10: young and dumb

2.2K 258 14
                                    


song | the flying pickets - only you



"Karin, kamu tau gak Wija kemana? Dari tadi siang sampai mau gelap gini belum balik-balik" Ucap bunda Wija khawatir. Pula dengan Karin yang mendengarnya.

"Loh terakhir pamit kemana tante?" Tanya Karin.

"Cuma pamit pergi sebentar, saya kira cuma jajan atau apa. Tapi dari tadi gak balik, saya tanyain Giselle Hendery juga pada gak tau" Wanita itu mulai mengeluarkan cairan bening. Kentara sekali khawatirnya.


Ditengah bingungnya Karin, ayah Wija datang.

"Kamu, cari anak saya sekarang. Dan kalau ternyata dia sampai aneh-aneh gini gara-gara kamu, saya gak akan tinggal diam" Ujarnya tegas.



[]



Karin yang harusnya hari ini sibuk nganter galon jadi dia tunda dulu. Motornya yang juga bensinya harusnya cukup buat beberapa hari kedepan mungkin akan habis, karena dia berkeliling mencari Wija.

Karin juga mencoba menghubungi orang-orang yang dekat dengan Wija, barangkali dapat informasi. Tapi nyatanya tidak.


Dia juga tidak bisa menghubungi nomor Wija, meskipun lewat panggilan berbayar. Kurang ajar makhluk kecil itu, benar-benar membuat Karin khawatir.


Kala matahari sudah mengucap selamat tinggal, Karin membawa laju motornya kembali ke perumahan tempat Wija tingggal. Dia berdiam di depan gerbang perumahan sejenak selama beberapa menit. Berpikir apa yang harus dia katakan.

"Om, Wija gak ketemu" Terlalu santai.

"Om, Wija kayaknya di culik" Bisa-bisa dia dihajar.


"Akh gimana ini" Racau Karin khawatir. Memang ketakutan dirinya akan ayah Wija cukup besar, tapi lebih besar rasa khawatirnya pada Wija yang dia sukai.

Waktu demi waktu berganti. Samar penglihatan Karin mulai kabur kala cahaya dari mobil mendekat. Dia menatap mobil itu penuh harap. Benar! Ada Wija di dalam sedang bercakap-cakap.

Bersama Bagas.


Dengan santai dan tanpa mempedulikan Karin, Wija mau lewat begitu saja. Tapi cepat Karin menahannya. "Darimana aja lo? Gue nyariin lo gak ketemu, gue telfon hp lo gak aktif, pulang-pulang lo ternyata sama si Bagas Bagas itu!" Emosi Karin naik.

Kasihan Karin. Dia sudah penuh keringat, rambutnya berantakan dan caranya berbicara ngos-ngosan.


Wija mengedikkan bahu.

"Emang ngapain lo nyariin gue? Gak ada urusan"

"Gue disuruh ayah lo!" Ujar Karin.

"Yaudah lo gak usah lebay. Gue tinggal bilang habis sama Bagas, udah bokap gue gak bakal marah" Balas Wija santai.


Karin diam. Menguatkan pegangannya pada Wija.

"Lepasin, sakit goblok!"

"Lo gak ngerti capeknya gue nyari lo! Gue itu khawatir sama lo Ja. Dan sekarang lo seenaknya sama gue"


Wija tepis tangan Karin. "Yang nyuruh lo khawatir sama gue siapa?! Emang lo pacar gue? Enggak kan! Dan lo emang gak ada niatan kan buat njadiin gue pacar?!"

"IYA. KARENA GUE MISKIN!"



Sudah. Setelah itu hening. Wija menatap Karin dengan tampang seolah ingin kelanjutan. Dan Karin yang sudah penuh amarah ingin mengatakan semuanya.

"Gue sadar diri. Lo gak akan pernah tau gimana susahnya gue suka sama orang kaya kayak lo! Belum bokap lo! Lo lihat sendiri kan gimana cara dia ngomong, cara dia merlakuin gue! Udah jelas kalau gue gak akan bisa. Apalagi nandingin si Bagas Bagas itu!"


Ah, Wija selama ini tidak kepikiran. Dia melewatkan suatu hal yang dipikirkan Karin.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sisa waktu mereka bersama, Wija tidak lagi bicara apapun. Hanya menurut saat Karin menyuruhnya naik ke motor.

Di rumah, Karin lah yang dimarahi oleh ayah Wija. Wija tanpa bisa banyak membela, menangis kala ayahnya dengan tegas memerintah Wija naik ke kamar.






lagu tambahan:
kunto aji - rehat


lebih dari apapun,
kamu cukup kok :(

woman • winrinaWhere stories live. Discover now