4. Cinta yang Kandas

55 10 8
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

***

Bukan tidak pernah jatuh cinta. Hanya saja selama ini cintaku kandas dan berakhir terluka. Jadi, tidak salah kan kalau aku menjadi lebih pemilih? Karena lelah jika harus jatuh cinta dengan orang yang salah.
~Aurelia Almashyra~

Menua Bersamamu
Rani Septiani

***

Peringatan!!!
Terdapat kata-kata kasar. Bukan untuk ditiru!!!

***

Selamat membaca ❤

***

Aurelia tiba di rumah dan langsung menaruh tas di kamar. Berjalan menuju kamar mandi di sudut kamarnya untuk mencuci tangan dan kaki. Ingin segera mandi karena sudah berkeringat tapi diurungkannya karena suhu badannya masih terasa panas, sebab tadi sepanjang jalan matahari masih bersinad terik. Perutnya terasa lapar membuat langkah kakinya membawa dia menuju dapur. Sepi. Satu kata yang menjelaskan keadaan rumahnya, maklum Aurelia adalah anak kedua. Sedangkan kakaknya sudah menikah dan tidak tinggal bersama di rumah ini. Kalau orang tua Aurelia memiliki bisnis mengelola ayam potong di Tenggarong, Samarinda dan Muara Jawa. Tepat minggu ini jadwal orang tuanya mengontrol bisnis itu sehingga dalam waktu satu bulan biasanya sekitar seminggu Aurelia akan sendirian di rumah.

Aurelia membuka kulkas dan mengambil sosis rasa ayam. Lalu menuju keranjang bumbu dapur untuk mengambil bumbu nasi goreng instan. Tidak lupa Aurelia juga mengambil telur. Membuat nasi goreng sosis dengan telur mata sapi adalah jalan ninjanya disaat lapar. Setelah selesai, Aurelia membuat marjan rasa cocopandan ditambah es batu. Aurelia membawa makanan dan minumannya ke meja makan dan mulai menikmati makanannya itu.

"Eumm. Harum juga nasi goreng buatan aku. Udah cocok nih nyiapin sarapan buat suami dan anak," celetuknya sambil nyengir. Lisannya memang berkata seperti itu, tapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia belum siap untuk menikah.

Baru di suapan kelima, tiba-tiba memori Aurelia mengarahkan ingatannya pada saat SMA kelas 10.

"Muka kamu pucet," tegur seseorang yang tiba-tiba berada di samping Aurelia. Padahal tadi dia ada di belakang, ucap Aurelia dalam hatinya. Saat ini mereka sedang upacara, biasanya Aurelia di barisan depan atau tengah. Tapi karena dia telat ke lapangan, akhirnya dia kebagian barisan agak belakang. Dimana barisan agak belakang sampai ke paling belakang adalah barisan cowok.

"Sakit?" tanya laki-laki itu lagi.

Mata Aurelia mulai kunang-kunang. "Iya aku lagi nggak enak badan. Pusing."

"Ngapain ikut upacara? Ya udah aku anter ke kelas." Yang dimaksud kelas adalah kelas yang dikhususkan untuk mereka yang tidak kuat upacara atau yang terlihat ciri-ciri akan pingsan. Karena kalau dibawa ke uks semua pasti bakalan penuh.

"Aku kuat kok," jawab Aurelia lagi.

"Jangan maksain. Lagian nggak ada yang marah kalo kamu nggak ikut upacara karena emang kondisi kamu lagi nggak sehat gini. Justru aku bakalan marah kalo kamu maksain upacara."

Akhirnya Aurelia nurut untuk diantar ke kelas. Lelaki itu pun sudah menghilang dari pandangan Aurelia dan ternyata dia kembali dengan membawakan nasi goreng.

"Makasih Nafiz."

"Habisin nasi gorengnya. Aku ke lapangan lagi," pamit Nafiz sebelum pergi.

Membuat bibir Aurelia membingkai senyuman. Aurelia suka cowok itu. Sikapnya akan sangat perhatian jika Aurelia membutuhkan bantuan. Tapi sikapnya akan tampak biasa saja saat dikeramaian. Aurelia suka sikapnya itu.

Hingga suatu ketika di perpustakaan sat jam istirahat, Aurelia melihat Nafiz sedang duduk berdua dengan Bulan. Ya, tidak berdua banget karena di sana juga ada teman Nafiz dan teman Bulan. Tapi ada jarak antara Nafiz, Bulan dengan teman-teman mereka.

