🏃 RUN WIFE - 33

1.5K 208 44
                                    

Habin tak ingin mengusik hidup seorang Park Jimin lagi. Dari tatapannya mengisyaratkan bahwa Jaehwan marah pada lelaki yang masih menyandang sebagai suaminya itu. Dan, Habin yakin cepat atau lambat Jaehwan pasti akan melabrak lelakinya.

Membiarkan Jimin awam soal kehamilannya, dan membiarkan lelaki itu bahagia dengan wanita lain mungkin pilihan terbaik. Sudah cukup, lembaran kisah mereka berakhir sampai di sini. Berharap tak ada lagi kejadian yang harus melibatkannya dengan hidup lelaki itu.

Habin bergegas menyeret kopernya pergi dari tempat ini, sebelum Jaehwan sampai. Atau, kepergiannya takkan berhasil.

Tepat setelah keberangkatan Habin lima belas menit yang lalu, Jaehwan tiba. Mendapati kamar rawat sahabatnya kosong dan rapi seperti tak ada kehidupan, mendadak hatinya tak tenang.

Bergegas Jaehwan berlari keluar ruangan. Saat berpapasan dengan salah satu perawat, Jaehwan menghentikannya.

"Permisi, apa anda lihat pasien yang di rawat di kamar ini?" Tanya Jaehwan terburu.

"Maaf, saya tidak melihatnya." Jawabnya, lantas berlalu lagi.

Jaehwan meremas rambutnya frustasi. Berlari lagi sampai luar rumah sakit. Radarnya bergerak cepat memutari sekitar, berharap menemukan sosok yang dicari. Namun ... Nihil.

Jantungnya serasa dilolosi. Padahal, ia berjanji akan menjaganya. Dia tidak sendiri lagi. Tapi, kenapa Habin malah memilih pergi darinya?

Saat itu juga, amarah Jaehwan memuncak.

Ini semua salah Park Jimin.

...

Terjadi perang dingin antara Jaehwan dan sang atasan. Tak ada ketakutan yang terpancar dari mata pemuda itu. Rasa takutnya seakan terkalahkan oleh rasa sakit yang ditanggung sahabatnya karena laki-laki ini.

"Mau apa kau kesini?" Tanya Jimin dingin. "Ingin memberitahuku soal hubungan kalian?" Jimin tertawa sinis.

Kedua tangan Jaehwan mengepal.

Jimin tahu lelaki ini. Lelaki yang sama, yang memeluk sang istri bahkan sebelum mereka menikah pun.

"Jaga ucapanmu jika tak tahu apa-apa!" Gertak Jaehwan.

Jimin sontak berdiri dari duduknya. Menatap Jaehwan benci. "Apa yang aku tidak tahu? Sudah jelas wanita itu berselingkuh denganmu. Aku bahkan kerap melihat kalian berpelukkan dulu. Ow! Apa kau merencanakan sesuatu dengannya untuk menghancurkanku?" Tuduh Jimin tak masuk akal.

"Apa yang membuatmu berpikir Habin sekeji itu?"

"Tentu saja. Apa yang tidak mungkin? Dulu ... Habin sangat membenciku, lalu tiba-tiba saja dia mau menerima cintaku. Apa itu tidak terlalu mencurigakan?" Otak Jimin benar-benar telah rusak hingga berpikir melantur.

"HABIN BUKAN ORANG SEPERTI ITU! Dia tulus mencintaimu. Hanya karena melihatnya memelukku, kau langsung menyimpulkannya berselingkuh?" Jaehwan sungguh tak habis pikir.

Jimin berjalan cepat ke arah Jaehwan. Menarik kerah baju pemuda itu dengan kencang. Berani-beraninya seorang bawahan membentak atasannya.

"LALU, KENAPA DIA MEMELUKMU? SEHARUSNYA DIA BERPIKIR JIKA SUDAH MEMILIKI SUAMI!" Gigi Jimin saling bergemelatuk marah. Mencengkeram kerah Jaehwan kian kuat, sampai membuat lelaki itu tercekik.

"KARENA DIA SEDANG HAMIL, BRENGSEK!" Teriak Jaehwan di depan wajah Jimin.

Seketika cengkeraman Jimin melemah. Air mukanya berubah redup. "H-hamil?" Tanyanya tergagap.

Jaehwan mendorong Jimin menjauh darinya dengan kasar. Pria itu terhipnotis kata-kata mencengangkan barusan, hingga tak mampu untuk melawan.

"Ya, dan kau telah menelantarkan mereka."

Run Wife [END]Where stories live. Discover now