27. Puding Raksasa

128 26 8
                                    

Hari ini memang masih hari libur, namun kelas E tetap datang ke sekolah, tentunya menggunakan seragam. Karena sudah mendekati musim gugur, mereka mengganti seragam mereka dengan kemeja lengan panjang dan dasi berwarna hitam. Kebanyakan dari mereka juga mengenakan jas abu-abu atau jaket rajut kuning Kunugigaoka.

Mereka akan melakukan misi pembunuhan skala besar pada Koro-sensei. Kali bukan dengan pistol dan pisau anti-sensei, tapi menggunakan puding raksasa. Tentu saja, ketua proyek kali ini adalah siswi kelas E yang paling menyukai puding, Kayano Kaede.

Di lapangan sekolah, sudah tersedia cetakan puding raksasa dan banyak sekali bahan-bahan untuk membuat puding. Hal gila ini diciptakan Kayano hanya karena melihat berita produksi telur berlebihan dan terancam dibuang. Gadis itu berpikir, dibanding dibuang begitu saja, lebih baik digunakan untuk mewujudkan impiannya membuat puding raksasa sekaligus mimpi Koro-sensei untuk makan puding raksasa. Lagipula, pemerintah menyambut baik rencana Kayano dan memberikan bantuan untuk E-gumi.

E-gumi memakai apron dan bandana. Mereka bergerak cepat membuat adonan puding yang banyak itu. Mereka juga mencampurkan adonan dengan agar-agar dan gelatin agar dapat berdiri kokoh dan tidak meleleh.

Kayano tampak memimpin E-gumi dengan baik. Akari yang melihatnya tak merasa kesal atau iri. Ia tak mungkin menyimpan dendam sebesar itu. Ia hanya kesal saat gadis surai hijau itu menempel pada Nagisa.

Para murid laki-laki mengalirkan adonan puding secara bertahap dengan bantuan peralatan dari pabrik mayones yang sebelumnya sudah dihubungi Kayano. Kayano juga menjelaskan proses pendinginan puding raksasa itu, yang dilakukan luar dalam. Cetakan raksasa itu mempunyai sistem pendingin sehingga mampu mendinginkan puding itu dari dalam. Murid-murid lainnya takjub dengan penuturan Kayano. Gadis itu benar-benar mempersiapkan dengan matang rencana gila ini.

Hari sudah sore. Kelas E telah merampungkan pekerjaan mereka, hanya perlu mendinginkan puding itu semalaman. Mereka beristirahat sejenak di dalam kelas lalu pulang ke rumah.

"Idemu bagus juga, Kayano-chan." Puji Karma sambil menghampiri Kayano yang masih ada di luar gedung kelas. Nagisa memperhatikan dua orang itu dari jarak yang cukup jauh. Akari yang berada di sebelah Nagisa melakukan hal yang sama, namun dengan ekspresi kesal.

"Kau menyiapkan semua ini hanya karena melihat berita soal telur?" Tambah laki-laki surai crimson red itu.

"Ya! Memang dari dulu aku pengen buat, sih. Mumpung pemerintah kasih bantuan dana, aku pikir ini kesempatan bagus untukku. Waktu itu aku dapat idenya lama-lama jadi kepikiran buat yang seperti ini." Jawab Kayano.

"Aku nggak menyangka kalau Kayano memiliki tema pembunuhan dengan hal yang dia sukai. Ya kan, Akari-san?" Ucap Nagisa sambil menoleh ke arah Akari. Laki-laki itu baru menyadari bahwa gadis itu terlihat kesal.

"Ada apa, Akari-san?" Tanya Nagisa yang tidak peka. Akari yang kesal melepas bandana dari kepalanya dengan kasar lalu melemparkannya pada wajah Nagisa. Laki-laki itu terkejut dengan perlakuan Akari.

"Teruskan saja memujinya. Kalian berdua sama saja." Geram Akari. Gadis itu melangkah pergi meninggalkan laki-laki surai sky blue itu.

"Akari-san!" Panggil Nagisa sambil memegang bandana yang Akari lempar. Akari masih saja berjalan, seolah tak mendengar panggilan Nagisa. Karma yang mendengar nama Akari dipanggil menoleh dan mendekati Nagisa.

"Nagisa-kun, ada apa dengannya?" Tanya Karma pelan sambil memandang punggung Akari yang menjauh.

"Entahlah. Dia mudah terbawa emosi akhir-akhir ini." Jawab Nagisa.

---

Keesokan harinya, puding raksasa itu sudah hampir jadi. E-gumi datang lebih awal dari biasanya karena harus menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka melepaskan cetakan puding raksasa itu dengan berhati-hati, lalu melapisi bagian luar dengan gelatin cair dan agar-agar. Kemudian, mereka menuangkan saus karamel di atasnya dan membakar permukaannya. Puding raksasa itu sudah siap dihidangkan.

A GIRL FROM THE OTHER LAND [Karma x OC x Nagisa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang