Adegan yang Tak Pernah Ia Tulis dalam Skenario

118 20 1
                                    

Semester baru sudah dimulai, dan baik Hitomi maupun Chaewon sama-sama mengerti bahwa hubungan mereka tak boleh mengubah drastis skala prioritas mereka. Tentu mereka juga paham bahwa saat ini, mereka punya hati yang harus dijaga, punya seseorang yang diam-diam menunggu mereka pulang, punya seseorang yang menunggu cerita mereka tentang hari yang mereka lalui, namun mereka sama-sama berusaha menekankan pada diri sendiri bahwa yang mereka inginkan belum tentu juga mereka butuhkan. 

Hitomi tidak banyak protes saat Chaewon mengabarinya bahwa ia akan pulang sangat larut atau mungkin tidak pulang, dan Chaewon tidak marah saat Hitomi sesekali tidur di atas pukul sepuluh atau mungkin, ia baru bisa pulang pukul sepuluh. Sesekali, Hitomi akan menitipkan makanan pada Yuri. Sesekali, Chaewon akan menjemput Hitomi saat gadis itu terpaksa pulang larut jika memang gadis itu senggang.

Hitomi tidak lagi risau soal Chaewon yang akan lupa makan atau mengonsumsi bergelas-gelas kopi layaknya air.

Hitomi merisaukan interaksi gadis itu dengan ketua pelaksana teater tahun ini. Ini memasuki bulan kedua mereka kembali berkuliah, dan dua bulan ini, Hitomi menyadari bahwa Chaewon jadi lebih banyak diam. Chaewon masih usil, Chaewon masih sering menggodanya, dan hampir tak ada yang berubah dari Chaewon—kecuali jika Hitomi bertanya mengenai persiapan pertunjukan yang ia garap. Gadis itu akan bungkam seribu bahasa, dan Hitomi cukup tahu diri untuk tak memaksanya bicara lebih jauh.

"Ngelamun aja nih pacarnya Kak Chae," Yuri menyodorkan sebungkus roti dan sekotak susu yang disambut Hitomi dengan gumaman terima kasih tak jelas. Siang itu matahari tak bersinar seberapa terik. Sesekali, angin berembus, membuatnya mesti menahan kertas yang ia letakkan di atas dengan ponselnya. Bahaya jika kertas itu terbang dibawa angin. Yuri jelas tidak akan mau repot-repot membantunya memungut kertasnya satu per satu jika angin tega menerbangkan kertas-kertasnya. Sementara Minju—semenjak kejadian itu, Minju tak lagi bergabung untuk makan siang dengan mereka, dan Hitomi maklum. Jika ia jadi Minju, Hitomi juga akan melakukan yang sama.

"Yur," dan Yuri bergumam, mulutnya sibuk mengunyah roti yang ia beli, "Kamu kenal sama ketua pelaksana teater tahun ini?" Hitomi menyambar botol minumnya segera, membuka tutupnya dan mengangsurkannya ke arah Yuri yang memukul-mukul dada—Hitomi yakin gadis itu tersedak karena kata-kata yang terlontar dari mulutnya, "Minum."

"Jangan ngagetin dong Hii," gerutunya dan Hitomi mengangkat bahu, "Nanya doang padahal. Jangan-jangan kamu nutupin sesuatu lagi ya sama Kak Chae?" matanya memicing menatap gadis yang saat ini terlihat gelisah di kursinya, "Beneran ya?"

"Nggak, sumpah kali ini nggak," ujarnya. Kedua tangannya terangkat, tanda menyerah, "Aku nggak nutupin apa-apa, sumpah. Kalau ditanya tahu, ya tahu, orang kakak itu cakep banget. Tapi kalau kenal, ya nggak."

Hitomi mengangguk, "Beneran mantannya Kak Chaewon?"

Sebelah alis Yuri terangkat, "Idih. Kak Chae pas aku tanya soal gosipnya aja marah-marah. Nggak lagi-lagi deh nanya soal itu. Pacarmu serem ternyata kalau marah. Lagian kalau beneran 'kan pasti dia jawab baik-baik," ujarnya, kini kedua tangannya menyilang di depan dada, "Gila ya Kak Chae, keren banget sampai anak fakultas lain aja tahu gosip yang itu," Yuri terkekeh. 

Beberapa mahasiswa sibuk berlalu-lalang di sekitar mereka, dan kantin mendadak ramai meskipun jam makan siang sudah hampir habis. Sebagian sibuk mencari tempat duduk, sebagian sibuk membawa pesanan mereka, sebagian lagi sibuk bergosip bersama teman semeja. Hitomi yang dari tadi duduk di depannya tanpa menyentuh makan siangnya mengerang, "Kamu lagi ngomongin Kak Chae depan pacarnya lho, bukan anak fakultas lain."

"Ya secara teknis kamu anak fakultas lain dong, Cantik," Yuri menyeringai, tahu bahwa panggilan sayang dari Chaewon selalu membuatnya merona, "Lagian Kak Chae tuh emang sepopuler itu kali. Nggak tahu aja kamu, itu yang naksir dia hampir satu gedung. Dari yang cuma naksir lucu-lucuan sampai yang naksir beneran, segala pakai acara titip-titip hadiah."

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang