19 [ succes ]

1.8K 380 55
                                    

P S Y C H O  ;  S U N G H O O N




Jungwon mengepalkan tangannya erat tanda kesal, ia datang di waktu yang sangat tepat. Ia sudah mendapatkan firasat buruk semenjak pulang sekolah tadi, entah kenapa pikirannya tertuju kepada kejanggalan saat Jiwon tidak ikut menjemputnya.

Dan apa ini, ia tidak menyangka kalau ibu sambungnya mempunyai sikap seperti itu. Bahkan tidak segan Jiwon membentak Jaera dan bahkan menjambak rambut kakaknya itu.

Bukan hal itu saja yang membuat Jungwon kaget, Perkataan dari Jiwon membuat hatinya sangat terluka. Dan satu lagi, dalang pembunuh kakeknya adalah orang itu yang merupakan ibu sambungnya sendiri.

“Jungwon, sejak kapan kamu disini nak?” tanya Jiwon berubah lembut, raut wajahnya langsung berubah begitu saja. Melihat itu, Jungwon mendecih.

“Gak usah pura-pura baik didepan Jungwon! Jungwon kira, mama adalah orang yang baik, pengertian, dan sayang sama Jungwon. Tapi apa ini, mama sendiri yang membuat Jungwon benci sama mama! Kenapa ma?”

Toko yang terbilang cukup sepi membantu Jungwon untuk mengeluarkan semua unek-uneknya tanpa rasa malu karena hanya ada 4 orang disana. “Selama ini Jungwon kira kak Jiya adalah pembunuh! Dan apa ini?! Ternyata mama yang bunuh kakek? Untuk apa ma!”

Jungwon berteriak sambil mengguncang-guncang pundak Jiwon. Ia tidak sadar kalau air matanya sudah membasahi pipinya. “Jungwon, dengerin mama. Jiya adalah orang yang bunu—”

“Gak usah dijelasin lagi ma! Semuanya udah jelas! Mama orang yang jahat! Mama ngelakuin semua kebaikan itu hanya demi harta! Iya, 'kan? Jawab ma!” ucap Jungwon marah. Matanya terpejam untuk meredakan emosi sehingga air matanya ikut keluar membasahi pipinya lagi.

“Itu gak benar!”

“Disaat yang seperti ini mama masih ngelak?! Padahal semuanya sudah jelas ma! Apa susahnya tinggal jujur sama Jungwon?”

Melihat Jungwon yang berbicara seperti itu kepadanya membuat Jiwon mengepalkan tangannya erat. Ia tidak segan-segan untuk memukul wajah Jiya saat itu juga. Penyebab Jungwon seperti itu adalah Jiya, ia membuatnya membuka mulut hingga tanpa ia sadari, semua kebenarannya telah didengar oleh Jungwon.

Jiwon tersenyum miring kemudian mengeluarkan sebilah pisau dari dalam jaket yang ia kenakan. Melihat itu Jungwon lantas membelakkan matanya, entah sekarang ia dipenuhi oleh pikiran negatif akan apa hal yang akan terjadi selanjutnya.

“Karena Jiya, kamu benci mama! Padahal Jiya yang harusnya kamu benci! Mama gak suka sama orang yang buat kamu benci mama!” ucap Jiwon sambil melhat pisau dan Jiya yang berada tidak jauh disebelahnya secara bergantian.

Seketika ruangan hening, suara tancapan pisau membuat orang yang berada di ruangan itu membelakkan matanya tidak percaya. Setelah lama mencerna keadaan, hingga Jungwon tersadar kala melihat seragam kakaknya terdapat noda merahnya. Melihat hal itu, Jiwon segera kabur meninggalkan kericuhan yang ia buat tadinya.

“AKH!!!” Jiya meringis kesakitan ketika pisau itu menusuk lengan atasnya. Walaupun tidak dalam, Jiya merasakan sakit yang sangat luar biasa. Ia tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi kepadanya.

Melihat hal itu, beberapa satpam yang berada di luar lantas mengejar Jiwon. Jungwon langsung menghampiri kakaknya yang perlahan terduduk lemah di lantai toko.

Jiya mencabut pisau itu dari lengannya dengan cepat. Darah terus mengucur hingga membasahi lantai toko. Jaera yang melihatnya lantas meminta bantuan kepada orang yang berlalu lalang di luar untuk segera memanggilkan ambulans.

Jungwon panik ketika Jiya yang perlahan menutup matanya. Melihat hal itu Jungwon lantas menepuk pipi Jiya agar Jiya kembali tersadar. “Kak, tahan ya. Bentar lagi mobil ambulans-nya datang. Kakak orang yang kuat, kakak gak mau kan kalau Jungwon sedih?” ucap Jungwon sesenggukan.

Psycho | Sunghoon ✓Where stories live. Discover now