Bab 40 - Death penalty

1.6K 261 13
                                    

Happy reading

---

"Jika kau ingin menghentikan semua ini. Kalahkan dan tunjukkan kau lebih kuat" Ucap Asher

"Bagaimana caranya?"

"Percaya pada dirimu dan cintai dirimu"

.

.

Asher duduk di kursi tanpa pengacara di sampingnya. Siapa yang ingin menjadi pengacara seorang pembunuh?

Ia melihat seorang Jaksa dan hakim bergantian. Mereka terus mengeluarkan kalimat yang tidak ia gubris.

Netranya melihat kesamping yang terdapat beberapa keluarga korban maupun korban itu sendiri.

Ia melihat Alan yang tengah duduk di samping Dr. Xela sambil menunduk dan Gerald yang duduk di samping Hanna.

Gerald memang tidak bisa melihat namun ia masih bisa mendengar. Ia juga sudah tau apa yang terjadi dari Jay.

Jay sendiri duduk di samping Clara yang sedang menahan tangis.

Jay menatap balik Asher dengan mata tajam. "Hentikan semua ini!" Seperti itulah yang ada Asher baca di balik mata tajam itu.

Asher tersenyum. "Kau tidak sendiri" Ucap Asher tanpa suara

Jay mengepalkan tangannya erat. Ia geram dengan semua ini. Tidak adil!.

Tok tok tok

Hakim memukul palu menandakan ia akan mengatakan keputusan terakhir.

"Saudara Asher Aarav diduga menculik, melakukan pelecahan seksual dan membunuh wanita, dinyatakan bersalah...

... Sesuai dengan pasal yang berlaku. Saudara Asher Aarav akan dihukum mati"

Tok tok tok

Alan berdiri memberontak. "TIDAK! ITU TIDAK BENAR!"

Dr. Xela menahan Alan agar tidak terjadi kejadian lebih parah.

"YANG MULIA! TOLONG TARIK KEPUTUSAN ANDA!"

Tiba-tiba tangannya terasa perih saat jarum suntik menancap kulitnya. Netranya melihat Dr. Xela yang memegang suntikan dengan kecewa.

"Tolong, tarik hukuman Asher"

Bruk

Alan tak sadarkan diri karena obat bius lalu tubuhnya di bawa oleh salah satu polisi suruhan Hanna.

Asher yang melihat itu hanya terdiam. Tubuhnya ditarik paksa oleh polisi untuk keluar dari ruang persidangan.

.

.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

"Hukuman mati?! Apa dunia ini telah gila?!" Geram Jay sambil memukul dinding di depannya

Tekukan jarinya sudah mengeluarkan darah namun ia belum berhenti melakukan tinjuan itu.

Bugh

Bugh

Bugh

"BAJINGAN SIALAN ARGH!!!" Teriaknya frustasi

Ia melayangkan tinjuan nya pada dinding namun dihentikan oleh Clara yang terlihat matanya sembab karena terus menangis.

"Tenanglah. Jangan melukai dirimu"

Page [END] Where stories live. Discover now