🏃RUN WIFE - 20

1.3K 191 23
                                    

Penderitaan tak henti-hentinya dimulai.

Habin dipekerjakan sebagai office girl yang bertanggung jawab atas kebersihan ruangan Presdir. Hanya satu ruangan itu. Yang artinya Park Jimin akan leluasa menyiksanya di tempat ini.

Pasti Nyonya Park juga sengaja memasukkan dirinya kesini atas perintah lelaki itu. Karena ia kenal betul wanita paruh itu yang tak mungkin sengaja melakukan ini padanya. Terlebih dia tahu kalau dirinya membenci Park Jimin.

Tapi, Habin tidak peduli. Bekerja ya bekerja saja. Jika dimarahi, dibentak atau semacam kekerasaan lainnya, toh ia bisa melaporkan hal itu pada polisi. Kalau ia berani. Habin tersenyum getir.

"AKU MENYURUHMU BEKERJA BUKAN UNTUK MELAMUN!" Teriak Jimin yang tetap fokus pada pekerjaannya.

Habin tersentak. Sebenarnya ia bukan melamun, melainkan mengantuk karena akhir-akhir ini Park Jimin selalu membuatnya pulang larut.

Habin lebih kuat dan semangat lagi menggosok-gosokkan lapnya pada noda-noda di dinding. Astaga, padahal hanya noda kecil, orang-orang yang masuk kesini tidak akan melihatnya.

"Oh, tidak!"

Suara lelaki itu terdengar panik.

Kali ini apalagi? Geretak Habin dalam hatinya.

"YA! BABU! KEMARILAH SEBENTAR. BERESKAN KEKACAUAN INI!"

Habin berjalan sedikit menghentak-hentakkan langkahnya. Jika batas kesabarannya sudah meletus, jangan salahkan sesuatu yang buruk akan terjadi pada pria sialan itu.

Air yang tumpah beluber ke segala penjuru arah di lantai. "Kau sengaja, ya?" Tuduh Habin, menatap tajam Jimin.

"Hey! Kau berani memarahi atasan?" Jimin tak terima.

"Lalu, bagaimana air ini bisa tumpah?!"

"Aku yang menumpahkannya." Jujurnya tersenyum penuh kemenangan.

Kedua tangan Habin mengepal di sisi tubuh. Dadanya naik-turun. Serta matanya yang siap melesatkan anak panah tepat di jantung lelaki paling menyebalkan itu.

"Tidak baik melawan atasan. Kau mau gajimu kupotong habis?" Ancam Jimin dibarengi seringaian.

"Sebelum kau melakukannya, aku yang akan lebih dulu memotong tanganmu sampai bahu!" Nyatanya peringatan Habin lebih menyeramkan.

Segera perempuan itu mengepel lantai yang terkena air. Tak mempedulikan Jimin yang memandanginya terus-menerus sambil tersenyum seperti orang gila.

"Belikan aku kopi. Tidak terlalu pahit, tidak terlalu manis, dan harus masih hangat. Ini alamat kedainya."

Seusai membersihkan kekacauan. Habin langsung menerima tugas lagi dari pria sialan itu. Seketika bola matanya membesar, mengetahui alamat kedainya terletak jauh dari kantor. Sekitar dua puluh menit perjalanan menggunakan mobil.

"Wah, kau sangat keterlaluan, Park Jimin?" Habin menatap Jimin kecewa.

"Jangan menatapku begitu. Dasar tidak sopan! Cepat sana pergi!" Usir Jimin sembari mengibas-ngibaskan tangannya.

Habin mempertahankan tatapan benci yang dibaluti kekecewaan itu untuk beberapa saat. Kemudian, melanggang pergi membawa kekesalan.

Jimin merubah raut wajahnya ke mode kasihan. Memperhatikan wanita itu sampai benar-benar keluar dari ruangannya. Sialnya, Jimin malah melihat Habin seperti menyeka air matanya.

Maafkan aku.

...

Habin telah sampai di kedai tujuannya menggunakan taksi. Memasuki tempat itu dan segera memesan kopi yang sesuai dengan keinginan Jimin.

Run Wife [END]Where stories live. Discover now