💜 L-I-M-A P-U-L-U-H T-I-G-A 💜

3.1K 267 5
                                    

"Begini." Gretha menarik kursi ke arah meja makan membuat dirinya lebih dekat dengan Fattan.

"Gimana?" tanya pria itu sambil memotong roti bakarnya.

"Kita pindah rumah. Ke rumah lo, tapi," mata gadis itu memicing, "gue tetap mau pisah kamar."

Fattan mengangguk-angguk. "Yaudah," ucapnya lalu memasukan potongan roti itu ke mulutnya.

"Gue ga bisa hari ini pindahnya. Soalnya gue mau bikin konten. Review makanan, gue mau ke restorannya. Semuanya udah disiapkan di sana, gue tinggal datang dan nge-review doang."

"Yaudah. Gue antar."

"Kaga ah," perempuan itu mengambil tasnya lalu dia selempangkan ke bahunya, "gue mau jalan sekarang."

Gretha berjalan menjauhinya. "Gue antar," ucap Fattan lagi.

"Gue enggak mau, dibilang."

"Lo batu banget sih."

Perempuan itu langsung berbalik dan menatap Fattan dengan tatapan nanar. "Lo juga batu. Kekeh banget mau nganterin gue."

"Dosa lo, enggak mengikuti perintah suami."

"Bacot."

Tanpa menghiraukan perintah Fattan, gadis itu keluar dan segera memesan taksi untuk mengantarnya ke restoran dengan nama The Amazing Bakso Mercon. Sesampainya di sana, Gretha disambut baik lalu perempuan itu melakukan pekerjaannya.

Malam harinya, dia kembali ke apartemennya dan menemukan sebuah post it yang ditempelkan pada pintu kamarnya.

Post it!
Packing buat pindahan, sekarang!
Bawa baju dan barang-barang
yang penting aja

Gretha bergumam pelan lalu dia menarik post it lalu menjatuhkannya ke lantai. Dia masuk ke kamar, istirahat sebentar lalu segera mem-packing baju dan barang-barangnya.

Pukul sebelas malam, kegiatan packing-nya telah selesai. Gretha mendorong koper-kopernya ke sebelah pintu lalu dia naik ke atas ranjang dan mulai memejamkan matanya.

Rasanya baru saja dia terlelap, tiba-tiba ada suara gedoran pintu yang membuat kedua mata Gretha langsung terbuka. "Apaan?" teriak perempuan itu kencang.

"Ayo, ke rumah gue. Kita pindahan sekarang," suara Fattan terdengar.

Gretha memejamkan matanya dan kembali menarik selimutnya. "Harus banget pagi-pagi buta begini? Nanti siangan aja sih."

Gedoran pintu kembali terdengar. "Gret, ini udah siang. Jam dua belas. Ayo bangun," kali ini Gretha tidak bersuara, membuat Fattan jadi curiga kalau perempuan itu tidur lagi, "Wey, Gret. Gue masuk ke dalam ya?"

"Eh jangan!" kedua mata Gretha mendadak melotot, "gue pakai tanktop  do—" ucapnya terputus saat Fattan masuk ke dalam kamarnya.

"Tutup mata lo!"

Meskipun Gretha sudah memakai selimut, tetapi tubuhnya tidak benar-benar tertutup. Hanya tubun bagian bawahnya saja yang tertutup, bagian atasnya masih terlihat tanktop tipis yang melapisi tubuhnya.

"Apaan sih," Fattan berjalan mendekati Gretha, "ayo, Gret."

"Anj*r! Gue bilang tutup mata!"

"Kenapa sih, orang enggak dosa juga. Jangan hiperbola deh," Fattan mengambil tangan Gretha lantas menariknya pelan, "Gret. Kelamaan. Mau lo bangun sendiri atau gue gendong ke kamar mandi?"

"Gue sendiri," Gretha menunjuk ke arah luar, "keluar," perintahnya.

Fattan melirik perempuan itu malas lalu dia berjalan keluar. "Gue udah pernah lihat. Lebai banget."

"Apaan lo bilang?"

"Kaga. Mandi sana. Cepet."

Sekarang sudah tersedia part after marriage (full)

Kalian bisa akses di Karyakarsa!

Kalian bisa akses di Karyakarsa!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hanya dengan Rp24

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hanya dengan Rp24.000 kalian bisa akses semuanya tanpa menunggu



Katanya Kita Sahabatan?Where stories live. Discover now