52. Rapuhnya Nafisa

1.1K 139 2
                                    

Assalamualaikum.... Bagaimana kabar hari ini???? Tetap jaga kesehatan kalian, yaaa❤️

Alhamdulillah bisa Up bab 52💙💕

Username mana saja, nih, yang hadir membaca AMILA bab 52????

Jangan lupa Vote dan komen yang baik-baik, yaaaawww❤️❤️❤️

Langsung aja cusss.....

SELAMAT MEMBACA ❤️💙❤️💙❤️

52. Rapuhnya Nafisa

“Seseorang yang terlihat baik-baik saja di luar, belum tentu di dalam hati nya dia juga baik-baik saja. Bisa saja, orang itu tengah menutupi hati nya yang tengah gelisah dan gundah.”

Amila

*****
“Kalau kamu memang sudah mantap dan yakin sama Lutfi, kami sebagai teman sekaligus sahabat ngikut aja dengan pilihan mu, asalkan kamu bahagia dengan nya.” ujar Nafisa mewakili teman nya yang lain. Sayyidah tersenyum haru.

“Benar kata Nafis, bagaimana pun juga, kamu yang bakalan menjalani hidup dengan dia, kami dukung apapun keputusan mu.” sahut Nabila.

“Tapi ingat satu hal, Say, jangan menikah karena paksaan dari siapapun. Menikahlah kalau kamu benar-benar siap. Lagipula tahun ini kamu masih study di sana, selesaikan dulu pendidikan mu.” ujar Mila menasihati teman nya. “Bagaimana pun juga kamu bakalan jadi Madrasah pertama untuk anak-anak mu,”

“Iya, Ning ku, makasih banyak nasihat, restu, dan waktu nya untuk hari ini.” balas Sayyidah.

“Gak usah bilang makasih segala, kali, ini kan udah jadi tugas kita sebagai teman, untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain—” ucapan Nafisa di potong oleh Nabila.

“Saling menasihati satu sama lain, dan saling mengingatkan ketika satu diantara kita salah langkah.”

Nafisa mengangguk. “Emm,”

Mila menyimak percakapan teman-teman nya pagi ini dengan senyum tipis yang terpatri di balik cadar yang di kenakan nya.

Kata nya, menjalin hubungan persahabatan bertiga, berlima, bertujuh, dan dalam jumlah personil ganjil itu merumitkan. Hubungan persahabatan dalam jumlah pasti akan ada yang berpasang-pasangan. Sementara yang satu tidak ada pasangan. Dan berakhir mengasingkan diri karena merasa tak dianggap.

Sebenarnya rasa ‘terasingkan dan tak dianggap’ itu datang dari pikiran negatif kita sendiri. Tidak semua sahabatan berlima itu merumitkan. Semua hubungan akan berjalan lancar ketika kita memahami dan saling percaya satu sama lain serta tidak terus-terusan berpikir negatif. Karena pikiran-pikiran negatif itu yang membuat kita seperti ‘tak dianggap dan di asingkan’

Keadaan tiba-tiba saja hening. Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara lagi. Nabila, Nafisa, Ning Mila masih bertahan menatap layar meski mata mereka sudah mulai perih. Sementara di sana, Sayyidah malah memotong kuku nya dan Ahla malah memakai skincare nya.

AMILAWhere stories live. Discover now