32. PENGADU

725 57 0
                                    

"Pagi, Tante." Laskar menyapa Marina yang tengah menyiapkan sarapan.

Tadi Laskar datang dan disuruh masuk oleh Meli.

Hari ini Laskar berniat untuk berangkat bersama Angelica, bukan Pak Maman lagi yang mengantarnya.

"Pagi, Laskar. Cerah banget senyum kamu," goda Marina. Ia tahu kalau Laskar ini sudah lama menyukai anaknya, tapi membiarkan Angelica untuk memilih pasangannya saja.

"Pagi-pagi harus cerah, dong, Tante. Angel mana?" tanya Laskar saat tak menemukan Angelica di ruang makan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah itu.

"Padahal baru kemarin, lho, jalan-jalan. Udah kangen aja, nih?" Kini giliran Meli yang menggodanya, membuat telinga Laskar memerah.

Laskar jadi malu sudah bertanya begitu. "Hehe, gak gitu, sih. Tapi, bener juga, sih."

Marina dan Meli pun geleng-geleng kepala.

"Oh iya, kamu udah sarapan? Sarapan bareng kita, yuk! Tante udah buatin burger. Atau mau bawa aja ke sekolah?" tawar Marina yang tengah mengisi roti burger.

"Eh, gak usah repot-repot, Tante. Laskar ikut sarapan di sini aja, deh. Kalo dibawa ntar dibilang anak mami lagi," kekeh Laskar.

"Iya, sih. Ya udah, mending kamu ke kamar Angel aja suruh ke sini! Padahal udah siap-siap dari pagi banget, tapi gak tau sekarang ngapain, kok, belum dateng juga," perintah Marina.

Laskar menaikkan sebelah alisnya. "Emang gapapa?"

"Gapapa."

"Ya udah, aku izin ya, Tan."

Setelah itu, Laskar pun melangkah untuk pergi ke kamar Angelica. Lalu tanpa mengetuk pintu, Laskar membuka pintu kamar tersebut, membuat Angelica berteriak dengan kerasnya.

"Aaaaaaaaa!"

Laskar pun langsung menutup pintu. "Sorry, Ngel! Gue kira lo udah siap tadi."

Jantung Laskar serasa mau copot. Antara malu dan takut menjadi satu, karena tak sengaja Laskar melihat pundak mulus Angelica sedikit.

Padahal biasa saja, tidak ada yang Laskar lihat selain itu.

Tak lama kemudian, sembari menetralkan jantungnya, pintu kamar Angelica pun terbuka. Gadis dengan berseragam tapi duduk di kursi roda.

"Kenapa gak ngetuk pintu dulu? Kalo gue lagi telanjang gimana? Lo mau nanti mata lo bintitan?" tanya Angelica dengan raut datar.

Laskar meneguk salivanya susah payah. Kenapa juga lelaki itu jadi gugup begini? Argh! Memang sialan jantungnya ini.

Please, biasa aja, batin Laskar menyuruh jantungnya supaya biasa saja agar lelaki itu bisa menjawab pertanyaan Angelica.

"Tadi kata Mama lo gue disuruh masuk aja, katanya lo udah siap. Kita disuruh sarapan bareng," jelas Laskar yang sudah lumayan tenang jantungnya itu.

Angelica pun membulatkan mulutnya berbentuk 'o', dia pun mendorong kursi rodanya untuk pergi ke ruang makan.

"Sorry, ya, Ngel. Gue gak maksud macem-macem, kok," kata Laskar dari belakang.

"Gapapa."

***

Laskar memarkirkan mobilnya di pekarangan SMA Merah Putih. Sudah sekitar seminggu lebih Laskar bersekolah di sini.

Lelaki itu mengitari mobilnya dan membuka pintu Angelica. Namun sebelum itu, ia mengambilkan kursi roda yang disimpannya di dalam bagasi, lalu menyiapkan kursi itu di samping pintu mobil.

PRIMADONADonde viven las historias. Descúbrelo ahora