Berjalan berirama dengan langkah yang tenang, alas sepatu mengetuk lantai teramat ringan. Dentuman demi dentuman keras dari orang-orang yang beralalu lalang di sekitar, mewarnai langkah mesra keduanya. Genggaman tangan mulai terjalin, dua pasang mata saling bersabung satu sama lain membuat kaum mandiri merasa iri dan ingin segera gantung diri.
"Kawaki- kun," panggil wanita bersurai violet dengan rambut panjang yang digelung indah, baju khas perawat melekat pas pada tubuh mungil nan sedikit berisinya.
"Hm?" pria tampan berjas dokter dengan wajah agak dingin itu menyahut panggilan sang istri dengan deheman singkatnya. Netranya terpaut pada lembaran kertas terlapis papan dalam genggaman tangannya.
Senyum Sumire mengembang, ia menghentikan langkah dan membentangkan sebelah tangannya, mencegat suaminya melanjutkan perjalanan. Tubuhnya sedikit memutar, menghadap ke arah suaminya kemudian menggasab benda yang sejak tadi menjadi titik fokus suaminya itu.
"Kau mendengarnya juga bukan? Pasien lelaki yang mengalami amnesia itu ternyata seorang CEO di kota Kyoto!" Langkah Kawaki lumpuh total, sebelah alisnya terangkat tak paham dengan apa yang yang barusan keluar dari mulut istrinya.
"CEO? Maksudmu lelaki amnesia yang mana? Dirumah sakit ini banyak pasien yang mengalami amnesia." Sumire menepuk jidatnya tak tanggung-tanggung, Ia cengengesan dan sepersekian detik kemudian memperlihatkan sesuatu di ponselnya.
"Pasien amnesia yang selalu diurus setiap hari oleh Sarada itu sebenarnya bernama Uzumaki Boruto, dia CEO di sebuah perusahaan yang berada di kota Kyoto!" Kawaki mencondongkan tubuhnya ke depan, menyipitkan kedua matanya guna mempertajam penglihatannya.
"Tunggu dulu, bukankah ini foto Akiyama?" Ujung jari telunjuk Kawaki membubuhi tanda pada foto dua pria yang tengah merangkul satu sama lain, keduanya dianugerahi rambut pirang lebat dengan iris mata berbeda.
Kening Sumire menukik detik itu juga. Merasa penasaran, ia lantas merampas kembali ponselnya dalam genggaman tangan sang suami. Maniknya meneliti foto yang tersuguh pada akun Instagram milik Boruto. Lalu, ia terhenyak menyadari apa yang diucapkan oleh suaminya itu benar adanya. Ini adalah foto Boruto dan juga akiyama.
"Jadi, Boruto dan akiyama itu sepasang kakak-beradik? Dan mereka hanya terpaut dua tahun?" Sumire menjatuhkan tangannya syok, usai membaca bio milik Boruto. raut wajahnya jelas sekali merasa mustahil, ia tak percaya kalau selama ini Akiyama menyembunyikan marga kalangan atasnya.
"Hebat juga Sarada, kehilangan kakaknya dan sekarang dia mendapatkan adiknya. Mungkin, besok dia akan menikah dengan ayah kandung dari keduanya," puji Kawaki seraya bertepuk tangan ria, merasa teramat takjub dengan satu-satunya sahabat perempuannya itu.
Sumire mendesis lalu menyenggol pelan perut suaminya, sang mpu tentunya meringis pura-pura dan menggesekkan wajahnya dengan manja pada sang istri. Keduanya beradu pandangan, mengingat kembali fakta yang baru saja mereka dapatkan secara percuma-cuma, otak jenius merekapun beredar cepat.
"Apa kau memikirkan apa yang aku pikirkan?" tanya Kawaki memastikan sambil memainkan kedua alisnya lincah, Sumire mengulum bibirnya dan mengangguk. Keduanya menyeringai lalu berjalan menuju ruangan Sarada.
Brak!
"Sarada!"
teriakan Sumire menggelegar di ambang pintu, tangan kanannya membanting pintu tanpa belas kasih setelah tiba di ruangan pribadi sahabatnya itu. Kawaki yang berada di belakangnya hanya menggelengkan kepalanya maklum, istrinya memang memiliki kepribadian yang sejenis ini. Ia sudah kebal dengan teriakan melengkingnya, termasuk si kembar yang bermain bersama pengasuhnya di rumah.
Sarada terperanjat sesaat, mendengar suara mendeking yang mendadak menggema pada gendang telinganya. Ia mendongak, maniknya menangkap sepasang suami istri yang menghampirinya dengan nafas yang agak tersengal. Apa mereka baru saja marathon sore? Atau bersilaturahmi tubuh? Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Romantic
RomanceUchiha Sarada, dokter muda yang untuk pertama kalinya menjadi teman seks dari pasiennya sendiri tanpa bisa melakukan penolakan. Seorang dokter cantik seperti dirinya harus menjadi pemuas nafsu dan harus rela pula menyusui seorang pasien lelaki yang...