Part 3

537 123 2
                                    

"Bersulang untuk Park!"

Clang!

Suara dentingan gelas yang berisi penuh bir memenuhi suasana petang di desa kecil itu. Berpesta pora mengabiskan malam dengan cengkerama tak beralur disertai dengan nyanyian kesenangan. Semua orang menikmatinya. Semua orang memujinya. Seorang mantan tentara pasukan khusus dengan ketampanan tiada tara. Jangan lupakan isi dompetnya. Senyuman mematikan selalu saja menjadi buah bibir para wanita dan pria yang dengan sengaja selalu datang setiap malam di kedainya.

Park Sunghoon, pria yang menobatkan dirinya sebagai pria terkuat, terhebat dan tertampan di penjuru desa hanya tertawa mengejek melihat lautan manusia memenuhi kedainya yang semakin menggunungkan hartanya.

"Lihatlah orang-orang itu, aku bahkan merasa kasihan dengan mereka. Baru kuberikan satu pesta tapi mereka begitu memujaku." Sunghoon berucap sembari meneguk sampanyenya.

Pria lain yang duduk di sebelahnya ikut menyeringai. Tampak memperhatikan manusia-manusia yang menikmati diri mereka sendiri. Menikmati perayaan yang sengaja diselenggarakn untuk menggali lebih dalam kelemahan tiap insan. Menyebarkan pengaruhnya lebih luas.

"Mereka datang karena mempercayaimu. Kau yang paling ditakuti." Sunghoon mengelus-elus kepala kecil milik orang kepercayaannya itu, dengan sedikit sentakan. "Tentu saja, Riki. Tentu saja. Akan kubuat mereka tidak lupa siapa tuan tanah di sini."

Keramaian pesta itu meredup ketika adanya sebuah teriakan mengganggu dari seorang pria tua dengan pakaian compang-camping. Namun, tentu saja dia bukan pengemis. Semua orang di desa mengenalnya sebagai Si Tangan Ajaib. Dia tampak linglung dan berbicara tidak jelas dengan suaranya yang hampir habis. Melihat hal ini tentu saja membuat Sunghoon geram. Dia sama sekali tidak mengundang pria tua itu.

"Tolong! Siapapun! Siapapun yang cukup kuat untuk membawa putraku kembali! Aku minta tolong!"

Mendengar kata 'putra' membuat Sunghoon menyeringai. Dia tahu betul siapa pria tua yang baru saja diremehkannya.  Tuan Kim adalah ayah dari lelaki yang diincarnya selama ini. Dia berdiri, mendekat ke arah Tuan Kim yang terlihat lebih dari kacau.

"Apa yang membawamu kesini, Tuan Kim?" Tanyanya mencoba bersikap biasa.

"Tuan Park. Tolong selamatkan putraku! Dia dikurung di sebuah kastil tua di daerah selatan. Tolong bantu aku."

Mata Sunghoon berkilat. Tampak jijik melihat pria tua ini menggenggam tangannya dengan sangat erat. Dia bahkan bisa merasakan keringat dingin dari tangan bergetar itu. Baru saja ingin mengolok, dia bisa merasakan jari Riki yang mencolek pundaknya. Dia sedikit merendahkan tubuhnya, sampai sebuah bisikan pintar masuk ke dalam telinganya.

"Sanggupi saja permintaannya, setelahnya kau minta putranya sebagai imbalan. Bersikaplah seolah kau adalah calon menantu yang baik."

Seringai muncul begitu saja. Dia segera mengatur senyum palsunya. Jika itu untuk Junkyu, maka semuanya bisa dibicarakan baik-baik.

"Santai, Tuan Kim. Mari duduk, tenangkan dirimu, lalu kita bicara."

▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Makhluk besar itu menyeret tubuhnya masuk memenuhi ruang makan. Suara hentakan kaki yang terdengar lembut, deru napas yang dihembuskan seolah-olah mengeluarkan sebuah api, begitu berbanding terbalik. Dia bisa melihat keadaan yang tertata seperti biasanya. Meja makan panjang dengan kursi-kursi mungil mengelilingi. Di belakangnya, terdapat perapian kecil penuh abu dengan api menyala, berhasil menambah kehangatan di dalam kastil yang luar biasa dingin. Dia mulai mendudukkan dirinya di kursi yang terlihat paling besar di antara yang lainnya. Kursi logam dingin yang menjadi tempat favoritnya. Matanya memindai apa saja yang dihidangkan di atas meja. Kejanggalan. Sesuatu yang membuat matanya merasa aneh ketika melihat  sebuah piring, gelas, sendok dan garpu lain yang ada di sana. Dia tentu saja tidak makan dengan alat seukuran itu.

Beauty and The Beast [Harukyu Version]Where stories live. Discover now