12

6K 631 2
                                    

Mayang sudah lebih segar hari ini. Semalam ia sudah mendapat Mangsa. Minyak dalam botol sepertinya juga sedikit bertambah. Pantas saja meski digunakan dalam rentang waktu puluhan tahun oleh pemilik sebelumnya, isinya tak habis-habis.

Kali ini wanita kuyang itu menatap wajahnya di cermin. Ia sekilas tersenyum kemudian mengangkat tasnya dan menyampirkan selendang warna jingga di bahu. Ia harus secepatnya menemukan Edi dan mencari solusi agar ia bisa lepas dari belenggu ilmu laknat ini. 

Tak peduli jika setelahnya ia akan jadi keriput bahkan buruk rupa. Meski sudah menjadi iblis, setidaknya Mayang masih memiliki sisa hati manusia. Ia takut jika susah mati. Apalagi setelah tahu akibat yang akan ia terima kelak. Sungguh, ia tak ingin jika akhir hayatnya nanti tubuhnya membusuk sebelum ia meninggal dunia.

Di lanting, Mayang kembali bertemu dengan pemuda yang ia tanyai minggu lalu.

"Apa kau memang sering bolak-balik dari Sungai Piyasa ke kampung sini?" tanya Mayang. Kini ia tak perlu berteriak sebab mesin perahu belum menyala.

"Benar Cil, kenapa?"

"Apa kau pernah mengantar seorang lelaki ke sana? Dia berkulit sawo matang, ada tanong di dagu dan sebelah matanya ada sedikit katarak." Mayang mendeskripsikan fisik Edi.

"Pernah. Dia penduduk asli dari Sungai Piyasa. Sering kali ia juga pernah menyewa perahu motorku, katanya ada urusan di Sungai Lantabu. Tapi, belakangan ia sudah tak pernah terlihat lagi," terangnya.

Julak Jubai yang berada di belakang Mayang membeliak. Ia tak sengaja mendengar pembicaraan dua orang tersebut. Jubai ingat betul, ciri anak bungsu wanita kuyang penghuni pondok yang dikatakan almarhum Bapaknya dulu. Awalnya, dia ingin menitip sayur untuk di kirimkan ke saudara di Sungai Piyasa pada pemuda pemilik perahu. Namun, sekarang ia urungkan. Ia memilih pulang dan memberitahu suaminya.

Mayang yang tak menyadari langsung naik ke perahu dan minta di antar ke Sungai Piyasa sekarang juga.

***

Sungai Piyasa jelas jauh berbeda dengan Sungai Lantabu. Di sini sudah banyak pemukiman warga. Bisa di sebut, ini kampung yang cukup ramai.

"Apa kau juga tahu tempat tinggal orang yang kutanyakan tadi?" Sebelum naik ke darat, Mayang kembali bertanya.

Pemuda itu hanya menggeleng. Lalu, ia memutar kembali perahu motornya untuk kembali ke kampung seberang.

Benar. Mayang harus berusaha sendiri mencari Edi. Tanpa alamat dan tak satu pun orang yang ia kenal di sini.

Selendang yang Mayang kenakan di bahu tadi, terlebih dulu ia gunakan untuk menutup kepala. Ia tak ingin jika Edi yang mengenalinya lebih dulu, lalu lelaki itu berpikir untuk kabur lagi.

Langkah kaki Mayang membawanya ke sebuah pasar. Sambil melihat-lihat sekitar, ia juga sesekali menanyai orang yang berpapasan dengannya. Sayang, tak satu pun dari mereka yang kenal dengan lelaki bernama Edi.

Bruk!

Tubuh Mayang terhuyung saat bahunya tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang. Meski tak melihat pun Mayang tahu, jika yang menabraknya seorang wanita Hamil. Ada sensasi sengatan yang ia rasa. Jadi, sekalian saja Mayang menjatuhkan diri. Naluri iblisnya menganggap ini kesempatan. Ia bisa tinggal lebih lama di kampung ini untuk memuaskan hasratnya.

"E-eh. Maaf Kakak. Aku buru-buru jadi tak sengaja." wanita itu tampak lebih muda dari Mayang, ia meletakkan keranjang belanjanya di tanah, lalu berinisiatif membantu Mayang berdiri. Meski ia sendiri tampak kesusahan dengan perut besarnya.

"Iya tak apa-apa." Mayang menepuk tangannya, sengaja memperlihatkan telapaknya yang berdarah terkena kerikil.

"Astagfirullah. Ayo Kak, ikut ke rumah dulu, aku bersihkan lukanya. Rumahku tak jauh dari sini." Ia semakin tampak tak enak hati.

Terang saja Mayang tak akan menolak. Ia mengekor di belakang wanita itu sambil menyeringai.

Apa salahnya sambil menyelam minum air, kan? Mayang membatin. 

Mencari Edi sekaligus mangsa di tempat baru adalah rencananya sekarang. Mungkin setelah ini Mayang akan sekalian mencari rumah yang dikontrakan untuk bertahan beberapa bulan nanti. Entah sejak kapan pikiran licik begini menguasai benak Mayang.
-----------------------------------

Jangan lupa tap bintang di semua part ya gaes. Komen yang banyak biar cepat up 😅

Jadi Kuyang (Sudah Terbit) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora