08 : hal-hal kecil sederhana

1.9K 279 9
                                    



Duduk berdua di atas motor Karin. Menikmati suasana kota yang sebenarnya panas, tapi anginnya sepoi-sepoi. Suara sepintas mobil dan motor bahkan terasa tidak mengganggu.

Jadi Wija baru selesai menemani Karin yang kerja sebagai fotografer tapi freelance.

Dulu waktu Wija tanya, katanya Karin "Biasa, nambah duit"



Kala lampu merah menghentikan laju motor, Karin memundurkan kepalanya. "Mau jalan kemana habis ini?" Tanyanya yang hafal dengan kebiasaan Wija.

Wija berpikir. "Gue mau ke mall"

"Yah duit gue gak cukup" Jawab Karin.


Sebuah ide muncul di kepala Wija. "Gini aja, gue yang mbayarin di mall. Lo yang mbayarin gue di tempat yang terserah lo lah"

Sejenak Karin terkekeh. Ada-ada saja. Tapi kepalanya tetap gerak naik turun setuju.



[]



"APA?!" Tanya Wija nyentak waktu ngangkat telfon dari Hendery.

"S-santai nyet elah. Nih si Giselle, katanya lo mau latihan hari ini. Kok gak dateng sih anying?" Jawab Hendery di sebrang. Wija menepuk dahinya, bagaimana bisa dia lupa dengan latihan yang biasanya selalu dia sukai.

"Duh hari ini gak dulu deh gue, bay"

"BILANG AJA LO NGE DATE SAMA KAR—" Suara Giselle yang ikutan nge gas belum terselesaikan karena Wija sudah lebih dulu menutup panggilan.



Dia merapikan helai-helai rambut dan penampilannya. Wija pandangi dirinya lama. Style outfitnya yang boyish telah kembali.

"Lebih baik jadi diri sendiri aja kalau gak nyaman. Kalau lo pengen dibilang cantik, gue yakin orang-orang udah pada nganggep lo cantik dari dulu"

Itu yang Karin bilang tempo hari pas Wija berpenampilan feminim. Dan sekarang Wija senyam-senyum sendiri mengingatnya.

"Kalau menurut lo?"

"...Cantik kok"



"Mikirin apa gue bangsat?! Njing njing njing" Ujar Wija membasuh wajahnya. Maklum, dia masih gengsi. Padahal akhir-akhir ini beberapa tanda sesusai di google 'Tanda jatuh cinta' sudah terjadi pada Wija. Dan spesifiknya, itu terjadi saat bersama Karin.

Namun masih susah dan bingung dia menerima. Belum lagi mengingat emosi Giselle dan Hendery yang bakal ngejek, dan dia yang lebih cocok menjadi bro bukannya kekasih Karin.



[]



Karin tampak agak gugup menatap menu. Gimana enggak, semua menunya bertemakan mantan.

Dasar cafe ini, seperti tidak mengerti. Ya kalau orangnya santai, kalau orangnya gagal move on bisa gawat. Mana mahal-mahal lagi. Karin kan masih tau diri.

woman • winrinaWhere stories live. Discover now