Bagian 44 : Menggenggam yang lain

36 4 9
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Song recommendation | To my youth ~ Bolbbagan4

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Song recommendation | To my youth ~ Bolbbagan4

.

.

.

Senyum lebar terulas di bibir tipis nya. Ken memandangi loker berpapan nama El Ann Gastha di depannya, sambil memegang sebuah kotak makan sederhana dan sekotak susu strawberry. Dia sengaja bangun lebih awal bahkan saat hari masih gelap untuk membuat roti sandwich yang akan ia berikan pada Ann.

Sebelumnya dia sudah mengirim pesan kepada gadis itu mengatakan kalau dia telah membawa dan siap menemani gadis itu sarapan.

Namun tidak seperti biasanya, pesan itu tidak dibaca sampai sekarang padahal jelas sekali terpampang kalau Ann sedang online.

"Heh anak pembunuh lo ngapain?" Seru seorang murid lelaki berambut pirang –bak kemoceng, berkacak pinggang menatap Ken penuh remeh bersama ketiga antek dibelakangnya.

Sementara itu Ken memilih bergerak pergi tidak berniat meladeni. Namun seolah tidak semudah itu, salah satu dari komplotan rambut bak kemoceng tadi menghalangi langkahnya.

"Lo berani juga. Tingkat kepercayaan diri lo tinggi ya," ujarnya meledek meneliti kotak makan yang berada di tangan Ken kemudian menoleh pada loker Ann di sebelah kiri tubuhnya.

Ken melotot kaget bercampur kesal saat tiba-tiba orang itu merampas kotak makanan nya.

"Gak usah cari gara-gara. Gue ngga pernah ada urusan sama lo semua."

"Wah, wah, wah. Ini lo bikin sendiri? Buat Ann?" Tanya nya diikuti tawa meremehkan ketiga temannya.

"Lo masih ngarep bisa jadi pacarnya putri Gastha? Ngakak Jing! Inget lo bukan Ken yang dulu! Sekarang gelar anak pembunuh terpampang jelas di jidat lo! Sadar diri dikit kek!" Hardik orang itu mendorong kasar kening Ken dengan telunjuknya.

Akibat keributan di tengah koridor pagi-pagi itu, dimana murid Global Divanes banyak berlalu lalang membuat suasana semakin ramai. Tidak ada yang berniat membantu anak lelaki malang itu sama sekali, mereka malah asik tertawa dan ikut menghardik.

KAMUFLASEWhere stories live. Discover now