10. After Marriage

1K 95 9
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa vote comment Dan share yaa
.
.
.

✨✨✨


Cahaya rembulan saat ini tengah menemani aku yanh berjalan di alun-alun kota bersama wanita yang sudah sah menjadi istri ku, Lean.

Tadi ia menangis setelah ayah nya pulang.  Aku akui dia kuat, menahan tangis hingga ayahnya pergi bukanlah hal mudah. Apalagi, ayah merupakan cinta pertama para wanita, termasuk Lean.

Setelah bertemu dan mengobrol dengan sang ayah, kami pergi untuk bertemu dengan ibu ku dan ibunya. Tentu kami harus menyapa, setelah resmi menjadi pasangan suami istri.

Lagi-lagi ia kembali menangis saat kami menyapa. Emang wajar sih dia nangis terus. Selain sedih, pasti hormon kehamilan nya yang mendukung dia buat nangis.

Namun yang aku sukai setiap perjalanan adalah, tangannya yang terus menggenggam tanganku erat.

"Le, aku mau itu!" Ujar Lean melihat permen gulali yang berbentuk beruang.

"Yakin kamu mau itu?" Tanya ku.

"Yakin le, ih hayu beli! Ini mah kemauan dede bayi, bukan aku!"

"Iya-iya kita beli."

Kami pun menghampiri tukang dagang tersebut. Senyuman Lean merekah saat melihat banyak bentuk pada gulali itu. Persis seperti anak kecil.

Sudah hampir 4 jam kami berkeliling kota seoul, di musim gugur ini. Mencoba berbagai makanan yang lean mau, bercanda gurau di perahu yang kami naiki di sungai, menonton film horror kesukaannya dan tak lupa mengabadikan banyak momen di kameranya.

"Lele, aku lapar lagi," rengeknya saat kami hendak pulang ke rumah.

"Kamu kan baru selesai makan 10 menit yang lalu."

"Tapi aku mau itu!" Rengeknya lagi sambil menunjuk ke toko berjudul bongeoppang."

"Kita ke supermarket aja ya? Sekalian beli bahan buat di rumah. Lagian udah malem juga.."

"Tapi aku mau itu dulu."

"Yaudah iya. Kita beli. Tapi makan ya? Jangan di kasih ke aku."

Yap. Sejak tadi kami kuliner berbagai macam makanan. Namun semua makanan yang di beli Lean hanya ia makan dikit, lalu sisanya aku yang harus menghabiskan. Serius, aku sudah kenyang dibuatnya.

"Iya lele." Jelasnya setelah itu, tanganku pun di tarik olehnya. Membawa ke toko tersebut.

"Kak, bongeoppang nya 2 ya? Lalu minum nya milk shake strawberry dan kamu mau apa?"

"Cappuccino."

"Cappuccino nya satu." Pesan Lean lalu kami pun duduk menunggu pesanan tiba.

Posisi duduk kami berhadapan, kami saling memandang. Wanita cantik itu menunjukkan ekspresi yang tidak bisa aku pahami.

"Lean kamu kenapa? Mau apa lagi?" Tanya ku sambil menggapai tangannya yang berada di atas meja.

"Mau pulang." Lirih nya

"Iya, abis ini kita pulang ya? Tunggu sebentar."

"Iya le."

Aku seperti harus belajar banyak tentang  kehamilan. Aku bingung dengan suasana hati Lean yang berubah dengan begitu cepatnya. Seperti saat ini, Dia sama sekali enggan menjawab pertanyaan ku. Dia terus saja dia sambil memeluk pinggang ku.

Disepanjang jalan yang sunyi tanpa celotehan, tiba-tiba aku mendengar isak tangis. Lean menangis lagi.

Segera ku hentikan motor di sisi jalan.

She Pregnant My Baby | Chenle X WinterDonde viven las historias. Descúbrelo ahora