30 - The (Un)Best Couple

281 83 1
                                    

"Kadang dunia itu senang bermain-main. Sosok yang kau anggap musuh abadi, bisa jadi merupakan partner terbaik untuk menempuh rintangan yang mustahil."

{Magician}

<ᗕ۝ᗒ>

"Pagi, Ivana."

"Ah, pagi, Dercy. Kau sudah bangun?"

"Iya. Oh ya, Ivana. Setelah ini aku mau ke taman untuk membaca. Kau mau ikut?"

Ivana menggeleng sebagai jawaban. Gadis itu tidak habis pikir dengan tindakan temannya yang satu ini.

Pertandingan sudah di depan mata, tapi gadis ini malah hendak membaca buku. Benar-benar, deh. Padahal, kan, dia sendiri yang paling tidak mengetahui perihal tes ini.

"Kau tidak menyiapkan untuk Magic Survival?" tanyanya.

"Percuma aku latihan kalau aku tidak tahu apa-apa tentang spesialisasiku. Aku mau mempelajarinya dulu apa yang bisa kulakukan dengan pantomim ini, baru berlatih."

"Suka-suka kau saja, deh."

"Aku keluar dulu ya. Kalau ada apa-apa, tolong hubungi aku," pamit Dercy menggoyangkan ponselnya sejajar telinga.

"Oke."

Pagi ini sangat cerah. Matahari menyinari bumi, menghangatkan udara. Langit biru dengan sedikit awan putih yang menyebar. Pemandangan yang indah, seindah suasana hati Dercy.

Gadis itu tampak bahagia dan bersemangat, duduk di bawah pohon besar di taman depan asrama. Sebuah buku super tebal ada di pangkuannya, tengah diselami oleh gadis itu.

Dari arah lain, ada gadis dengan seragam serupa yang tengah memainkan sebuah bola kristal berwarna biru. Matanya tidak sengaja melihat sosok Dercy, memunculkan ide nakal di benaknya.

Wush. 
Tak. 

Bola kristal itu melayang ke arah Dercy, tapi tidak melukainya. Mendadak muncul sebuah dinidng kaca tebal yang menghalangi bola itu.

Semua ini ulah Dercy. Dia sengaja memunculkan dinding itu untuk menghalau bola yang dia rasakan keberadaan barusan.

Gerakannya sangat halus karena gadis itu mengusap udara sambil membalik halaman. Benar-benar cerdas.

"Yolanda, bisa tidak kau berhenti mengganggu? Aku butuh konsentrasi untuk membaca," kata Dercy tanpa beralih dari buku.

Si pelaku, Yolanda, mendekat dengan perasaan kesal. Padahal gadis itu sengaja memakai sedikit sihirnya agar bola itu melesat cepat dan tidak diketahui.

"Kok lo tahu, sih?!" kesalnya.

Gadis itu duduk di hadapan Dercy. Tangannya tergeran mengambil bola kristalnya tadi dan menyimpan benda itu itu di saku.

Sementara itu, Dercy menjentikkan jari, menghilangkan dinding kaca itu. Mengacuhkan pengacau di hadapannya, Dercy kembali bergulat dengan bukunya.

"Baca buku apa sih, lo?"

"Sejarah adanya Magician."

"Buat apa, coba? Kita tanding dua bulan lagi, jangan buang-buang waktu, napa?"

"Berisik! Terserah aku, lah, mau apa."

"Lo yang ngawur, gue yang kalau, be*o! Jangan jadi beban."

Bugh! 

Dercy menutup bukunya keras. Wajahnya merah padam karena marah. Sekedar informasi, mengganggu Dercy saat sedang membaca buku itu sama saja dengan menggali makam sendiri.

School: Magician [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang