28. ORANG DI MASA LALU

965 62 4
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi. Waktu pelajaran juga berakhir. Guru yang mengajar pun pamit untuk keluar dari kelas XII IPS 3.

Semua siswa-siswi yang ada di kelas keluar setelah guru itu menghilang dari pandangan mereka, kecuali Angelica dan Laskar.

Laskar tersenyum saat melihat punggung Angelica masih menetap di tempat gadis itu. Ia pun beranjak dan menghampiri Angelica.

Angelica tersentak kaget saat tiba-tiba saja Laskar duduk menghadapnya di kursi depan Angelica. Lelaki itu menopang dagu dengan tatapan yang begitu dalam tertuju pada Angelica.

Lalu, gadis itu pun mengambil buku yang ada di sampingnya dan pura-pura membaca, padahal kosong tidak ada tulisan.

Aduh, kok goblok banget sih gue, batin Angelica membodohi dirinya sendiri karena salah tingkah.

Alhasil, Laskar terkekeh dan menertawakan Angelica. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah lain dan pura-pura menulis sesuatu yang ada di otaknya itu ke buku kosong tadi.

"Lo apa kabar?" tanya Laskar yang masih tetap di posisi awalnya.

Angelica mendongak sekilas, lalu menjawab, "Baik."

"Gue kangen banget sama lo," ucap Laskar mengutarakan perasaannya saat ini.

"Gue enggak," balas Angelica singkat dan ketus. Namun hal itu tidak bisa membuat Laskar untuk menyerah begitu saja.

"Gue ke sini buat lo, Ngel," ucap Laskar setelahnya.

"Gak nanya." Angelica meletakkan bolpoinnya, menutup buku itu dan membuka kunci kursi roda.

Ia hendak pergi dari sana, tetapi kursi roda itu ditahan oleh Laskar supaya Angelica tetap ada di sisinya.

"Awas, gue mau ke kantin!" ketus Angelica.

"Gue anter."

"Gak!"

Angelica berharap Lisa akan datang, tapi sepertinya tidak. Dari tadi juga Lisa tidak datang ke kelasnya. Mungkin sedang sibuk atau tidak ke kantin istirahat pertama ini.

Angelica terus mencoba melepaskan tangan Laskar yang menahan kursi rodanya. Raut wajah yang terlihat marah itu Laskar biarkan, supaya tetap di dekatnya.

"Awas, Laskar!"

Laskar tetap teguh pada pendiriannya untuk menahan Angelica supaya tetap bersamanya, hingga suara ricuh terdengar di telinga keduanya dari arah pintu kelas.

Mata Laskar pun membelalak. Banyak siswi dari arah pintu yang berbondong-bondong masuk ke kelas XII IPS 3.

"Kak Laskar, boleh minta foto bareng gak?"

"Kak, foto, yuk!"

"Kak Laskar ganteng banget, ih."

Angelica pun tersenyum saat tangan Laskar sudah tidak memegang kursi rodanya lagi. Wajah Laskar saja sudah tak terlihat karena dikerumuni oleh siswi-siswi yang Angelica yakini adalah adik kelasnya.

Selagi diberi kesempatan, Angelica akan memakai kesempatan ini untuk keluar dari kelas dan berhasil. Angelica berhasil keluar dari kelas, sedangkan Laskar berusaha untuk bebas dari kerumunan para siswi ini.

"Udah, ya, sekali aja. Besok lagi, okay?" ucap Laskar merasakan pasokan oksigen yang sedikit.

Diapit siswi-siswi membuatnya kehilangan Angelica. Pasti gadis itu sudah pergi.

"Ih, cakep banget. Makasih, Kak," seru salah satu siswi yang sudah berfoto dengan Laskar.

Satu per satu dari mereka pergi dari sana dan akhirnya Laskar merasa lega karena sesi foto dadakan itu selesai.

"Buset, kebiasaan ciwi-ciwi pada heboh kalo foto. Untung gak mati mendadak gue gegara engap," gerutu Laskar sembari membenarkan seragamnya.

Lalu lelaki itu mengedarkan pandangannya mencari Angelica.

Laskar pun berdecak, "Tuh, kan, ilang bidadari gue."

***

Setengah dari part ini sudah dihapus demi kepentingan penerbitan.

Mau baca full version? Beli bukunya, yuk!

PRIMADONAWhere stories live. Discover now