IYM : A Clue

80 14 2
                                    

Aku tak menyangka bahwa Hwanwoong menepati janjinya. Keonhee tak lagi terdengar kabar sejak hari perpisahan mereka, Geonhak sedikit-banyak membantuku dengan Dongju. Sesekali kami keluar untuk bicara, dan lelaki itu masih keheranan dengan diriku.

"Ya... habisnya logat Busan-mu kental sekali, hyung," Geonhak mengangkat bahu, "biasanya juga kau pendiam tapi banyak gaya, kenapa jadi sungguhan kalem begini?"

...

Tunggu sebentar, jangan bilang Youngjo macam-macam ketika di kantorku?!

"A-ah... sedang habis baterai,"

Geonhak mengangkat alis, "Kan... kau juga aneh---kau memang aneh tapi sekarang lebih aneh lagi."


~Red Rose~


Sepertinya aku tidak perlu bersusah payah untuk mencari Youngjo, karena lelaki itu tahu-tahu muncul setelah aku habis mengumpati senior yang seenak jidat memberikan kerjaannya padaku.

Menyebalkan.

Tidak ada tinju kali ini, kami malah terlibat beberapa kali perdebatan. Membandingkan satu sama lain dan rupanya Youngjo lebih menjengkelkan dari dugaanku.

"Diam ya, wajah alpaka."

"Dan kau juga, kucing jalanan."

Enak saja mulutnya! Hei, aku ini tampan, tahu!

"Apa kau tidak ada ide untuk penyihir itu?"

Aku yang bersandar meliriknya sinis, fakta bahwa tubuhku lebih tinggi 4 cm daripada Youngjo juga membuatku kesal setengah mati dengan kondisi sekarang.

Kenapa pula aku harus tinggal di tubuh pendek ini?

Bahkan Hwanwoong juga lebih pendek daripada Donghyun!

"Kalau kau memutuskannya langsung, bisa habis karirku nanti!"

"Donghyun kan punya floristshop, kenapa kau tidak cari uang dari sana?!" semprot Youngjo, membuatku mengeryit, "Apa lihat-lihat? Aku tampan?"

"Itu wajahku, Kim idiot!"

"Sudah kubilang lelakimu juga namanya Kim, tolol!" Youngjo mendengus, "Kalau mau menghina sadar diri, dong!"

Aku berdecak, "Aku bahkan lebih tampan darimu."

"Enak saja, aku yang lebih tampan!"

"Wajahmu mirip kucing jalanan!"

"Daripada kau alpaka gigi besar!" Youngjo tak mau kalah.

Aku terdiam seketika.

"Apa? Lihat ini lihat!" Ia menunjuk deretan gigiku, "Bahkan muka ini jelek sekali kalau tersenyum!"

"Kau bilang apa?!"

Habis sudah ingatanku tentang anak SMA yang bertengkar.

Ayolah... kami sudah 27 tahun, beranak satu pula...

"Dasar bocah!"

"Aku lebih tua dari kau, bocah!"

Sialan, mana ucapannya benar.


~Red Rose~


"Appa pulang...,"

"Hyung! Selamat datang di rumah!" Hwanwoong memelukku erat, "Dongju baru saja tidur siang."

"Youngmin hyung... semuanya sudah kusiapkan."

Aku mengatupkan bibir, dalam diam telah merindukan pasangan sehidup-sematiku itu... bahkan ketika aku tersulut emosi dan marah saat pulang, Donghyun tetap diam tanpa bicara atau bertanya banyak. Satu-satunya topik sensitif yang membuatnya membantah hanyalah Hyunmi.

Ah, putriku itu...

Aku harus mengakui kalau aku iri dengan keberadaan Youngjo di sana, ketika Hyunmi secara bebas memeluk dan berseru riang padanya. Tanpa harus ketakutan dan menunduk seperti biasa. Atau Donghyun yang menyandari bahu dan tak terlihat ingin berpisah.

Hwanwoong sedang mengurus cucian ketika aku memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.

Kami sudah satu kamar, dan Hwanwoong sendiri tak terlihat masuk ke sini setelah hari pengakuan itu.

Manikku segera menyadari suatu objek yang berada di atas kasur.

"Hwanwoongie!" aku terlalu terkejut sehingga berteriak tanpa sadar, berlari untuk menghampiri Hwanwoong yang membeku sembari memegang dalaman---abaikan.

"A-apa?" ia pucat seketika,

"Di kamarmu," hanya itu kalimat awalnya, "bunga layu...,"

"O-oh... aku tadinya ingin buang... tapi ternyata kusimpan di sana." Hwanwoong melanjutkan kegiatannya setelah bernafas lega, "itu buket mawar yang biasa kau belikan dulu, setiap hari... meski aku akan terus membuangnya,"

"Itu bunga sejak kapan?" buruku, "a-aku tidak ingat jika pernah beli... baru-baru ini."

"Mawar terakhir dari hyung waktu kecelakaan itu... sepertinya dua minggu lalu hyung juga belikan, tapi mawar kuning... bukan merah seperti biasa."

Jantungku berhenti berdetak. "Apa ada yang masuk rumah sakit, selain aku? Atau sesuatu kejadian pada hari itu?"

Hwanwoong menggembungkan pipi, biarkan aku menatapnya gemas (separuh tak sabar), "sepertinya ada... hari itu hujan... hanya jarak beberapa jam di tempat lain."

"Apa? Apa? Kau ingat sesuatu?" mulai cemas, aku sampai meringis berkali-kali, harap-harap pada lelaki Youngjo ini. "Apapun, mungkin sewaktu jemput Dongju... atau apa...,"

Lelaki pendek itu mengerjap, keningnya mengeryit dalam, tanda ia benar-benar berusaha mengingat kejadian pada hari itu.

"Dongju telah sampai di rumah sakit, mereka membawanya dengan mobil lain. Aku bahkan baru dat---oh?!" Hwanwoong tersenyum riang, lega, "Iya iya, itu hujan deras... jalanan ramai dengan klakson, dan rupanya ada gadis kecil yang menyebrang jalan!"

Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang