu yang berdiri gagah di depannya. Begitu kokoh, sampai rasanya seperti mengejek keberaniannya. Dengan cepat, dia mengetuk pintu itu.

Beauty and The Beast [Harukyu Version]Where stories live. Discover now