01. ANNIVERSARY ANGELANGGA

2.4K 131 36
                                    

Burung berterbangan searah dengan angin yang berembus. Mobil silver dengan laju rata-rata mulai memasuki gerbang SMA Merah Putih.

Setelah terparkir dengan rapi, si pengemudi serta tiga gadis lainnya yang ada di dalam mobil pun keluar.

Angelica, Sasya, Ochi, dan Ifah. Keempat gadis itu merupakan siswi SMA Merah Putih yang sudah melejit namanya. Ya, wajar saja karena ada Angelica, si primadona dengan segala kelebihannya. Jangan lupakan kalau dia adalah seorang model dan pemain film.

Mereka berempat serempak menutup pintu mobil dan berdiri sejajar di samping mobil. Lalu keempatnya berjalan melewati koridor dengan langkah seperti model dengan dagu yang didongakkan.

Rambut Angelica yang digerai serta bando merah marun menghiasi kepalanya membuat gadis itu terlihat sangat cantik.

"Gila, sih, Kak Angel sama temen-temennya makin hari makin cantik, ya?" celetuk salah satu siswi kelas sebelas kepada temannya yang lain seraya melihat Angelica dan teman-temannya. Dia Amara.

"Iya, bener. Cocok, sih, jadi primadona," sahut siswi satunya, bernama Fena. "Hai, Kak Angel." Fena melambaikan tangannya pada Angelica yang hanya menganggapnya angin lalu.

"Cantik tapi gak punya attitude," sambar salah satu siswi, namanya Elin. Dia adalah teman Fena dan Amara. Mereka satu kelas dan satu circle.

Angelica yang kebetulan lewat dan tak sengaja mendengar kalimat itu, menginterupsikan ketiga sahabatnya untuk berhenti. Angelica memang peka kalau ia tengah dibicarakan oleh siswa-siswi yang ada di koridor ini, karena memang sudah biasa.

"Coba ulang sekali lagi apa yang lo omongin tadi!" bisik Angelica tepat di telinga kiri Elin. Ia mendekati adik kelasnya itu untuk minta penjelasan.

Fena dan Amara saling menggenggam. Kalau sampai Elin berurusan dengan primadona sekolah, bisa-bisa ribet urusannya.

"Telinga Kakak budeg, ya? Mau aku beliin korek kuping nggak?"

Masih pagi, tapi emosinya dibuat naik oleh adik kelasnya satu ini. Angelica mencengkeram bahu Elin dan berbisik, "Sebelum nyindir orang, instrospeksi diri, Dek! Jangan asal ngomong kalo orang lain gak punya attitude. Sendirinya aja sama kakak kelas gak punya attitude, 'kan?"

Elin menepis pelan tangan Angelica yang mencengkeram bahunya. Lalu matanya dengan berani menyorot mata Angelica.

"Kakak merasa tersindir?"

"Oh, jelas! Temen-temen lo lagi ngomongin gue dan tiba-tiba lo nyeletuk gitu aja bilang kalo gue gak punya attitude. Maksud lo apaan?" tanya Angelica dengan tangan yang terkepal. Emosinya sedang berusaha ia kontrol supaya tidak melakukan hal yang membawanya ke ruang BK.

"Maksud aku ya, Kak? Maksud aku baik, kok. Aku cuma pengin tau kelakuan Kakak aja, sama gak sama prestasi yang selama ini Kakak raih."

"Kurang ajar. Gue gak ada urusan sama lo! Mau kelakuan gue kayak orang utan juga suka-suka gue," ketus Angelica.

Elin tersenyum miring. "Emang kayak orang utan!" tantang gadis itu.

Memang benar-benar cari ribut pagi-pagi adik kelasnya ini. Angelica sudah menggulung lengan kemejanya dan menunjuk wajah Elin dengan menggunakan jari telunjuknya.

"Sekali lagi lo ngomong, mulut lo gue bikin gak bisa ngomong!" ancam Angelica.

"Bikin aja gak bisa ngomong, Kak! Aku gak takut," tantang Elin.

Amara menarik-narik pergelangan tangan Elin. "Lin, udah yuk masuk kelas! Jangan cari gara-gara sama Kak Angel."

Elin menoleh ke samping, di mana ada Amara dan Fena yang sedang berdiri sejajar di sebelah kanannya. "Lo berdua diem!" perintah Elin.

PRIMADONAWhere stories live. Discover now