Aku berjalan mendekati gadis yang tengah meringkuk di samping api unggun itu, yah kami kembali ke pondok mengambil ponselnya sekaligus menginap.
Dia menolak kembali,tapi ku pikir anak jaman sekarang mana bisa jauh-jauh dari benda pipih itu, lagipun tidak ada yang tahu jika tiba-tiba ada hal penting di dalamnya.Kusodorkan secangkir coklat panas dan duduk di tikar bersamanya. Senyum manis terbit di wajah ayu berlesung pipi itu.
"Makasih kak, ". Kubalas dengan anggukan dan menyesap pelahan kopi panas ku, entah senyuman itu akhir-akhir ini sedikit membuatku grogi.
Malam ini indah, bertabur bintang dan di lengkapi bulan dengan bulatan yang hampir sempurna. Sungguh tenang dan nyaman, suara binatang malam menjadi pelengkap kesunyian di tempat ini.
"Kak ,...
"Hem ?.." aku menoleh padanya.
"Sepi banget ya disini,"
"Kan di tengah kebun Ge, kamu takut?. Mau pulang aja ?"
"Emangnya kak Ari gak takut?" Aku menggeleng .
"Aku udah biasa kayak gini Ge, sepi gak selamanya menakutkan".
Aku tersenyum kecut, mengingat betapa sering aku merasa sendirian. Seperti telah lama kehilangan diriku sendiri.
"Jangan ngerasa sendirian lagi ya kak, kan ada Aku, ada mbak Husna , Bang rudi juga"
Kembali bibir ini tersenyum tapi ini berbeda, ada perasaan hangat disudut hati ini.
Bolehkah aku percaya kalimatnya?. Sebentar lagi dia akan kembali ke kotanya dan akan sibuk dengan kegiatannya. Bagaimana mungkin dia bisa menemani sepiku, getir tiba-tiba menyapa relung hatiku." Kamu sudah punya pacar Ge? . "
Sial kenapa mulutku ini tidak sinkron dengan otakku. Bagaimana bisa aku menanyakan hal yang cukup pribadi padanya. Dan lihat bukannya menjawab dia justru menatap mataku, sedikit salah tingkah aku di buatnya. Kupalingkan wajahku kedepan. Memandang jauh pada kerlap kerlip lampu rumah warga.
"Maaf Ge, aku gak bermak...
"Aku gapunya pacar kak, masih sibuk kuliah. "
Aku menoleh padanya, senyum tipisku tak lagi bisa kukendalikan. Entah, seperti ada perasaan lega tersendiri mendengar jawabannya.
"Masak sih?, Cewek se cantik kamu gapunya pacar ".
Yup kenapa terdengar seperti rayuan , dan lagipula sejak kapan aku suka merayu. Dan dia tersipu, jelas rona merah di pipinya bisa terlihat dari pantulan cahaya api unggun itu.
"Mana ada, kak Ari ada-ada aja, belum ada yang srek kak, ya gimana?, "
"Tapi kebanyakan anak muda sekarang pasti punya pacar, seperti udah jadi kebutuhan yang harus terpenuhi".
Dia hanya diam, membuatku menoleh padanya, dan dia tengah menatap ku dengan senyuman yang sulit ku artikan. Aku tenggelam dalam netranya, semakin dalam , semakin sulit untukku kembali pada akal sehatku.
Tenggorokan ku mengering , debar jantungku riuh berisik. Seindah ini ciptaanmu Tuhan.
"Kalau Ge punya pacar, maunya yang sefrekuensi enak di ajak ngobrol, dan nyambung . Ngerti gimana caranya nanggepin omongan aku, kayak kak Ari kalo bisa".
Kalimatnya membuatku semakin tercekat , nafasku semakin tertahan sedangkan ia masih lekat memandangku . Kupalingkan wajah ku segera.
Yah aku salah tingkah , ku tegak habis kopiku meredakan debar yang membabi-buta. Aku tak menjawabnya , aku masih mencerna apa maksud dari kalimatnya.
"Ekhem,, udah ngantuk belum ge? " Tanyaku tanpa menoleh, mataku asik menelisik nyala api yang perlahan meredup , tak ada jawaban . Tapi dia berdiri tanpa menjawab lalu pergi meninggalkan aku yang masih termenung dengan segala tanya dan gundah disini.
Apa aku mengecewakan nya,?
Harus seperti apa menanggapi nya?..
Galuh apakah rasa kita sama?,
Jika benar harus kah aku membuka hatiku untuk mu, aku hanya takut memulai, takut dengan segala hal yang mungkin akan menyakiti kita,
Tidak!
Ini bukan hanya tentang kita Ge,
Ini tentang ketakutanku dengan kehilangan orang-orang yang aku cintai, jika kamu bersamaku apa kamu juga akan menghilang?
Kuremat gelas kosong ini, menahan segala rasa yang menyakitiku. Kutatap bulan yang berkilau di atas sana.
Haruskah aku melewati batasku Tuhan.
Ku tinggalkan tempat ini, dengan nyala api yang perlahan mulai padam, menyusuri satu persatu anak tangga yang membuatku semakin dekat dengannya, aku berhenti sejenak mengambil nafas dalam sebelum akhirnya masuk kedalam ruangan itu .
Aku melihatnya berdiri di balkon memeluk dirinya sendiri, memandang jauh entah kemana . Apa dia tak kedinginan hanya berbalut kaos tipis dan hotpants itu. Satu persatu langkahku semakin mendekat padanya.semakin dekat semakin riuh pula detak jantung ini. Aku berhenti sejenak, bingung harus bagaimana memulai obrolan ini.
"Apa cuma Ge yang ngerasain semua ini kak".
Aku tercekat, suaranya parau .
Apa dia menangis, dia masih memunggungi ku dan aku malah membeku.
Dia berbalik menatapku , dan ya, matanya memerah, dengan pipi yang mulai basah.
"Aku bingung sama yang aku rasain kak, semuanya terlalu cepat. Bahkan aku sendiri gak bisa ngendaliin perasaanku sendiri, aku suka ngobrol sama kakak, suka lihat kakak senyum , suka semua perlakuan kakak ke aku, kakak yang lembut kakak yang selalu bisa ngebuat aku ngerasa special disini. Apa aku berlebihan ngeartiinnya kak?"
Aku masih terdiam lidahku kelu, tenagaku seolah hilang entah kemana. Hatiku pedih melihatnya semakin terisak karenaku.
"Kak, Ge suka kak ari, maaf kalo pernyataan aku ngebuat kak ari gak nyaman, aku udah gabisa buat nyimpen semua ini sendirian".
Aku menggeleng, mana mungkin dia membuatku tak nyaman, sedangkan aku seperti ingin terbang mendengar pengakuanya,. Sebahagia itu aku saat ini.
" Maafin ge yang udah berlebihan ngartiin perhatian yang kakak kasih ke aku maafi...
Aku mendekat, kutarik dia dalam pelukanku. Dan ku peluk erat gadis yang tengah membeku dan mendadak bisu ini. Kupejamkan mataku menikmati rasa yang semakin nyata adanya. Ya aku benar-benar menyukainya.
Ku lepaskan pelukan ini, kutatap wajahnya yang terkejut, masih dengan pipi yang basah ,kuusap buliran air matanya, ku selipkan helaian rambut ke belakang telinga nya.
Menyelami mata teduh ini sepertinya akan menjadi hobi baruku.
"Jangan nangis lagi ya, kalau berat ayo kita tanggung sama-sama. Aku gasuka orang yang aku sayang nangis, apalagi aku adalah alasannya "
Kucium keningnya dalam, menyampaikan segala rasa yang tak bisa terangkai menjadi kata, aku hanya seorang pengecut yang bahkan tak tau harus bagaimana menyampaikan rasa.
Aku masih bergelut dengan akalku tentang apa yang tengah terjadi, tentang apa yang akan menantiku di depan sana
Hah, Tuhan, dengan nya aku harus bagaimana?
****
Yok awalin tahun yokkk....
Salamjarikelingking