ACCIDENT| 01

11.4K 289 0
                                    

Hai, selamat membaca! ❤️

Kedua pasutri muda itu kini sama-sama melihat atap-atap rumah. Entah apa yang keduanya pikirkan.

Elbra menoleh kesamping masih dengan tangan kanannya yang ia jadikan bantalan.

"Ven," panggilnya.

Venta yang masih sibuk dengan pikirannya itu menoleh dengan malas, kedua tangannya sedari tadi terus-menerus menarik selimut sampai batas dadanya.

"Apa?" jawabnya sedikit ketus.

"Lo beneran ngantuk?" tanya Elbra dengan hati-hati.

"Menurut lo? gak liat mata gue udah tinggal 5 watt. Badan gue juga udah pegel-pegel."

"Gak bisa ditunda Ven?"

"Ven," panggilnya lagi saat ia tak mendapat jawaban.

"Apa sih El?!"

"Serius beneran ngantuk?" tanya Elbra penuh harap.

"Iya Elbraa! kenapa sih emang?"

Elbra kembali menatap langit-langit rumah, ia menghela nafas panjang membuat Venta mengernyitkan kening.

"Kenapa sih El? cepet ngomong." titah Venta.

"Ini malem pertama kita kalo lo lupa." Elbra menoleh lagi kesamping. Keduanya saling menatap satu sama lain.

"Setelah apa yang terjadi, lo masih minta malam pertama kita El?"

"Yaiyalah!" jawab Elbra lugas.

"Kalo lo juga lupa, ini bukan malam pertama kita, tapi malam kedua. Lo udah curi start sebelum mulai!"

Elbra tentu paham apa yang dimaksud Venta itu, tak mungkin ia melupakannya. Hal itu juga yang membuat keduanya kini berada dalam satu kamar.

"Gini-gini gue laki-laki normal. Kalo gak mau gue serang, ganti baju lo Ven jangan terlalu seksi. Iman gue belum kuat liatnya."

Benar yang dikatakan Elbra. Malam ini ia menggunakan lingerie yang sangat tipis dan juga terlihat sedikit seksi.

"Heh! kalo gak karena ada anak lo disini," Rhea menunjukkan perutnya. Ia menyibakkan seluruh selimut sampai terlihat full body nya. Elbra yang melihat semakin menguatkan imannya. Ia menelan ludahnya dengan susah payah.

"Gue sesek kalo pake baju yang model-model buat tidur biasanya, badan gue gerah, dan kalo gue pake ini lebih mudah kalo gue bolak-balik kamar mandi!"

"Apa lo mau anak lo, darah daging lo, kepanasan gara-gara pake baju model kaya gitu, itu yang lo mau?!" tanya Venta garang.

Venta malah membalikkan badannya dengan gerakan cepat, sepertinya ia lupa jika ada nyawa rentan didalam perut nya.

"Astaga Venta! inget anak Ven, lo jangan gitu posisinya." Elbra melotot kan matanya saat melihat Venta yang sudah dengan posisi tengkurap.

"Biasanya juga gue gini."

"Ya jangan Ven, masa anak gue jadi penyet nanti." Setelah mendengar itu Venta segera membenarkan posisinya, ada benarnya juga ucapan Elbra.

Elbra menggeser tubuhnya lebih dekat lagi dengan Venta. Venta yang melihat itu melototkan matanya. "El jangan macem-macem ini ada anak lo!"

"Apa sih? pikiran lo kotor banget."

Elbra sedikit mengangkat kepala Venta menaruh tangan kirinya menjadi bantalan Venta sedangkan satunya ia gunakan untuk mengelus perut yang masih terlihat rata itu.

Tatapan Elbra terus melihat perut rata Venta. "Maafin papah ya, kamu jadi harus ada diperut mamah sebelum waktunya. Sebagai permintaan maaf papah, papah janji bakal jagain penyet sama--" Elbra kini mendongak menatap manik mata Venta yang sedari tadi memperhatikan dirinya, "Mamah." Setelah nya Elbra kini kembali mengelus perut Venta.

Venta yang mendengar kata 'mamah' itu merasa debar jantungnya akan meledak, sedari tadi ia mencoba menahannya. Perutnya juga serasa digelitik saat Elbra mengelus perutnya yang hanya menggunakan lingerie tipis sehingga serasa tangan Elbra tersentuh langsung dengan kulitnya.

Terlintas bayangan dirinya, Elbra, dan bayi kecilnya bahagia, tapi bagaimana pun ini tetap kesalahan. Tak ada pembenaran tentang ini semua. Tak seharusnya juga ia dan Elbra menjadi orang tua diusia mereka yang masih muda.

***

Elbra maxton adisson.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ELWhere stories live. Discover now