Enam : How About to Choosen?

394 70 53
                                    

Happy reading!

Vote dan komennya ditunggu ❤

•••

Dering alarm membangunkanku dari nyamannya aktivitas tidur setelah semalaman aku harus menyusun laporan bersama 3 orang lain yang kemarin bertugas untuk survey tempat KKN. Well, malam minggu yang menyedihkan memang. Seingatku, kemarin aku baru bisa memejamkan mata pukul 2 dini hari, dan teringat perihal agenda janjianku bersama Shabrina sebagai tanda permintaan maafku-karena mendadak tidak ikut makan malam, maka pagi ini aku harus tetap bangun bagi untuk menemaninya jogging.

Aku hanya memutuskan mencuci wajah serta menyikat gigi saja, sebab masih belum berkeinginan untuk mandi pada pagi hari ini. Selanjutnya, aku berganti pakaian olahraga. Kaos dilapisi sport jacket, kemudian rambut ku ikat bentuk ekor kuda, lalu dilengkapi dengan sebuah sepatu berwarna putih. Maka aku siap berolahraga pagi ini.

Saat melintasi dapur, tak sengaja aku sudah melihat Mama yang sudah berdiri di area kitchen set.

Really?

Aku hampir tak percaya, maka aku putuskan untuk menghampirinya.

"Mama?"

Panggilan dariku sepertinya berhasil mengejutkan beliau.

"Morning sayang, mau jogging sama Shabrina ya?" sapa beliau.

Aku mengangguk, dengan siapa lagi memangnya. "Mama buat sarapan?"

Mama kemudian berdehem. "Nanti jangan lupa tawarin Shabrina sarapan di sini sekalian ya."

Aku hanya mengatakan iya sekaligus pamit, sekalipun aku tak yakin nanti berhasil mengajak Shabrina sarapan disini atau tidak. Sebab kebiasaan kami, sepulang jogging Shabrina selalu akan mengajak mampir di kedai bubur dekat taman komplek.

Hal yang kusesali kemarin, adalah kenapa aku tak sempat mengkonfirmasi pada Shabrina, apakah hanya kami berdua saja yang akan berolahraga lari bersama. Sebab pemandangan yang kini mampu aku saksikan didepan mataku adalah selain sosok Shabrina yang sudah siap menungguku didepan rumahnya, ada juga sosok lain yakni kak Ali dan Daren. Ah, ingin rasanya aku mengumpat.

Aku terpaksa melangkah menghampiri mereka, lalu Shabrina segera memberikan aba aba agar kami melakukan pemanasan dahulu yang dipimpin olehnya selama 4 menit. Setelah itu, kami mulai agenda jogging dengan rute berlari menggelilingi area komplek hingga nantinya berakhir pada taman komplek.

Shabrina dan Daren sudah lebih dulu berlari didepan, sedang aku baru ikut menyusul saat kak Ali mengajakku. Ah, tentu saja kami berdua berlari beriringan jadinya sekarang.

"Kak Ali kalau mau duluan lari, silahkan," kataku berbasa basi.

"Nggak, kasihan kamu kalau sendirian."

Keep calm, Prilly!

Aku terus berusaha menenangkan perasaanku, walau pada akhirnya tetap saja senyumku terbit akibat perkataannya barusan.

Mengingat apa yang sekarang kami lakukan, mau tak mau hal itu membuat ingatakanku terseret dimasa lalu. Dimana kami bertiga sering menghabiskan waktu weekend untuk berolahraga bersama. Entah lari santai begini, atau pun bersepeda. Dulu maupun sekarang, rasanya masih sama. Sama sama bahagia.

Aku sengaja memelankan ritme lariku saat satu putaran sudah aku tempuh kali ini. Pastinya dengan kak Ali yang menyertaiku. Tak ada obrolan yang berarti, karena sepertinya kak Ali benar menghargaiku agar fokus berolahraga saja.

Head Over HeelsWhere stories live. Discover now