Part 25 | Menepi

9 1 0
                                    

Kamu yang selalu aku indahkan namanya, kini tidak pernah lagi aku sebut dalam doa. Kamu yang selalu aku harapkan dalam-dalam, kini hanya sebatas bayang-bayang lalu. Untuk apa aku mendengar semua permintaan yang tidak boleh aku tolak. Sedangkan, kamu tidak punya hak atas diriku saat ini. Kamu tidak berubah sama sekali seperti di waktu pertama aku bertemu denganmu. Seperti dulu, dulu yang masih menyembunyikan sifat aslimu.

Aku tertampar dengan satu postingan seseorang tentang pria yang tidak menghargai seorang wanita adalah dia yang hanya ingin dimengerti sendiri, dia yang selalu memaksakan sesuatu, dan dia yang tidak menghormati dirimu, bahkan dia ingin menjadikanmu seperti bunga-bunga di jalanan raya yang seharusnya dijadikan seperti mawar yang ada di dekat jurang atau mutiara yang berada di dasar laut.

Hanya aku, yang tahu semua sifat aslimu. Hanya aku, yang tahu bagaimana dirimu. Kamu tidak seperti dulu yang lebih banyak diam dan ramah.

Aku bersyukur karena Tuhan telah menunjukkan siapa kamu sebenarnya. Tuhan membantu aku melihat sisimu dari arah yang berbeda. Aku masih akan menunggu perubahan kamu menjadi orang yang dulu. Namun, dengan rentang waktu tertentu.

Aku sudah menjelaskan semuanya pada kamu tentang apa-apa yang tidak aku sukai sebelumnya, tentang kita yang masih belum apa-apa dan pastinya memiliki batasan tertentu, tentang bagaimana diriku yang akan mengenai fitnahnya jika kamu terlalu sering mengunjungi kelasku, aku bahkan sudah mengatakannya, aku tidak suka jika kamu terlalu melarang aktivitas yang sudah bertahun-tahun kulakukan. Namun, tetap saja kamu tidak mengerti.

Bukan — bukan aku hanya ingin dimengerti. Bukan. Namun, aku hanya ingin memilihkan jalan yang terbaik untuk kita berdua dengan tetap menjaga batasan antar sesama. Itu akan membuatku berpikir kamu mencintai aku karena nafsu dan bukan karena tulus. Lagipula kamu masih belum bisa membuktikan janjimu sampai sekarang. Aku bisa saja menunggu tetapi, dengan tidak memiliki hubungan lebih denganmu selain ikatan yang pasti.

Kamu memang berani datang ke rumahku. Namun, bukan untuk bertemu dengan orang tuaku. Kamu hanya ingin menemui aku yang bukan siapa-siapa untukmu. Kamu bahkan tidak tahu ketakutan apa yang akan dirasakan oleh seorang perempuan jika teman laki-laki datang ke rumah seorang perempuan.

Aku memilih untuk menepi sejenak dari dirimu yang menginginkan banyak hal. Aku memilih menepi sejenak dari kamu yang terlalu ingin membatasi kehidupanku yang sama sekali tidak merugikan kamu sedikitpun. Aku memilih menepi sejenak dari semua pesan-pesanmu yang dulunya selalu membuatku bahagia. Namun, sekarang itu hanya menyakitkan aku sendirian.

Kamu terlalu merasa diabaikan dan tidak dianggap. Bukannya kamu yang seperti itu kepadaku? Kamu yang mengabaikan aku dengan janji-janji yang hanya bisa kamu jadikan angan-angan belaka saja.

Rasa yang Datang tanpa Sengaja (Senandika)✅Where stories live. Discover now