Tradisi

14 4 3
                                    

" Kita hidup di dunia yang berbeda, namun mengapa anda begitu memaksa?>

Kereta kuda dijalankan bergilir di antara kereta kuda lain, di antara mereka ada satu kereta kuda yang berisi satu wanita cantik. Rambutnya hitam panjang, didandani kosmetik tebal, menggunakan gaun cantik motif bunga yang anggun. Cantik sekali dia. Tak ada kata lain selain kata itu untuk menggambarkannya.

Wanita tersebut menggigit bibirnya tanpa sadar, ia berkeringat dingin namun tidak bisa berbuat banyak.

" Kenapa ini harus terjadi kepadaku?."

Walau tahu takdirnya sudah ditentukan, ia entah mengapa terus berharap akan ada pangeran tampan akan menculiknya dan membawanya entah kemana. Jauh dari hiruk pikuk disini. Kedua tangannya mengepal karena takut dan cemas, bagaimana nanti dia bisa menghadapinya? Tradisi ini...?

' Saya ketakutan..'

Dia kalau bisa ingin sekali menangis dan merusak dandanan yang sudah susah payah dirangkai oleh para Nanny beberapa jam lalu. Tapi demi rasa hormatnya, dia menahan duka, matanya berkaca-kaca tanpa bisa mengeluarkan air mata.

' Kenapa saya harus terpilih?.'

Jalur kereta terus berlalu diikuti cahaya lentera yang dibawa oleh gadis berambut bob disertai pakaian tradisional, mereka berjalan di samping kiri kanan kereta. Lalu di depan ada masing-masing pria tanggung berambut rapi mengemudikan kereta.

Gratak, gratak, gratak...

Tak ada suara beduk atau drum yang ditabuh bertalu-talu. Tak ada suara riangnya anak di orkes jalanan. Tak ada yang berbahagia malam ini, seluruh kereta berisikan satu wanita memiliki wajah berbeda-beda. Ada yang datar sampai rela menghapus riasannya karena pedih. Entah pengawal yang membawa mereka atau hanya pembawa lentera agar selamat, mereka tak tersenyum sedikit pun.

Malam ini adalah malam ritual; pujian seribu anugrah.

Sebagai rasa syukur telah dilahirkan kembali sebagai mahkluk tak kasat mata serta disegani oleh para manusia, mereka terpaksa mengikuti ritual yang diselenggarakan 2 kali setahun. Ritual yang mana memanggil sepuh tertua dan menuai nama-nama yang akan diserahkan. Nama itu akan diriasi, dipakaikan pakaian paling mewah bahkan diberikan kalung termahal sejagad raya. Walau begitu, wanita yang memakainya tidak merasa senang sedikit pun.

Malam tangis. Semua wanita sedang berduka karena mereka akan dikirimkan sebagai ibu yang akan mati. Dibuat mengandung dengan cara dinikahi atau dibuat mengandung dengan cara abnormal, semua itu tergantung pada keberuntungan mereka masing-masing nanti. Bagaimanapun, tugas mereka hanya sampai disitu. Selepas generasi baru dilahirkan, si ibu harus meregang nyawa sebagai taruhan dari ritual tersebut. Wanita yang satu ini tahu sekali dengan hal itu, karenanya walau nanti harus mengandung dengan cara abnormal, setidaknya dia mau membelai anaknya saat dilahirkan. Setidaknya begitu.

Walau... Walau dia tak bisa membesarkan anak itu, memberinya kasih sayang atau kecupan sebelum tidur. Melihatnya berjalan untuk pertamakali. Melihat keimutannya saat berusaha makan sendiri. Walau begitu... Setidaknya izinkan dia membelai anaknya saja. Wanita ini tak sanggup membayangkan anaknya nanti tumbuh sendirian.

' Saya tetap berharap yang terbaik untukmu, nak.' Batinnya untuk anaknya menjelang.

Berharap agar anaknya bisa tumbuh baik dan berbudi pekerti luhur, mengetahui hal itu sudah cukup. Benar, hanya itu.. Jadi tolong dapatilah kehidupan yang baik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Streaming ServiceWhere stories live. Discover now