13

75 24 8
                                    

—Satya's

"Lurus dikit kan ada barber shop tuh. Tau kan? Nah, iya sebelahnya situ. Percetakan Cakra namanya. Itu Mas Abe yang punya."

Gue menghisap gulungan nikotin di sela kedua jari sambil mendengarkan obrolan dua orang di depan gue. Umar dan Raihan, mereka lagi asik ngobrol soal percetakan yang bagus tapi harganya terjangkau di sekitaran Kampus.

"Mas Abe tuh karyawan percetakan depan sini kan? Dia buka sendiri?" tanya gue sambil membuang abu rokok ke asbak.

"Iya," jawab Umar. "Kalau ke percetakan depan lama antrinya, mending langsung ke Mas Abe. Tapi belum banyak yang tau sih kalau dia buka sendiri."

"Nanti gue coba deh," kata Raihan.

Gue menoleh ke Raihan, "Kapan sih Dekan Cup FIB?"

"Bulan depan, tapi akhir-akhir."

"Terus? Kenapa baru ke percetakan?"

"Biasa lah, PDD bermasalah. Miskom, jadi telat banget baru mau nyetak ID card sekarang."

"Buset," respon gue dan Umar berbarengan.

Ada banget gilanya. Yakali nyetak ID card panitia H-1 bulan acara. Mana panitia Dekan Cup nggak sedikit. Apa nggak ketar-ketir tuh?

"Kata cewek gue sih, anggota sama koornya nggak klop gitu. Terus ada yang bentrok sama panitia osjurnya Sasindo juga," curhat Raihan. "Padahal dari awal udah jelas acaranya kapan, osjur dia sampai kapan. Kan bisa dikira-kira, kalau sekiranya bakal keteteran ya jangan ngoyo."

"Sasindo masih osjur?" tanya Umar.

"Masih," angguk Raihan. "Lo liat sendiri kan di koridor samping situ? Banyak properti lagi dijemur. Buat pagelaran awal bulan besok."

Oh iya, gue inget. Acara osjur Sasindo selalu ditutup dengan agenda pagelaran drama. Propertinya bikin sendiri, makanya nggak heran kalau sebulan terakhir ini gue suka liat anak Sasindo gotong-gotong kardus lah, ember lah, macem-macem deh. Mereka juga wajib pakai name tag segede bungkus Indomie. Nama panggilan ditulis pakai huruf kapital, logo FIB sama Universitas di sebelah kanan, dan logo HIMA Sasindo di sebelah kiri.

Pokoknya kalau masih maba tuh keliatan banget deh. Yang wajahnya masih lugu, dandan rapi, pakai name tag. Kecuali Sasing, HI, Ilpol, Sejarah, sama apa lagi ya? Sejauh ini gue baru tau empat itu aja sih. Mabanya bebas name tag dan osjurnya nggak aneh-aneh.

Ah, ngomong-ngomong soal Sasing, gue jadi inget Fira.

Haha... Fira. Udah sebulan nih gue didiemin, tanpa ada kelanjutan setelah insiden gue nganter dia pulang waktu itu. Gue ulangi sekali lagi, sebulan.

Gue udah nahan banget buat nggak ngantin di FIB dengan harapan dia bakal ke FISIP atau merasa ada yang kurang karena tiap dia ngantin nggak ada gue. As expected, Fira memang beda. Taktik gue nggak berhasil, yang ada malah guenya yang sakau.

Kenapa? Mau ngetawain? Gih, ketawa sepuasnya. Sekencang-kencangnya kalau bisa. Sampai Fira dengar dan akhirnya ingat kalau dia punya kenalan namanya Satya, anak FISIP yang pernah ngembaliin dompet dan gantungan kuncinya, yang pernah ngajak dia makan ketoprak kemudian nganterin dia sampai rumah dengan selamat.

Gue nggak pernah dianggurin sama perempuan sampai sebulan lamanya. Biasanya, setelah gue nganter pulang atau ngajak jalan bareng, si cewek bakal meramaikan notifikasi di ponsel gue. Kemudian berlanjut ke agenda jalan berikutnya, entah makan bareng, nonton bareng, nemenin dia nugas, apapun. Mungkin ini teguran dari Tuhan atas kesombongan gue selama ini. Atau mungkin ini adalah jawaban atas doa para cewek yang gue tinggalin gitu aja. Katanya doa orang yang tersakiti lebih berpotensi buat dikabulin ya?

Maybe, ProbablyWhere stories live. Discover now