03

920 100 2
                                    

"Poopoo-yah~"

Lisa yang sedang melakukan meeting melalui zoom diruang kerja penthouse mendadak menoleh saat mendengar sang istri memanggil, sudah berdiri mengintip dibalik pintu.

"Sebentar." Pinta Lisa kepada direktur dan seluruh pimpinan instansi perusahaan yang bergabung di zoom.

"Ye, Presiden~" Balas mereka serempak.

Lisa bangkit berdiri, berjalan menghampiri istri tercintanya yang hampir memasuki kehamilan bulan ketiga.

"Ada ap----- astaga! dimana kaos kakimu? ya! ini musim dingin! kau bisa masuk angin!"

Baru saja ingin bertanya, pandangannya tak sengaja melihat kaki sang istri tidak memakai alas. Kepalang khawatir, ia lansung menggendong Jennie, berjalan pergi mendudukkan istrinya disofa sementara ia duduk berjongkok didepannya.

Kedua tangan Lisa terangkat untuk menggosok - gosok telapak kaki Jennie. "Lihatlah kakimu dingin, sirkulasi darahmu menjadi tidak lancar! Haish! sudah berapa lama kau berjalan tanpa alasan kaki begini? huh?"

"Aku tidak bisa berlama - lama memakai kaos kaki, risih sekalii~" Balas Jennie membuat mata Lisa lansung menajam.

"Bukannya tidak bisa tapi belum terbiasa!"

"Aaaaaa~" Rengek Jennie kalah berdebat

Lisa menghembuskan nafas berat, "Nanti aku pakaikan kaos kaki lagi, awas saja dilepas!"

"Emang kenapa kalau kulepas lagi?" Jennie balik menantang.

Mendengus kesal lalu bangkit berdiri, Lisa membalas, "Sudahlah, aku sedang meeting penting tapi kau malah menghancurkan moodku!"

Lisa hendak berbalik pergi, namun Jennie lansung meremas ujung kemeja suaminya.

"Kau marah?"

"Apakah aku terlihat sedang bercanda setelah kau membuatku khawatir lalu bertingkah menyebalkan dengan menantangku?"

Jennie melengkungkan bibir bawahnya, sedih. "Maafkan aku~" lirihnya membuat Lisa akhirnya menganggukkan kepala.

"Jadi ada apa memanggilku?"

"Eum-um it-itu....." gagap Jennie kini sekarang memainkan - mainkan kuku jarinya gugup

Dahi Lisa mengerut, "Kenapa?"

Jennie menundukkan kepalanya merasa sangat bersalah, "Eum itu.. ak-aku tidak sengaja menumpahkan susu mengenai jam rolex edisi kesayanganmu diatas nakas.. maafkan aku.."

Lisa mengusap wajahnya kasar lalu ikut duduk disamping Jennie yang semakin ketakutan.

"Aku benar - benar tidak sengaja hiks~"

"Jadi kau belum minum susu?"

Jennie menggelengkan kepalanya membuat Lisa akhirnya memindahkan tubuh mungil sang istri menjadi duduk dipangkuannya.

"Kau sudah meminta art untuk membuatkan kembali susu?"

"Belum, Poopoo maafkan aku~" Mata Jennie berkaca - kaca melihat Lisa dengan rasa bersalah

"Jam itu-----"

"Kenapa terus menerus membahas jam? Itu memang jam Rolex edisi favoriteku tapi kau prioritasku nomor satu. Tidak masalah apakah jam itu rusak, mati, atau pecah, yang aku permasalahkan disini adalah kenapa kau tidak meminta art membuatkan susu lagi? itu penting untuk kesehatanmu dan bayi kita yang ada didalam perutmu!" Potong Lisa panjang lebar membuat Jennie melongo sesaat dan akhirnya tersenyum sekaligus tersipu malu.

Kedua lengan Jennie bergelanyut manja melingkari leher Lisa, "Maafkan aku tapi sekarang aku ingin kau membuatkan susu untuk kami, baba~"

Lisa tersenyum mendengar kata 'baba' itu adalah nama yang akan dipakainya saat anak mereka memanggilnya nanti.

We Consider This LOVE [Ebook]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora