Part 14

9.3K 475 7
                                    

Lili memandikan Raga dengan telaten dan bola mata yang berkaca-kaca. Setiap kali telapak tangannya mengusap dan membasuh bekas lipstik di beberapa bagian kulit tubuh bayi gembulnya, hatinya nyeri terasa seperti disayat dan sesak seperti ditekan keras.

Sekarang bagaimana, harus cintanya yang hadir berakhir sia-sia?

Lili tak tahan untuk melepas air matanya dan jatuh mengalir membasahi pipinya. Raga yang berada dalam bak mandi bayinya, yang aktif bergerak dan terus mengoceh, memukul air dengan kepalan tangan mungilnya. Membuat air terciprat membasahi wajah Lili.

Lili yang masih menangis mengeluarkan air mata dalam diam menatap bayi kesal. "Kamu ya, sama aja dengan Papamu. Bukannya menghibur Mama malah bertingkah nakal membuat wajah dan pakaian Mama basah!" omel Lili.

Sayangnya meskipun berkata begitu, Raga yang tidak mengerti malah makin menjadi. Bayi gembul itu bergerak lincah dan kali ini berusaha berdiri sambil menarik tangan ibunya lalu kemudian menjatuhkan diri seperti seolah sengaja melakukannya. Sehingga menyebabkan air yang terciprat pada Lili semakin banyak.

"Raga!"

"Papa!"

Kali ini ucapan Raga terdengar cukup jelas dan itu membuat Lili makin sebal. Wanita itu mengusap air matanya dan menyelesaikan pekerjaan memandikan bayinya.

Lili menyambar handuk dan membalasnya pada tubuh Raga yang aktif, setelahnya membawanya keluar.

Ternyata di kamar Ando telah kembali dan sudah mengenakan piyama tidurnya. Pria itu tersenyum senang melihat ke arah bayinya dan mengabaikan kehadiran Lili.

Bahkan dengan keterlaluan dia meraih Raga dari gendong Lili tanpa aba-aba.

"Wah anak Papa udah wangi!" serunya tersenyum manis kemudian mengeluarkan piyama tidur ukuran bayi dari paper bag yang entah dari mana didapatkan olehnya.

Tak cuma itu, bedak dan juga perlengkapan bayi lainnya dikeluarkan dari paper bag yang lainnya. Melihat hal itu jujur saja Lili sedikit iri pada putranya, Ando sejak bertemu kembali sudah tidak pernah memperlakukan dirinya begitu. Lihatlah ayah dan anak itu baru sehari bertemu, tapi kedekatan keduanya sudah tak ada lagi yang bisa memisahkannya.

Ajaibnya Ando yang belum pernah berurusan dengan bayi pun, tanpa kewalahan bagian membedakan dan mengenakan minyak telon pada Raga dengan mudah. Pria itu seperti terbiasa padahal sebenarnya itu praktek pertamanya.

Lili hanya mendesah kecewa kemudian kembali masuk kamar mandi, sekarang gilirannya yang akan membersihkan diri.

"Padahal aku masih sakit, tapi malah dibuat makin sakit." Lili menaruh telapak tangannya di dahi dan mendesah sedih. "Panas di tubuhku belum sepenuhnya belum hilang dan ngilu di sekujur tubuhku juga masih sangat terasa, tega-teganya dia menerkam lalu dia seenaknya memerintah ku membersihkan bekas wanitanya di tubuh Raga," lirih Lili meratapi nasibnya sendiri sambil melanjutkan tangisannya dalam diam di kamar mandi.

Wanita itu menikmati rasa cemburunya sambil berusaha keras memadamkan api dalam dirinya dengan mengguyur dirinya sendiri dengan air dingin.

Sementara itu, Raga yang telah tampan dan juga sudah mengenakan piyama tidurnya. Kini bersiap untuk makan malam berdua tanpa menunggu Lili selesai mandi.

Keduanya tertawa dan saling mengobrol. Ando dengan dengan gemasnya berbicara sambil sesekali mengecup bayi gembulnya di sela-sela acara makan keduanya.

Ah. Anehnya Raga yang biasanya hanya makan dan minum asi, kini begitu mudah menerima bubur bayi dari Ando.

"Papa!"

"Ckckck, kamu memang anakku. Sangat pintar dan juga tampan sepertiku. Meski cerewet seperti ibumu, huhh seharusnya gen cerewetnya tidak usah kau ikuti, Raga. Benarkan itu namamu, putraku! "

"Papa ... babankapapa ...."

"Ya, sepertinya memang benar namamu Raga!" Seru Ando.

Selesai makan malam keduanya terlihat keluar rumah entah kemana perginya, padahal sudah mengenakan piyama tidur.

Lili yang selesai mandi dan juga telah selesai mengenakan piyama tidurnya hanya mendesah kecewa ketika tidak menemukan Ando dan bayi gembulnya. Dia berpikir jika keduanya pergi mengunjungi wanita lain.

Dengan rasa dan pikiran tersebut, Lili pun makan malam sendiri. Rasa makanan itu sangat nikmat, tapi entah kenapa terasa hambar dan juga berduri ketika dia menelannya.

Tak tahan dengan rasa tak enaknya ketika makan, Lili pun segera menyelesaikannya, meminum jus wortel dan kembali ke kamar. Lalu menghubungi Kiara dan menanyakan keadaan Arga putranya yang lain. Setelahnya dia pun beristirahat tidur untuk memulihkan tubuh dan hatinya.

Namun baru beberapa jam dia tidur, suara berisik dan angkuh Ando terdengar membangunkannya.

Lili pun membuka mata dan bangkit untuk duduk sambil menguap. Wanita itu melirik sekitar dan menemukan banyak barang baru dan paper bag yang memenuhi kamar mereka.

Ranjang bayi, pakaian dan bahkan lemari mini untuk menyimpan pakaian Raga ada di sana dan sedang dibereskan oleh para pelayan.

Lili melirik jam dan menyadari Ando dan Raga pergi hanya dua jam lebih.

Kemudian kembali sudah dengan banyak barang yang membuat Lili tercengang dan juga sedikit iri.

Ah, lihatlah bahkan wajah menggemaskan Raga seperti sedang meledaknya. Bayi gembulnya itu seolah seperti kacang lupa kulitnya.

"Ayo cepat bangun dan bantu mereka membereskannya. Anakku sudah lelah dan ingin tidur!" perintah Ando dengan bossy.

"Papa!" timpal Raga ikut mengoceh pada Lili, tapi mengunakan kata papa dan papa terus.

"Tuh dengar, Kelinci Kecil. Bayi gembul ku sudah sangat mengantuk! Jadi cepatlah! Kalian juga, cepat bereskan!" kata Ando dengan Galak.

Mau tak mau pelayan segera buru-buru membereskannya dan pergi setelah selesai.

Sementara Lili yang juga ikut membereskannya tetap di sana bersama anak dan suaminya.

Lili kembali ke tempat tidur menghampiri Ando dan Raga.

"Papa ... Papa ...."

"Berikan Raga asi, Kelinci Nakal. Bayiku ingin tidur," jelasnya sambil menyerahkan Raga yang memang terlihat mengantuk.

Bayi berisik dan aktif bergerak itu pun diam ketika meminum makanan utamanya. Ando mengusap kepalanya yang berada dipangkuan Lili.

"Tidur yang nyenyak sayang dan bermimpilah yang indah," ucap Ando dengan tulus.

Setelah Raga tidur Ando menyuruh Lili meletakkannya di tengah tempat tidur.

Kemudian keluarga kecil yang kurang bahagia itupun tidur bersama di atas tempat tidur yang sama.

Lili pikir penderitaannya sudah selesai di sana. Namun pada saat tengah malam seperti bayi biasanya Raga berguling dan kakinya mengulur ke arah Lili sementara kepalanya bertengger di atas lengan Ando.

Raga berguling lagi dan menendang Lili. Ando yang sedikit sadar membuka matanya dan menguap. "Kelinci nakal, bisakah kau mengalah dan memberikan sedikit ruang tempat tidur untuk Raga. Hoam ... kasihan bayi gembul ku, dia pasti merasa kesempitan dan tidak nyaman."

Lili ikut menguap dan membuka mata. "Kalau begitu Raga tidur di ranjang bayinya saja," saran Lili.

"Tidak bisa. Setelah sekian lama kami tidak bertemu, aku tidak mau tidur terpisah darinya dan aku yakin bayi gembul ku juga begitu. Hm, bagaimana jika kamu saja yang pindah tempat tidur, ke sofa atau kamar barumu yang sempit itu," kata Ando tanpa rasa bersalah.

Membuat Lili menjadi tersisih dan sedikit. Kemudian dengan berat hati wanita itu bangkit dari tempat tidur dan menuju sofa. Tentu saja sofa, sebab kamar sempit seukuran kuburan dan sangat panas itu adalah pilihan terburuk menurutnya.

Lili berbaring di sana kemudian menangis dalam diam karena diperlakukan semena-mena oleh Ando. Hanya air mata yang terus menetes yang membawanya menuju mimpinya dalam bayang-bayang kecewa yang membuat dirinya teramat terluka.

~000~
TBC

Bukan Ex Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang