03 : karin and wija's father

3.1K 341 29
                                    



Wija menghentikan jalannya. Menghalangi perempuan dari fakultas sebelah yang sekarang menatapnya dengan keringat dingin, takut di apa-apain.

Hendery dan Giselle pun diam. Saling melempar tatapan tanya.


"Kenal Karin gak lo? Punya nomornya gak?" Tanya Wija. Gak seperti bertanya, lebih seperti menekan.

Si perempuan mengangguk dan menyerahkan ponselnya. Cepat diambil Wija, lalu menambahkan nomor ponsel Karin ke kontaknya begitu ketemu.


Dia sudah di teror oleh bunda untuk cepat menghubungi Tempat isi ulang yang dulu, tapi Wija masih belum melakukannya karena bingung harus meminta ke Karin yang notabene nya tidak dekat. Asemnya juga, di maps tidak ada nomor telfon tertera.

Kalau pergi ke tempatnya, ah malas.


Wija langsung mendorong si perempuan pergi usai menyerahkan ponselnya kembali.

Kini Giselle dan Hendery mesem-mesem, merangkul Wija dan memberinya berbagai godaan.

"Cieeee, mau pdkt lo?"


Sudah Wija duga ini akan terjadi. Cewek yang banyak gaya ini menautkan alisnya, bertingkah seakan dirinya sangar. Padahal dua temannya melihat dia dengan tatapan mengejek.

Pukulan agak keras dilayangkan ke bahu Giselle.

"Jangan mikir aneh-aneh ya lo! Ini karena nyokap gue nyuruh. Karin jualan isi ulang air, dan nyokap gue pengen langganan" Jawab Wija kesal.


Hendery bersiul.

"Berarti ini tahap awal pendekatan tau"

Rokok dimulutnya di samber Wija. Kurang ajarnya dia melempar batang yang lumayan mahal itu ke tanah dan di injak-injak. Yah Wija kalau mengamuk begini, kekanakan.


"Anying lo Ja, sekarang rokok makin mahal!" Hendery berucap begitu, tapi tangannya ngeraih kantongan. Ngeluarin sebatang rokok lagi.


Wija berdengus malas. Langkah mereka mulai jalan. Sambil Wija bilang kepada mereka dengan ekspresi yang lebih senang sekarang.

"Ngomong-ngomong pdkt, lo udah pada tau belum? Gue udah deket sama cewek yang kadang-kadang satu kelas sama kita" Ucap dia bangga.


Bibir Giselle maju, "Sombong betul bocah" Makinya dalam batin.

"Emang siapeeee? Gue gak hafal soalnya sama temen-temen kita" Tanya Hendery penasaran.


Baru Wija mejemin mata, senyum lebar. Namun sudah dijeda Giselle yang mengguncangkan tubuhnya.

"Ja, Ja. Karin, Jaaa"


Mau tidak peduli sih, tapi kala Wija menoleh ke parkiran. Loh? Memang ada Karin sih disana, tapi bukan itu yang jadi rasa heran sekaligus kesalnya. Sebab si Karin itu lagi garuk-garuk belakang leher sambil terkekeh ngobrol ke gebetannya.

Gebetannya Wija, si cewek pdkt yang dimaksud tadi.


"Ngapain tuh monyet sama gebetan gue bangsat" Gumam Wija emosi.

woman • winrinaWhere stories live. Discover now