PART 8

18.3K 1.7K 19
                                    


"Sayang sekarang kamu siap-siap ya?" Liliana membuka pintu kamar Qanita setelah mengetuk nya beberapa kali dan tidak ada sahutan, ternyata sang pemilik kamar masih tertidur dengan pulasnya.

"Sayang, ayo bangun." Liliana mengguncang pelan tubuh Qanita, hingga gadis cantik itu membuka matanya.

"Ya ma?" Qanita belum sepenuhnya sadar, nyawanya masih belum terkumpul.

"Kamu mandi dan siap-siap sekarang, ok?"

"Hah"

Liliana mencubit pipi putrinya dengan gemas "Siap-siap sekarang, kita mau ke anniversery pernikahan teman mama dan papa, ingat?"

Qanita menganggukan kepalanya.

"Ok"

Usai terdengar bunyi pintu tertutup, Qanita masih belum beranjak dan hampir tertidur lagi sampai ia ingat dengan janji bahwa ia akan ikut ke pesta ulang tahun pernikahan teman mama dan papanya.

Qanita melompat turun dari tempat tidur, bergegas menuju kamar mandi, semua ia lakukan tidak ada yang terlewat mulai dari lulur, kemudian menggosok tubuhnya dengan sabun , menyikat gigi dan mencuci wajahnya yang terlihat membengkak karena baru saja bangun.

Saat ia keluar dari kamar mandi, di dalam walkin closet terdapat sebuah gaun indah yang terpajang di tubuh manekin, gaun memiliki potongan leher scoop yang tidak rendah berlengan pendek, jadi memungkinkan ia yang masih sma untuk memakai gaun itu, sedangkan untuk bagian bawah mengembang cantik hingga mata kaki, secara keseluruhan gaun berwarna biru tua itu indah, sangat indah.

"Non yang akan merias nona sudah datang, apa saya persilahkan masuk?"

Sebuah suara mengejutkan Qanita yang masih larut mengagumi gaun indah itu. Qanita mempersilahkan penata rias yang akan meriasnya malam ini untuk masuk.

Mereka mulai mengeluarkan berbagai jenis make up dari dalam koper besar dan menata itu diatas meja, semua make up yang mereka gunakan adalah dari brand terbaik dan berkualitas.

Qanita mulai di rias dari pemakaian make up dasar mungkin, entahlah Qanita tidak terlalu mengerti make up. Ia hanya memakai skincare dasar untuk saat ini.

"Ah nona cantik sekali" puji wanita yang mulai mendandaninya.

"Terima kasih" Qanita tersenyum kecil menanggapi pujian tersebut.

Wanita itu terlihat terkejut, berita yang beredar nona dari keluarga Wijaya adalah orang kasar yang tidak akan mau beramah tamah dengan orang lain yang menurutnya berada dibawahnya, dan yang ia dapati saat ini jauh berbeda dengan rumor yang beredar.

Gadis kecil itu sedari tadi tersenyum hangat dan menanggapinya dengan sangat baik. Siapa yang menyebarkan rumor yang tidak berdasar itu. Mungkin mereka hanya iri dengan nona muda ini, gadis kecil ini terlalu sempurna.

"Terima kasih mary, make up mu sungguh indah" Qanita menatap pantulan dirinya di cermin, sentuhan tangan mary sangat ajaib, makeupnya tidak terlihat tua sama sekali, make up yang terlihat tipis tetapi memerlukan waktu yang sangat lama, rambutnya ia biarkan tergerai indah.

"Sama-sama nona, pujian anda terlalu berlebihan, saya merasa terhormat bisa mendandani anda" Mary terlihat menarik kedua ujung bibirnya terlalu lebar saat ini yang menandakan ia sangat senang mendengar pujian yang baru saja dilontarkankan oleh Qanita bukan?

Qanita beranjak dari meja rias menuju manekin yang terdapat gaun yang akan dipakai olehnya.

Mary baru melihat gaun itu tergantung disana, wanita itu sedari tadi tampak sibuk dengan make up Qanita dan tidak memperdulikan sekitarnya. Gaun itu sempurna, pasti harganya fantastis. Mary berpikir gaun itu akan sangat cocok jika Qanita yang mengenakannya.

ANTAGONIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang