3.ge

605 72 2
                                    

Ariana maheswari perempuan dewasa yang berwawasan luas memiliki segudang pemikiran yang terbuka dan entah kenapa aku suka berbincang dengannya. Hampir 3jam kami di perjalanan dan selalu ada topik-topik pembicaraan yang kami bahas.

Aku tak menyangka di balik paras ayu sekaligus tegasnya itu dia adalah orang kota yang memilih tinggal di pegunungan , dan hebatnya dia seorang petani, dari cerita mbak Husna Ari adalah salah satu pemilik beberapa perkebunan yang cukup sukses .
Diusianya yang masih terbilang muda, sudah tak di ragukan lagi Kepintarannya mengelola keuangan

"Kak Ari rumah kakak kan pegunungan sudah biasa naik gunung kak?"

Tanyaku

"Sekarang sih udah nggak terakhir muncak itu waktu SMA setelahnya sudah sibuk banget "

Entah aku menangkap ada sedikit kilatan gugup ya walau hanya sebentar dan dia sudah kembali normal.

" Wahhh keren, seru nggak kak?, Aku juga pengeeeennn banget muncak tapi gak di bolehin ortu"...

Aku begitu bersemangat ingin mendengarkan kisah-kisahnya tentang pendakian.

Tapi,

" Wwkwkw seru sih seru, tapi kalo bisa nurut aja sama ortu, gausah pergi apalagi gak pamit bahaya juga ge kamu kan perempuan, kakak aja nyesel".

Dia seperti enggan melanjutkan ceritanya dan aku memilih mengalihkan pembicaraan.

"Nyesel ya kak, hemmm... Kak masih jauh nggak kita udah lewat jalan bukit-bukit kok belum sampek dari tadi"

"Udah deket pertigaan depan itu kita ambil kiri, kalau kearah kanan itu ke perkebunan kopi kakak, nanti kakak ajak kesana , ada air terjunnya disana"..

Aku mengikuti arah yang di tunjukan tangannya tapi sayang hari sudah sore dan kabut mulai turun menghalangi pandangan , dimana-mana yang aku lihat hanya kabut dan lampu rumah-rumah penduduk yang satu per satu mulai menyala.

"Besok ya kak kesana , sekarang gak keliatan apa-apa ." Aku meniup-niup telapak tanganku yang terasa mati rasa karena terlalu dingin .

"Itu jaket aku nggak aku pake Ge pakelah biar gak menggigil "

Aku melirik ke sebuah jaket parka berwarna hijau army ,tanpa membantah langsung ku kenakan karena jujur udara benar-benar dingin.

Aku suka wangi parfumnya yang tertinggal disini , wangi kalem cenderung maskulin padahal aku adalah orang yang gampang sekalih pusing jika mencium bau yang sedikit tajam , tapi wanginya kali ini benar-benar berbeda kurasa aku bisa menjadikan parfum ini pilihan untuk di beli.

Jalanan mulai kembali menanjak, mobil melaju santai, meski keadaan jalan yang jarang di lalui kendaraan hanya ada beberapa motor warga sekitar yang melintas.

Mobil berbelok kearah kiri memasuki halaman sebuah rumah yang berjarak 50 meteran dari jalan . Sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun terlihat begitu terawat dengan taman yang tertata rapi dan juga terawat terlihat jelas pemilik rumah ini begitu menyukai tanaman dan aku yakin inilah rumah kak Ari.

Di samping rumah berjejer beberapa mobil pengangkut barang seperti truk dan pickup , ada sebuah mobil jeep berwarna putih yang terparkir tepat di samping tembok rumah .

"Medaeng-medaeng terakhir

Sontak aku tertawa mendengar celetukan kak Ari memperagakan kondektur bis jurusan terminal purabaya .

"Hahaha... Ini rumah kakak ?

Dia tersenyum tipis lalu mengangguk sembari berucap

"He,em anggap saja rumah sendiri Ge. Ayo masuk , nanti kenalan sama ibu, tuh udah nunggu orangnya."

Aku melirik kearah teras ada dua orang yang sedang duduk di kursi teras rumah. Yang satu terlihat seumuran dengan kak Ari hanya terlihat lebih sederhana.

Turun dari mobil kak Ari segera menghampiriku.

"Sini biar ku bantu Ge,

"Gausah kak, gak terlalu berat kok." 😁

"Belajar bohong...

Aku tersipu mendengar celetukan itu, dan hanya bisa pasrah saat ransel di bahuku berpindah ke tangan kak Ari. Jujur ransel yang penuh dengan pakaianku itu memang lumayan berat.

Aku mengekorinya yang berjalan seolah ransel itu tidak ada apa-apanya.

Semakin dekat semakin jelas kedua wanita itu. Si perempuan muda itu tengah memegang sebuah piring yang masih penuh dengan makanan.

"Assalamualaikum... Waahh mama lagi makan ya. Kok masih banyak kayaknya itu".

"Mama?.. jadi ini mamanya kak Ari wajahnya memang mirip tapi kenapa tatapannya terlihat kosong.

"Waalaikumsalam , ibu gamau makan mbak.. "

Aku tersenyum pada perempuan muda dan di balas dengan ramah olehnya.

"Hemm ibu sudah mandi Sri? Oh iya ini Galuh yang aku ceritakan kemarin. Dan Ge, ini mbak Asri yang biasa bantu-bantu disini "

Aku menjabat tangannya

" Galuh mbak,,,,"

"Asri , mbak Galuh... "

Mataku beralih pada mama kak Ari yang juga memandangku. Ranselku sudah berpindah tangan ke mbak Asri, sementara kak Ari mendekat dan salim ke ibunya akupun mengikutinya tapi tak ada respon mama kak Ari masih menatapku hingga aku salah tingkah di buatnya. Sampai akhirnya....

"Tata..

Akhirnya kata itu keluar dari bibir mama kak Ari aku sama sekali tak paham apa maksudnya.

" Ini Galuh namanya Maa.. bukan Tata, "..

Terlihat raut sedih yang tak mampu di sembunyikan di wajah kak Ari .

"Ini Tata Ar, taa sini Taaa mama kangen nakk , Taaa....

" Sebenarnya ada apa?

Aku mendekat meski aku belum mengerti apa yang terjadi disini. Aku membungkuk dan mama kak Ari memelukku sembari menangis' di atas kursi rodanya.

Aku masih bingung , aku menatap wajah kak Ari matanya sudah basah akan air mata. Lalu bibirnya bergerak pelan sembari menyentuh tanganku..

"Maaf..

Kata itu hanya di isyaratkan oleh bibirnya tanpa ada suara dan aku hanya mengangguk. Mencoba memberi taunya bahwa aku tidak keberatan.

Mama Kak Ari masih memelukku erat tubuhnya masih berguncang karena tangis seolah beban yang iya tanggung sangatlah berat. Disela isaknya yang pilu masih jelas ku dengar dia memanggilku dengan sebutan "Tata".

Tanpa sadar akupun menangis meski aku sendiri tak pernah tau apa alasannya. Aku hanya seperti ikut merasa betapa pedihnya perasaan seorang ibu yang tengah memelukku ini.😢.

*****

Tinggalkan jejak rek😁

(Salamjarikelingking)

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang