Rain

2.5K 252 8
                                    


Ada yang masih nunguin fanfic ini kah :)



Serius, Meei lagi kehabisan ide tentang haluanya Nanami.

Mana lagi gak enak badan lagi :')




Tapi berhubung di rumah Meei hujan tadi jadinya dapet ide deh~



Enjoy the chapter~~









Hujan.






Orang orang bakal ngomong kalo hujan itu bikin inget masa lalu,






Ngelihat hujan bisa nostalgia sama mantan.










Nostalgia sama kenangan kenangan kita~






Dan disinilah (name).







Boro boro ngeliatin hujan.


Jemuranya aja belom diangkat.




" Omg- jemuran baru tak jemur dah ujan aja sihh!" Jemuran yang baru dijemur 1 jam lalu pun diangkat lagi.




Masih rada basah.




Emang dari pagi tadi cuacanya mendung sih.




(Name) udah taro pakaiannya di sofa. Biar agak kering gituh.





" Huh.... Dingin juga ya..." (Name) nutup jendela biar airnya engak masuk. (Name) akhirnya tetep ngeliatin ujan juga. Tapi yang di pikirannya ini adalah,

'hmmm... Gabutz..'


' ujan ujan gini enaknya masak mie kali ya?'


' ah, nanti dimarahin Nanami kalo makan mie terus.'


' kemaren kan udah.'


' mesen gopud aja deh.'


' eh tapi Abang gopud nya kasian. Kehujanan.'






" Hmm... Dingin.."



Tiba tiba ada yang memeluk (name) dari belakang. Nanami mencium kepala (name), meletakan kepalanya di bahu (name).




" Eh Nanami. Udah selesai ya mandinya? Rambut kamu masih basah tau."




Ucapmu saat merasakan air yang menetes di bahumu. Kamu berbalik menghadap Nanami.




Yang ternyata cuma pake handuk yang melingkar di pinggangnya saja.








Hmmzz.... Lihatlah roti sobek itu...


" Hm,Kenapa? " Nanami smirk, pas liat kamu ngelihatin roti sobeknya.





" Ngg-ngak! Ngak kok! Lagian masih basah kayak gini jalan jalan kesini! Pantes lah dingin!"





Kamu mengambil handuk kecil yang melingkar di leher Nanami dan menarik Nanami ke kamar.





" Dahlah! Sini aku keringin rambut kamu."





/ Di kamar.





" Nah, duduk disini!" Kamu mendorong Nanami untuk duduk di kasur, sementara kamu berdiri di depan Nanami.





Nanami memeluk pinggangmu dan menarikmu ke dekatnya.





Kamu pun mengeringkan rambut Nanami. Sambil ngeringin kamu pun iseng iseng menata rambut Nanami. Sampai kamu membuat rambut model SMA nya Nanami.





"Pftt"






" Hm? Kenapa?" Nanami menatapmu meminta jawaban.



" Hmz- bentar bentar." Kamu menahan tawa. Melepaskan pelukan Nanami lalu pergi ke meja rias ngambil kaca makeup. Balik lagi ke Nanami. Nanami ngelihat pantulan wajahnya sendiri di kaca.




"....."





" Kayak model rambut pas bebeb SMA kan?". Kamu masih menahan tawa.




".. iya sih. Emangnya kenapa?"





" Gak kenapa napa sih, tapi ngelihatnya kayak culun gitu loh. Hahahaha!!!"







"... Terus.."





" Gak kenapa napa sih, tapi ya lucu aja ngeliat gaya rambut kamu kek dulu. Dulu kan pipi kamu gak keliatan tirusnya."  Kamu menyibakkan rambut Nanami ke atas. Kayak model Nanami kek biasa.






" Hmmzz.... Kek gini kan lebih berdamage."






" Bisa aja.."





Nanami tersenyum kepadamu. Menarikmu ke dalam pangkuanya.






" Kamu juga lebih cantik kalo kayak gini..." Nanami melepas ikatan rambutmu. Rambut mu jatuh menjuntai sampai ke pinggul.

// Mohon maap bagi readers yang rambutnya pendek 😃. Disini pakai standar saya ya:)//





" Lebih seksi.." Nanami mengecup bibirmu sekilas. Kamu pun ngeblush.






" Mumpung lagi hujan kita main ya.." Nanami mulai menciumi wajahmu. Lalu turun ke leher dan mengecupnya. Kamu merasakan sensasi geli. Tanpa sadar kamu mendesah pelan.








"Ugh.....ehm.. apaan sih, apa hubunganya sama hujan!...." Kamu mendorong bahu Nanami mencoba melepaskan diri.






Nanami tersenyum miring. Menjatuhkan dirinya ke kasur. Lalu membalik posisi sehingga kamu yang dibawah dan Nanami yang diatas. Nanami terus menciumi lehermu. Setelah satu kissmark yang dia berikan dan Nanami pun menjawab tepat di telingamu, menghasilkan sensasi geli dan nafsu.



























" Hujannya lagi deras... Kamu bisa mendesah semaumu."






Dan pada akhirnya lah (name) dimakan sama Nanami :)













Sekian, terima gaji.

Nanami X ReaderWhere stories live. Discover now