31. Shanghai?

572 71 10
                                    


Happy Reading
.
.
.

Fajar menyingsing, ditemani oleh deras hujan yang mendominasi kota Seoul. Suara hujan terdengar di telinga Lean yang baru saja membuka matanya yang sembab. Dirinya membuka tirai sedikit, mengintip ke arah luar untuk memastikan sesuatu.

Dirinya murung, suaminya itu tidak pulang. Motor nya tidak ada di halaman rumah. Matanya kini kembali berair, dan akhirnya menangis.

Hatinya sedih, juga menyesal akan ucapannya kepada sang suami. Dirinya telah dikuasai emosi kemarin, hingga tidak bisa berpikir jernih.

"Kamu tidur dimana le?" isak Lean sembari meringkuk, menyembunyikan tangisannya di sela tangannya.

"Aku ga bisa tanpa kamu." Lirih nya.

Tidak seperti Lean yang kini menangis memikirkan Chenle, kini Chenle tengah mematung kaget dan merasa tidak mengerti.

Dirinya bangun dari tempat tidur, dan ruangan di penjuru matanya adalah ruangan luas dan Mewah. Bahkan, dirinya kaget melihat foto dirinya yang sudah dewasa bersama sang ibu dan seorang lelaki yang tidak ia kenal.

Dirinya meringis, efek alkohol yang di minumnya masih membuatnya pusing.

"Kenapa aku disini? Apa aku lagi berhalusinasi?"monolognya sembari mencoba mengingat kembali kejadian kemarin. Tapi dia tidak bisa mengingat apapun selain pertengkaran hebat antara dia dengan Lean.

Matanya kembali melirik ke sepenjuru ruangan. "Tempat nya indah, mungkin jika tempat ini milik ku, Lean ga bakal malu kan?" Pikirnya.

Chenle sekarang bangkit dan mencoba melirik barang-barang di tempat itu. Hingga atensinya teralihkan saat sebuah pintu terbuka. Seorang lelaki paruh baya kini tersenyum dan menghampiri chenle.

"Gimana? Sudah bangun?" tanya Suho tidak di mengerti oleh Chenle. Dia menggunakan bahasa China.

"Oh iya, kamu ga bisa bahasa china."

"Apa yang dia katakan?" gumamnya Chenle tidak sambung dengan Suho.

"Kamu sudah bangun?"
Suho kini kembali berbicara dengan bahasa korea. Memang Suho bisa beberapa banyak bahasa untuk komunikasi nya dengan para kolega luar.

"Anda kenal saya?" Matanya kini mencocokan wajah lelaki itu dengan foto yang ada di dinding, lelaki itu mirip dengan lelaki asing di foto.

"Anda siapa?"

Suho kini duduk di sofa.
"Saya ayahmu Chenle, selamat datang! Sekarang kamu berada di Shanghai."

Chenle kembali mematung. Otaknya tidak bisa bekerja, kata-kata lelaki itu sulit dicerna olehnya.

"Saya anak anda?" tanya Chenle tidak di mengerti oleh Suho.

"Lu ayah gua?!" kini Chenle bertanya dengan menaikan satu oktaf.

"Ya, perkenalkan saya Zhong Suho."

Chenle kembali terdiam, mematung dengan pikiran yang sudah ruwet. Kemarin dia baru saja bertengkar hebat dengan istrinya, lalu ia memilih minum dengan ka Yuta. Lalu sekarang dia berada di China dan bertemu dengan lelaki paling dirinya benci. Sangat tidak masuk akal bukan?

"Ah, aku pasti lagi mimpi. Mana berani dia menghadapi anaknya yang sudah ia telantarkan dan ingin dia bunuh bahkan sebelum lahir? Tidak mungkin! Kecuali dia orang gila," pikir Chenle lalu tertawa pasrah.

"Kamu baik? Atau mau istirahat dulu?" tanya Suho.

"Lelaki itu seolah tidak merasa bersalah atas apa yang Dirinya lakukan terhadapku," batin Chenle dengan mata yang menajam melihat Suho.

She Pregnant My Baby | Chenle X WinterWhere stories live. Discover now