BAB 64

961 74 68
                                    

Siap buat endingnya? Yoklah langsung gas!!!

Part ini panjang banget, kalau lagi sibuk nanti aja bacanya :)

_________________________

Happy reading❤❤

●●●

Kai terus menggerak-gerakkan tubuhnya kesana kemari, menahan sakit dalam dadanya. Dengan sekuat tenaga ia meremas dada kirinya, berharap rasa sakit itu akan segera hilang namun bertambah.

Keadaan Kai kembali kritis. Sedari tadi saat bersama Max sebenarnya dia menahan rasa sakitnya, dia tidak mengatakan apapun dan bersikap seolah baik-baik saja. Hanya saja, sekarang tidak bisa lagi dia tahan. Rasanya benar-benar sangat sakit.

"ARGHHHH-," Kai menggeram, merasakan sakit yang teramat dalam dadanya.

"Kenapa Tuhan? Kenapa?" Kai terus meracau, menggerak-gerakkan tubuhnya tak tentu.

Rasanya benar-benar sangat sakit. Dadanya terasa ditusuk. Nafasnya tersenggal dan memberat.

BRUGH

Tubuh Kai jatuh ke lantai, dia terus menggeram kesakitan.

"Tuhan... kalau boleh aku ingin bertemu dengan Chia. Sekali saja," lirihnya dalam hati.

Kai terus meremas dadanya, menangis karena begitu sakitnya sakit yang ia alami.

"KAI!" teriak Lexa histeris, berlari sekencang mungkin dan menarik tubuh Kai dalam pelukannya.

"Kai... kamu kenapa sayang? Kamu kenapa?" tanya Erina, menangis histeris.

Alex yang juga melihat itupun langsung menghampiri, memeluk tubuh Kai dari sisi satunya.

"Sa-sakit, Ma. Sakit," lirih Kai, meremas dadanya.

Lexa dibuat semakin menangis, tubuhnya bergetar dengan sangat hebat, "Apa yang sakit sayang? Apa? Kasih tau Mama ya. Kamu harus kuat, sebentar lagi Dokter akan datang."

Gagal. Pertahan Alex gagal. Air matanya luruh begitu saja dari pelupuk matanya hingga bawah dagu. Rasanya begitu sakit melihat wajah pucat Kai yang penuh akan kesakitan.

Alex memeluk Kai dengan erat, "Kai harus kuat. Kai pasti kuat. Anak Papa kuat," ujarnya.

"Ma... sakit," lirih Kai.

"Iya sayang iya. Kuat ya sayang. Mama mohon. Demi Mama, demi Papa. Mama mohon sayang. Mama mohon," Lexa semakin menguatkan pelukannya, menaruh dagunya di puncak kepala Kai.

Jihan, Vio dan Max yang menyaksikan pun ikut menangis. Rasanya begitu sakit dan menyesakkan. Namun mereka tidak bisa berbuat apapun selain diam dan berdoa.

"Sayang... kamu ingat kan sama janji kamu? Kamu janji untuk jaga Chia. Kamu janji untuk buat dia bahagia. Mama mohon kamu bertahan. Kalau bukan buat Mama dan Papa, buat Chia."

"Kamu cinta banget kan sama Chia? Mama tahu sayang. Mama tahu. Kamu tahu? Setiap kamu tidur, yang Mama dengar selalu nama Chia. Dari dulu sampai sekarang, dalam tidur kamu hanya ada Chia, Kai. Sekarang kamu kuat ya. Demi Chia, sayang. Mama mohon."

Kai meringis, terus meremas dadanya, "Ma-maafin, Kai, Ma, Pa. Ka-kai, kalah," lirihnya.

Ungkapan itu semakin membuat semua orang menangis dengan histeris. Ruangan serba putih itu kini hanya di penuhi oleh isak tangis dan penuh akan kesakitan.

Lexa menggeleng kuat, "Nggak! Kamu anak yang kuat sayang. Kamu anak yang kuat."

Dada Kai semakin terasa sakit. Nafasnya memberat dan dia mulai kesusahan untuk bernafas. Kai membuka mulutnya, bernafas dengan menggap.

GLEICH (SELESAI✔)Where stories live. Discover now