«Dua puluh tujuh»

12.5K 887 7
                                    

Happy Reading♡

.

.


"Adel?"

Alex membuka tirai yang terhubung menuju balkon kamar. Langkahnya sempat terhenti sejenak lantaran panggilannya diacuhkan, padahal jelas-jelas Adel sedang di sana, duduk bersandar pada dinding dan memeluk lututnya.

Entah apa yang lebih menarik dibanding panggilannya.

Alex menarik napas dalam, lalu kembali melangkah pelan dan duduk tepat di samping Adel. Ia mengamati Adel dari samping.

Cewek itu terus diam seakan kehadiran Alex hanyalah angin lalu di matanya.

"Adel, Mbak Dita pergi, buatin gue makan."

Bukannya menoleh lalu menjawab, Adel malah menidurkan kepalanya di atas lututnya yang terlipat dengan posisi menyamping membelakangi Alex.

"Adel," panggil Alex lagi.

Alex mendengkus karena lagi dan lagi panggilannya diacuhkan. Entah keberapa kalinya, sedari tadi bahkan saat Dita belum keluar rumah pun, Adel mengabaikan setiap panggilan Alex. Bahkan menoleh atau menatap Alex saja pun tidak.

"Adel, gue laper." Tangan Alex terangkat menyentuh lengan Adel.

"Lo bukan anak kecil lagi yang makan aja harus diurus," balas Adel tanpa menoleh, tapi menepis tangan Alex.

"Tapi di dapur nggak ada makanan, Del."

"Di kulkas."

"Nggak ada."

"Lo bisa beli di luar."

"Makan makanan di luar belum tentu bersih."

Adel mendengkus keras lantas bangkit membuat Alex menyunggingkan senyum samar merasa Adel akan mengalah dan menurutinya ini. Namun, dia salah.

"Gue nggak peduli," balasnya.

Ternyata Adel bangkit untuk menjauhinya.

Sebelum benar-benar menghilang dari pandangannya, Alex buru-buru ikut bangkit tapi ia tak menahan Adel.

"Lo marah?"

Langkah Adel sontak berhenti, tapi hanya sejenak sebab beberapa detik cewek itu kembali melangkah tanpa menoleh.

Hembusan napas panjang keluar, Alex merapatkan bibir lantas melangkah keluar rumah.


*
* ALEXON *

Alex menormalkan napasnya yang terputus-putus, wajah putihnya memerah dengan keringat yang membanjiri pelipisnya. Cowok itu berhenti berlari dan membungkuk menumpukan tangan di atas lutut.

Ia melonggarkan dasinya sembari melangkah menuju tepi lapangan. Pagi ini dia dihukum lagi setelah sekian lama ia tak dihukum karena telat.

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang