Yang benar saja

23 7 11
                                    

Ketika kesadaran saya adalah separuh, suara dalam memekikkan telinga keluar,

" Anak sial, padahal saat itu sudah kuperingatkan."

Streaming saya berhenti karena handphone milikku jatuh disana, saya tak tahu tepatnya tapi kejadian berulang sama seperti pada video. Aku terdiam, menerima nasib sambil memaki diri sendiri yang bodoh.

" Hah, jadi ini cara kalian mencari uang? Murahan sekali!."

Kalau bisa menjawab saya akan mengatakan ya, saya memang murahan! Terus kenapa? Saya miskin!. Bahkan orang yang miskin bisa mencuri, lantas mengapa saya yang hanya menyiarkan video malah disalahkan. Saya tidak berbuat jahat seperti mencuri tentu saja, lantas apa masalahnya?

" Ahh... Manusia akan musnah jika begini. Bajingan sekali..."

"....."

" Mereka akan mati, mereka tidak akan bisa bertahan."

' Sialan?.'

Hati saya terasa geram mendengarnya, ya, tentu saja manusia itu termasuk saya, tapi bukankah kata 'manusia' juga berarti adik serta keluarga saya. Dia berkata bahwa kami tak akan bertahan dan maksudnya mati? Apa-apaan itu?

" Kami akan hidup."

" Wah, bicara? Kukira kau bisu, haha..."

Jangan tertawakan aku, kamu kira aku tak takut disaat kepalaku menjadi taruhan? Lihat, wajahku menyentuh lantai yang kotor sedangkan diatasnya ditekan oleh bongkahan tangan dingin. Siapa yang tak takut? Saya yang takut adalah wajar.

" Bagaimana kalian akan hidup? Kalian akan mati."

Tangan yang menekan saya mulai meremukkan tulang tengkorak sehingga menyakitkan, saya menggeram. Tunggu, kamu akan membunuh saya? Sial.

Tidak. Tidak. Kamu tidak bisa.

" Hentikan."

" Lihat, manusia memang lemah."

Seakan memang tidak menghiraukan, pria tersebut menarik dan membanting kepala saya hingga berbunyi keras. Saya mulai merasa pusing, perih, darah segar mengalir melewati pelipis dan mengucapkan salam perpisahan kepada saya. Apa-apaan.

" Hentikan."

" Haha, lemah."

Bukk!! Bukk!! Buk!!!

" Loh, belum mati?."

" Henti—."

BUK!!

Aku menggeram keras,

" Argggh!!."

Sakit. Hentikan. Saya bilang hentikan, tuli!

Pria itu tertawa kecil menyaksikan pribadi saya, ah, menyebalkan. Saya mau mati! Jangan bercanda, sial. Dia menarik saya jauh dan berniat menjatuhkan tubuhku dari lantai dua.

" Hah..? Kamu. Gila."

" Gila? Hei, ini hanya gila untuk manusia, bukan aku."

Seringai jahat mengambang dengan wajah mengejek. Pria ini brengsek.

" Mari kita lihat, kamu akan bertahan atau langsung satu kelompok denganku?."

"....Gilaa..."

" Ha ha ha ha..."

Kaki saya berada pada titik dimana angin menyahut, ketinggian 3 meter ke bawah cukup untuk meremukkan saya sepenuhnya. Tanganku menggenggam lengannya yang kuat, ringkih terasa, tapi anehnya dia bisa mengangkat beban saya yang seberat 46 kg dengan mudah. Saya mendengis, mencakar lengannya sampai berdarah. Bye, itu tanda dari saya.

Streaming ServiceWhere stories live. Discover now