Aurelia berbalik badan dan diketahui Nafiz. "Aurel?" panggil lelaki itu.

"Jangan ribut di perpustakaan." Hingga teguran datang dari penjaga perpustakaan.

Aurelia berlari dan dikejar. "Apa?!" sentak Aurelia.

"Kamu kenapa?" tanya Nafiz santai. Seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kamu tanya aku kenapa? Kamu ngapain sama dia? Oh, atau bener ya kata temen-temen aku kalo kalian udah jadian?" Aurelia mulai terpancing emosinya. Niatnya tadi ingin menghindar dan menenangkan pikirannya, tetapi Nafiz malah mengejarnya.

"Iya kita udah jadian. Puas kamu?!" tantang Nafiz membuat Aurelia tidak habis pikir.

Aurel mengerutkan keningnya, ternyata benar cowok yang disukainya sudah jadian. "Tega kamu. Katanya kamu cinta sama aku. Mana janji kamu yang bilang nggak bakalan pacaran sama siapa pun?"

"Aurel Aurel. Waktu itu aku emang cinta sama kamu. Tapi kamu jelas-jelas nolak aku. Apa aku salah jadian sama Bulan? Nggak salah kan?" Nafiz sepertinya benar-benar sudah memancing kemarahan Aurelia.

"Tapi kamu tau penyebab aku nolak kamu karena aku emang nggak mau terikat pacaran?! Kamu tau kan kalo aku juga cinta sama kamu. Jahat banget tau nggak!" protes Aurelia karena tidak terima kalau Nafiz jadian dengan Bulan.

"Sorry Aurel. Aku nggak bisa ngejalanin kisah cinta tanpa adanya ikatan." Alasan apa yang dipakai Nafiz ini? Jadi Nafiz hanya mementingnya status pacaran daripada menjaga hatinya agar tetap untuk Aurelia?

"Terserah! Kamu pembohong, kamu ingkar janji. Emang ya, omongan playboy kayak kamu itu nggak bisa dipegang."

"Kamu jadiin Bulan pelarian?! Gila ya kamu."

"Cinta ada karena terbiasa. Biarin aja awalnya pelarian, nanti juga muncul cinta." Nafiz seenaknya saja menjawab seperti itu membuat Aurelia ingin melempar tempat sampah ke Nafiz.

"Apa cinta sebercanda itu buat kamu? Kamu cintanya sama siapa, jadiannya sama siapa. Jangan pernah permainin perasaan Bulan, biar gimana pun dia temen aku!" Sebenarnya Aurelia tidak ingin temannya terikat pacaran, tapi kalau Aurelia langsung meminta Bulan untuk putus. Bukankah nanti Bulan akan salah paham? Mengingat rumor kedekatan antara Aurelia dan Nafiz sudab terdengar sejak awal semester satu hingga mendekati akhir semester 2. Sepertinya Aurelia harus mencari cara agar Bulan tidak terikat pacaran, apalagi sama cowok playboy kayak Nafiz. Begitu pikir Aurelia pada saat itu.

Setelah mengatakan itu, Aurelia langsung berlari menuju kelasnya. Padahal hari ini Aurelia ulang tahun, dan Aurelia ingin ucapan dari Nafiz. Ternyata cowok itu malah sudah berpacaran dengan teman sekelasnya.

"Brengsek," maki Aurel dengan pelan. Dadanya bergemuruh, napasnya terasa sesak, perlahan tapi pasti pipinya terasa memanas karena air mata yang mulai turun. Aurelia mengepalkan kedua tangannya.

"Jadi, pernyataan cinta dari dia, janji untuk melamar nanti setelah lulus kuliah. Semua itu cuma omong kosong?"

"Uhuk uhuk." Karena melamun terlalu lama, Aurel sampai tidak sadar kalau terus menyuapkan makanan.

Segera Aurelia meminum sirup buatannya setelah batuknya reda. Dan tanpa terasa ternyata kedua pipinya terasa basah. Biar bagaimana pun, Nafiz adalah cinta pertamanya. Aurelia bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta, tapi sekalinya cinta bakalan dijaga dan susah buat pindah ke lain hati.

***

Jadi begitu kisah cinta Aurelia di masa lalu. Ada yang masih penasaran nggak sama kisah cinta Aurelia yang lain? Atau kalian penasaran sama kisah cinta Fatih? 😆

Yuk vote dan komentar sebanyak-banyaknya agar saya semakin semangat update cerita Menua Bersamamu. Terima kasih orang baik. ❤

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share quotes from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama. Dan shalat tepat waktu yaa.

Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang