12 - Fakta

456 93 6
                                    

"Jaman memang berubah, tetapi nilai-nilai kemanusiaan tidaklah boleh musnah."

{Magician}

<ᗕ۝ᗒ>

Ceklek.

"Violla! Lo ok-Lho, kalian?"

"Kak Zahr."

Mengapa Kakak ada di sini?? rengek Dercy dalam hati.

Di antara meraka, Alvandlah yang paling cepat sadar. Dengan segera, dia menyadarkan yang lain sebelum berbicara.

"Sarah, Cordova, Angga, Thomas, lama tak jumpa," sapanya.

"Lama tak jumpa, Kak Zahr. Ngomong-ngomong, ada apa ya Kakak ke sini?" sahut Angga.

Yha, pemuda ketua jurusan Thinker itu memang begitu, penjilat dan perayu. Alvand hanya tersenyum samar. Dia tidak berubah sama sekali, batinnya.

"Aku? Menemui temanku yang terkena musibah. Kalian sendiri?"

"Menjemput anak yang berbuat onar pada hari libur," sombong Tom.

"Begitu rupanya. Apa mereka bertiga pelakunya?"

"Be-,"

"Tidak ada hubungannya dengan Kakak."

Ah, Sarah memang hobi memotong kalimat orang atau bagaimana, sih? Sejak kisah ini di mulai, tokoh dengan aksi memotong kalimat terbanyak dipegang olehnya. Aneh.

"Oke, oke. Galak seperti biasa, ya. Oh iya, kalian akan kembali ke sekolah, kan?"

"Benar."

"Titip, dong. Kasih ini ke Bu Margaretta. Ini daftar kandidat untuk setelah UTS. Agak terlalu cepat memang, tapi kemampuan anak ini akan berbahaya kalau tidak segera dibimbing. Kau mengerti maksudku, kan, Sarah?"

"Mengerti, Kak. Kalau begitu, kami pamit dulu. Aldercy Zavaa, Ivana Luther, Ervin Yoshizawa, ayo."

<ᗕ۝ᗒ>

Tok ... tok ... tok ....

Gadis itu, Sarah, terlihat sabar mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Ah, ya. Biar kami jelaskan sedikit. Mereka kini sudah ada di sekolah. Karena kekacauan yang mereka buat, ketiga siswa itu terpaksa menghabiskan sisa minggu libur pertama mereka di sekolah sembari menunggu hukuman yang akan mereka terima.

Kembali lagi ke Sarah. Gadis itu sekarang sudah duduk diam di sofa ruang kepala sekolah, menunggu Margaretta menyelesaikan tugasnya.

"Jadi, apa yang membuatmu menemui Bunda secara personal di jam sekolah?" tembak Margaretta langsung.

Sebentar. Bunda?!

Ah! Sekarang semuanya jelas. Pantas saja rasanya marga Pankhurst terasa tidak asing. Sarah ini anak kepala sekolah rupanya.

"Ada titipan dari Kak Zahr," kata Sarah datar sambil menyerahkan amplop titipan Alvand tadi.

"Ah, Bunda kira apa. Tumben Zahr tidak ke sini sendiri."

"Aldercy Zavaa, Ivana Luther, Ervin Yoshizawa. Ketiganya secara tidak sengaja terlibat kasus pencurian pewaris tunggal V's Group. Ini juga yang ingin aku bicarakan."

"Ah, pelanggaran serius rupanya. Hm ... coba kita lihat yang ini dulu. Yolanda Gutenberg ya?"

"Yolanda Gutenberg? Dia anggota termuda dari grup Myth Sky, bukan?"

"Benar. Diantara ketiga anggotanya, dua diantaranya adalah alumni sekolah ini."

"Maksudnya,"

"Ya, Marina Darwin dan Luciana Austen adalah seorang Magican."

School: Magician [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang