2

9.6K 586 18
                                    

"Syarat seperti apa?"

Edi mengela napas. "Sudah kukatakan jika kau setuju akan kuberi tahu. Bagaimana? Kau setuju?

"Apa saja yang kudapat selain jadi cantik dan awet muda?" Mayang penasaran. Ia tak mau jika nanti keputusannya membuat penyesalan.

"Kamu juga akan mendapat hidup abadi Mayang. Kau banyak memiliki kesempatan untuk menikmati hidup. Bahkan jika nanti aku mati lebih dulu." Edi mengatakan dengan pasti.

Mata Mayang berbinar. Jika benar ia akan Abadi, ia tak perlu takut lagi memikirkan kematian. Ia bukan hanya bisa menjumpai anak cucu, namun juga cicit-cicitnya kelak.

"Aku mau," ucap Mayang akhirnya.

Suaminya mengulum senyum.

Pertama-tama Edi membuka penutup botol, meminta Mayang menganga lalu menuangnya ke mulut sang istri beberapa tetes. Setelah ritual itu. Wajah Edi tampak lega. Ada beban yang terlepas dari rongga dadanya.

"Sebelum kau tahu syaratnya, kau harus tahu ini adalah minyak kuyang. Apa kau pernah dengar?" Edi memastikan.

Mayang membeliak. Ia merasa jadi manusia paling bodoh sekarang, sebab tak menanyakan hal itu lebih awal. 

Minyak kuyang bukan membuat orang hidup abadi, namun tepatnya susah mati. Selain itu, ia akan di tuntut terus menerus mencari darah ibu yang melahirkan atau janin untuk di jadikan makanan. Mayang bergidik. Apa ia akan jadi mengerikan seperti itu.

"Apa kepalaku akan terlepas dari badan setelah ini?"

"Tidak sekarang. Itu akan mulai terjadi jika kau memenuhi syaratnya. Setelah menelan minyak tadi, kau sudah tak boleh bersyahadat!"

Lagi-lagi Mayang membeliak.

"Astagfirullah! Kau menukar tauhidku dengan ini Edi? Tega sekali kau!" Penglihatan Mayang mulai samar sebab matanya kini berembun.

"Selalu ada harga untuk setiap keinginan Mayang. Kau yang bodoh, tak tahu itu!" Edi mengatakannya dengan jengkel.

"Aku tak mau melakukannya. Kau suami biadab Edi! Sungguh aku tak mau melakukannya. Ini gila!"

"Aargh!" Mayang tiba-tiba mengerang kesakitan. Perutnya perih seperti disayat-sayat.

"Jika kau tetap menentang. Minyak yang sudah kau telan tadi, akan mulai menggerogoti organ dalammu. Itu reaksi dari kalimat istigfarmu tadi dan kau pasti sudah tahu, kau tidak akan mati walau isi perutmu sudah habis. Bayangkan saja. Ya, selain syahadat, orang yang sudah menelan minyak kuyang harus menanggalkan keislamannya." Tanpa rasa bersalah Edi menerangkan.

"Bangsat kau Edi!" Mayang berteriak.

Edi yang merasa terhina jelas saja marah. Tangannya yang terkepal langsung ia layangkan ke wajah Mayang. Terang saja, istrinya itu langsung terseruduk ke lantai. Bukan hanya keriput di tepi matanya sekarang. Tapi, juga lebam.

"Ingat! Itu maumu Mayang. Aku cuma membantu dan malah kau sumpahi. Dasar manusia tak tahu terima kasih. Jika bukan aku, tak ada orang yang mau menikahi jandanya Jali. Kau tahu! Begitu pun kau tak bersyukur! Edi meradang. Suaranya lantang hingga mengundang beberapa tetangga datang.

"Edi, kau apakan Mayang! Astagfirullah ...."

Hanya Julak Mesih yang berani masuk dan ia langsung mengangkat wajah Mayang. Dia tetangga paling dekat pasangan itu. Selama ini tak pernah ia mendengar suami istri tersebut beradu mulut seperti ini.

Sebelum Julak Mesih mengalihkan fokusnya, Edi dengan cepat menyembunyikan minyak kuyang yang masih ada di lantai.

"Maaf Mayang. Aku khilaf. Sungguh, aku hanya sedang banyak pikiran. Maaf aku tak bisa mengontrol diri dan menjadikanmu pelampiasan." Tentu saja lelaki itu bersandiwara. Ia tak Mau tetangganya itu tahu kejadian sebenarnya.

Mayang yang sudah terlanjur sakut hati pun, juga tak ingin buka suara. Percuma. Ia sudah terlanjur menjadi iblis sekarang. Tak ada hal yang bisa ia lakukan untuk mencegahnya, bahkan jika ia mengadu pada Julak Mesih. Mayang hanya bisa menangis menyesali kebodohannya.

Jadi Kuyang (Sudah Terbit) Where stories live. Discover now