Chap 26

588 62 2
                                    

Miya yang ketakutan karena bapak itu mencengkram kuat pundaknya, secara refleks Miya menendang perut bapak itu hingga akhirnya tangannya terlepas dari pundak Miya. Dengan segera Miya berlari kencang keluar, karena tidak tau ini ada dimana dan Miya tidak tau arah jalan pulang, jadilah Miya berlari tak tentu arah. Miya mulai merasa lelah karena berlari sepanjang waktu, akhirnya Miya mencari tempat untuknya beristirahat, ketika ia merasa bapak itu tidak lagi mengejarnya, Miya pun mulai memejamkan mata hingga akhirnya ia terlelap.

Di tempat lain, Kendo yang sudah pulang sedari tadi dan istirahat di kamar bersama dengan Mika, ia pun turun ke bawah menuju dapur. Tujuan awalnya hanya untuk minum, tapi ia bertemu dengan Giana dan Kendo bertanya kepadanya.
"Apa anak itu sudah pulang?"

"Miya belum pulang tuan, maaf tuan, apa tidak sebaiknya tuan mencarinya? Perasaan saya tidak enak, saya takut Miya kenapa kenapa." Ucap Giana.

"Kenapa juga aku harus repot repot mencari jalang itu? Kalau dia belum pulang mungkin dia ketiduran di rumah orang yang menyewanya."

Kendo berjalan kembali menuju kamar, Giana tidak bisa berbuat apa apa jika seperti ini. Giana menjadi iba kepada Miya, kenapa anak sebaiknya harus mendapatkan cobaan seperti ini? Andai Giana merupakan anak orang kaya, jauh lebih kaya dari Kendo, tuannya, pasti Giana akan membawa lari Miya dan akan membuatnya bahagia.

Sebenarnya, dari semua orang di sekitar Miya, ada beberapa yang perduli dan sayang terhadapnya, tapi sayang, mereka yang perduli itu tidak bisa menarik keluar Miya dari lubang hitam tersebut. Pertama kakaknya, Shindo, ia tidak bisa menjaga lagi Miya karena ia di pindahkan oleh sang ayah setelah menikah ke Amerika, mengurus perusahaan disana. Ke dua Rin, karena ia terlalu membenci gay, akhirnya ia tidak bisa lagi berteman dengan Miya, tapi Rin setiap harinya slalu memikirkan Miya, nampaknya rasa benci itu terlalu besar hingga mampu merusak pertemanan yang sudah lama terjalin. Ke tiga Genta, karena ia terpilih sebagai pertukaran siswa antar kota dan sekolah itu ternama bahkan di kenal hingga keluar negri, Genta tidak bisa menjaga baik Miya. Ke empat, Ran dan Hashi, orang tuanya Kendo, mereka berpikir Miya akan baik baik saja berada di tangan sang anak. Ke lima, Koichi, tunangannya Niken, karena Niken terlalu mencemburui adiknya sendiri, jadilah Koichi tidak bisa berbuat banyak, demi hubungannya agar tidak terputus. Terakhir ke enam, Giana, karena ia hanya seorang asisten rumah tangga, ia tidak punya kekuatan untuk menolong Miya.

Sedangkan orang orang yang tidak menyukai Miya, slalu berada di sekitar Miya untuk melukainya dan menghancurkannya secara perlahan lahan.
Dulu orang tua kandungnya sendiri, serta kakak keduanya, Niken. Lalu sekarang Kendo beserta Mika, kekasih suaminya. Kemudian Ten dan siswa lainnya di sekolah yang sudah termakan hasutan Ten. Jika seperti ini terus, Miya bisa menyerah akan hidup.

"Hei nak, bangun..." Ujar seseorang menepuk pipi Miya dengan lembut. Miya mengerjapkan matanya secara perlahan lahan, setelah terbuka lebar, Miya mencoba untuk duduk dari posisi tidurnya. Miya menggerakkan tangannya, lalu ia menyadari kalau tangan dan mulutnya tak lagi terikat.

"Akhirnya kau bangun juga, kakek tadi melepaskan ikatan mu, apa ada seseorang yang menculik mu? Oh ya, tadi kakek sudah menghubungi polisi untuk datang kesini, sebentar lagi pasti akan datang. Kau baik baik saja? Apa ada yang terluka?" Tanya orang tersebut yang membangunkan Miya.

