21. Owner

1.9K 250 22
                                    

Tubuh Hermione terbaring lemah di atas kasur berukuran king size itu. Gaun hitamnya sangat kontras dengan kulit putih pucatnya.

Sudah dua hari Hermione tak sadarkan diri semenjak kejadian di mana dia memohon agar Ron dan Ginny tidak dibunuh. Kondisinya sangat lemah--nyaris sekarat--. Lukanya kembali terbuka. Para penyembuh kewalahan untuk menutup lukanya dan menghentikan darahnya yang terus menerus keluar.

"Apa sihirnya dikunci?" tanya Glane hati-hati pada Pangeran Kegelapan yang mengawasinya menyembuhkan Nona Lestrange. Sepertinya ini adalah sebuah kesialan karena hari ini hanya dia yang memeriksa keadaan sang pasien dan sebuah kesenangan karena bertemu penyihir paling tampan.  

"Apa aku menyuruhmu untuk bertanya?"

Glane gemetar memegang tongkat sihirnya. Bagaimanapun, pria tampan itu adalah Pangeran Kegelapan.

"M—maaf. Hanya saja, jika ya, dia bisa mati. Tapi beruntungnya, inti sihirnya berhasil melindunginya."

Tom tak bergeming.

"Dan sekarang, kondisinya kian lemah. Nona Lestrange membutuhkan sihirnya kembali untuk menyembuhkan lukanya dari dalam." Glane menjelaskan dengan gugup. Sama sekali tidak berkedip menatap mata gelap sang Pangeran Kegelapan.

"Apa kau memerintahku, Nona?" ucap Tom, dingin. Dia bangun dari duduknya dan melangkah ke si penyembuh. Sihirnya berderak aktif yang bertanda negatif.

Glane memundurkan tubuhnya sampai membentur dinding. Jantungnya berdetak kencang. Tubuhnya gemetar hebat. Perbedaan tinggi keduanya membuat nyali Glane semakin ciut.

Tom menunduk, berbisik di telinga Glane.

"Pergi atau kau tidak bisa melihat matahari terbit lagi besok."

Glane langsung lari terbirit-birit menjauhi Pangeran Kegelapan dan segera meninggalkan Esthrella Manor. Wajahnya yang pucat pasi menandakan dengan jelas apa yang terjadi di sana.

Tom mendengus. Pria tampan itu beringsut mendekati Hermione. Dia memandang wajahnya. Hanya sebentar. Karena selanjutnya dia berbaring di samping wanitanya lalu tidur.

***

Hermione bingung kenapa Ginny sangat membencinya. Sebenarnya apa salahnya? Awalnya, Hermione sangat bahagia melihat Ginny. Sahabatnya masih hidup dan masih cantik sama seperti dulu. Namun ucapannya kepadanya membuat Hermione sakit hati. Terlebih melihat keadaan Ron. Laki-laki pujaannya begitu kurus dan tampak seperti mayat hidup. Selain itu, dia kehilangan kaki kirinya karena ayahnya.

Hermione menggeram. Tak cukupkah ayahnya menyakitinya? Sampai dia melukai orang yang Hermione sayang.

Semenjak dia bangun, Hermione tidak bicara dengan Tom. Wanita itu menghindarinya. Bagaimanapun, Hermione masih marah atas perbuatan Tom pada teman-temannya.

Sedang Tom, dia tidak peduli. Pria itu juga mengacuhkan Hermione. Dia selalu pergi dari manor sebelum Hermione bangun dan kembali setelah Hermione tidur. Selalu seperti itu. Mereka saling mendiami satu sama lain. Padahal perasaan mereka sangat jelas.

Marah.

Tapi mereka memilih abai. Dan berpura-pura bahwa perasaan mereka tidak terhubung satu sama lain.

***

Tom tentu tidak melepaskan dua Weasley semudah itu. Dengan sedikit siksaan tambahan serta beberapa informasi curian, dia baru melepaskannya.

Namun, Tom menyuruh Draco untuk terus mengawasi mereka.

Dilaporkan bahwa pihak cahaya yang masih hidup tinggal di tepi Pantai Cissarea. Daerah di sebelah timur laut Skotlandia. Hidup mereka berpindah-pindah pada awalnya. Sampai menemukan tempat yang cocok.

Mereka hidup di mana tempat mereka tinggal belum terjamah oleh Voldemort dan pengikutnya. Karena memang, daerah tersebut tidak terlalu penting. Hanya lautan lepas, hutan liar, dan pasir terbentang luas yang membosankan.

Tiba-tiba, pintu ruang kerjanya dibuka paksa. Tom menggeram marah dan nyaris mengutuk orang yang berani-beraninya mengganggu. Dia mendongak dan mendapati Hermione dengan wajahnya yang memerah.

"Kenapa bangsalnya diperkuat?" tanya Hermione.

"Kenapa?" Tom malah balik bertanya.

"Aku tidak bisa pergi ke manapun."

"Yang menyuruhmu pergi siapa?"

Hermione mengerutkan keningnya. "Haruskah aku meminta izin padamu?" dia mengejek.

Tom mengabaikan ejekan Hermione. "Aku yang memegang kendali. Dan kau adalah salah satu yang di bawah kontrolku."

Hermione mengepalkan tangannya marah.

"Aku tidak akan tunduk padamu. Tidak akan pernah."

"Seolah-olah kau bisa." Tom mengejek.

"Baik. Kalau begitu aku meminta kau untuk membuka sihirku."

Tom menatapnya tanpa ekspresi.

"Aku hampir sekarat. Wizzie bilang aku membutuhkan sihirku untuk menyembuhkan lukaku."

"Lalu setelah kau sembuh, apa kau ingin kembali pada pria jahe itu?" kata Tom dengan nada gelap.

"Jika itu yang kau inginkan, maka ya, aku akan bersama Ron."

Sebuah pajangan bergambar ular menabrak dinding dan pecah menjadi berkeping-keping.

"Jangan pernah kau sebut nama pria lain di hadapanku!" desis Tom marah.

"Atau apa?! Apa kau akan membunuhnya!?" bentak Hermione. "Kau pengecut! Kau tahu itu!? Selalu menggunakan ancaman untuk mengendalikanku. Padahal kau tahu aku tidak bisa dikendalikan oleh siapapun."

Mata Tom berubah menjadi merah darah. Dia mencekik Hermione dan menghimpitnya ke dinding.

"Tidak. Bukan aku. Tapi kau. Pada dasarnya kau memang ditakdirkan untukku. Kau tidak berdaya tanpaku. Kau tidak punya siapapun untuk menolongmu selain aku. Keluargamu berpura-pura menyukaimu karena kau adalah lambang kejayaan mereka. Temanmu tidak mengakuimu karena kau adalah seorang pengkhianat," bisik Tom dengan senyum kejam setelah melihat mata Hermione yang berkaca-kaca.

"B-bohong."

Air mata Hermione lolos. Dia menatap Tom dengan kekecewaan yang jelas.

"Mereka tidak seperti itu."

Tom menyeringai mengejek.

"Rodolphus dan Bella membencimu. Keluarga Malfoy jelas tidak menyukaimu. Kau selalu membuat mereka malu. Mereka membutuhkanmu karena kau adalah gadis emas yang terpandang. Dan teman-temanmu? Mereka bahkan menganggapmu pengkhianat." Seringainya semakin melebar melihat air mata Hermione yang turun kian deras.

Tom melepaskan cekikannya. Membiarkan tubuh Hermione merosot ke lantai akibat tamparan keras dari kata-katanya.

"Kau bukan siapa-siapa. Tapi kau bersikap seolah-olah kau berharga. Kau terlalu buta untuk mengetahui sebuah fakta."

Hermione menolak terisak di depan bajingan ini kendati air matanya kian turun dengan deras.

Tom berjongkok guna mensejajarkan dirinya dengan Hermione. Dia mengelus rambutnya lembut lalu pipi dan terakhir bibirnya.

"Kau masih memilikiku. Aku adalah tempatmu pulang. Bukan orang tuamu, keluarga Malfoy, teman-teman idiotmu, atau bahkan pria jahe itu." Tom mengangkat wajah Hermione untuk menatap matanya. "Karena kau adalah milikku."

Saat Tom hendak mencium Hermione, wanita itu berbisik di dekat bibirnya,

"Kau memiliki tubuhku, tapi tidak dengan hatiku."

Kedua bibir tersebut kemudian bertemu.

.
.
.
.
.
.
.
.

après la vieWhere stories live. Discover now