"Terima kasih kek, terima kasih banyak karena sudah menolong ku. Aku baik baik saja, tidak terluka." Jawab Miya, tak lama kemudian datang dua orang polisi yang keluar dari mobil dinasnya.

"Pak polisi akhirnya datang juga, tadi saya menghubungi kantor polisi, dan ini anak yang saya laporkan, tadi saya menemukannya disini dengan tangan terikat dan juga mulut yang di bekap kain." Ucap kakek itu kepada polisi.

"Terima kasih banyak pak karena sudah menghubungi kami. Nak, siapa nama mu?" Tanya seorang polisi kepada Miya setelah mengucapkan terima kasih pada kakek itu.

"Miya." Jawab Miya pelan.

"Ayo kita ke kantor polisi, dan kau bisa memberikan laporan kepada kami, dan menghubungi keluarga mu."

Miya beranjak, ia mengucapkan rasa terima kasihnya kembali kepada kakek tersebut dan mengikuti polisi menuju kantornya.
Setibanya disana, Miya memberikan informasi tentang penculikan itu. Dan salah seorang polisi menghubungi Kendo untuk datang menjemput Miya. Setelah Kendo datang dengan Mika, polisi tersebut memberi penjelasan kepada Kendo.
"Kasus ini akan segera kami usut." Ujarnya. Lalu Kendo izin pulang bersama Mika dan Miya, di sepanjang jalan Miya hanya diam menundukkan kepalanya. Ia teringat ketika tadi Kendo datang bersama dengan Mika yang merangkul lengan kekar Kendo. Bahkan wajah Kendo tidak nampak cemas, justru ia menampakkan wajah masamnya. Mungkin karena waktunya terganggu, karena para polisi menghubungi Kendo pada saat subuh, jadi waktu tidur mereka terganggu. Tidak ada perkataan apa pun yang keluar dari mulut Kendo, pria besar itu melanjutkan langkah kakinya memasuki kamar. Mika yang sedang bertolak pinggang menatap rendah Miya. "Merepotkan." Gumamnya yang mampu di dengar Miya dan wanita itu berjalan menyusul Kendo.

Sore telah tiba, polisi tadi menghubungi rumah Kendo. Miya yang tidak pergi ke sekolah dan saat ini sedang tidak melakukan apa pun selain duduk santai menonton televisi, ia pun memilih untuk mengangkat telpon rumah yang sudah berbunyi sejak beberapa detik lalu.
Rupanya polisi tersebut mengatakan bahwa mereka tidak bisa mengusut kasus ini lebih lanjut, dan tersangka di bebaskan karena tidak adanya bukti dan orang tua dari tersangka merupakan orang yang berpengaruh di kota ini. Orang tua tersangka menginginkan menuntut balik karena mencemarkan nama baik anaknya, tapi si anak dengan bersikap sok baiknya mengatakan kalau tidak perlu membesarkan masalah ini.

Miya sebenarnya sedih, bahkan hukum saja tidak berpihak padanya. Dengan lesu Miya kembali ke ruang santai dan melanjutkan acara menontonnya. Giana yang sejak tadi memperhatikan, ia mencoba mendekati Miya dan menanyakan apa yang sedang terjadi. Dengan senyum sendunya, Miya mengatakan apa yang di katakan oleh polisi di telepon tadi. Giana merasa sedih dan memeluk Miya bagaikan seorang ibu kepada anaknya, karena usia Giana mungkin tak jauh dari ibunya Miya, namun wajahnya terlihat sangat awet muda, jadi Miya memanggilnya kakak bukan bibi.

"Apa Miya mau melarikan diri dari sini dan hidup sederhana? Tapi Miya tidak bisa melanjutkan sekolah, Miya harus bekerja untuk melanjutkan hidup. Miya akan berada di sebuah desa yang sangat jauh dari kota ini, mungkin disana Miya bisa mendapatkan kebahagiaan Miya. Kalau Miya mau, kita bisa pergi bersama secara diam diam, kita akan pergi ke desa tempat dimana aku di besarkan dulu, dan tidak ada siapa pun yang tau soal itu. Bagaimana Miya, apa kamu mau?" Tanya Giana.

Painful Life (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang