Ando mulai tak tahan dengan situasi yang terjadi dan di mulai merasa gila, ketika mendapatkan kabar Lili pergi bersama Samuel. Terserah lah jika mereka hanya sebatas adik dan kakak yang sama-sama tumbuh di panti asuhan, tapi rasanya Ando tetap saja tenang dengan kedekatan keduanya.
"Sudah kukatakan berapa kali, jangan biarkan istri ku pergi dengan pria itu. Ah sial!" erang Ando merasa frustasi.
Seharusnya dia tidak pernah pergi dari sisi Lili dan menghilang begitu saja. Namun jika tak begitu Raga pasti sangat menempelinya dan dia yang merupakan seorang ayah akan sangat sulit mengabaikan putranya yang menggemaskan itu. Jika sudah begitu, bagaimana dia akan mengatasi masalah yang ada.
Jadi inilah keputusan yang dibuat olehnya. Untuk sementara yang terbaik menurutnya adalah menghilang dari hidup Lili dan menuntaskan masalah yang ada secepatnya.
"Ayolah Sayang, Kau sangat mengenaliku. Tak mungkin Aku begitu!" Arkan sedang menghubungi istrinya dan itu membuat Ando tidak tahan mendengarkannya dan memilih berlalu dari sana.
Sepertinya menghilang dari Lili beberapa hari ini adalah hal yang salah, meskipun merupakan keputusan yang terbaik.
"Cari tahu secepatnya, siapa dalang dibalik semua ini Daren!" tegas Ando yang di setujui Daren.
"Aku mulai curiga dengan kejadian Syaniah yang salah paham padamu setelah kasus pembunuhan itu terjadi. Kemudian Keysa juga sekarang juga salah paham pada Arkan. Apakah Kau memikirkan apa yang kupikirkan?" tanya Ando sambil mengaitkan kejadian terakhir yang terjadi.
"Ya, itu seperti sudah direncanakan. Apakah kau mencurigai seseorang selain rival bisnis Kita?" jawab Daren sambil kembali bertanya.
"Tidak. Aku tidak mempunyai musuh, tapi mungkin Arkan. Bisa jadi iya ...." Ando menerka-nerka.
Daren menggelengkan kepala. "Tidak mungkin musuhnya Arkan, sementara kasus mu yang paling dominan di sini. Jangan lupa dua hari lalu, jika Aku tidak berhasil mendapatkan bukti dan pengacara terbaik Kau pasti sudah mendekam dalam penjara."
"Ok baiklah, anggap saja begitu, tapi sekarang siapa yang menjadi musuhku. Diantara kita bertiga, Arkan yang paling suka bermasalah dengan orang lain sementara dirimu yang paling suka berbuat onar dan diriku aman-aman saja selama ini," jelas Ando membela diri.
Membuat Daren yang mendengarkannya berdecih kesal, yang benar saja Ando tidak punya masalah dengan siapapun. "Jelas-jelas Kau paling bermasalah dengan kaum hawa, lebih tepatnya istri-istrimu. Coba ingat kembali kejadian terdahulu, mungkin saja ini ulah dari salah satu dari mereka."
"Bicara yang benar Daren," peringat Ando. "Istri-istri yang mana, asal kau tahu saja Aku hanya punya satu istri dan itu hanya Lili!" tegas Ando tanpa ragu.
"Baiklah para mantan istrimu. Diantara mereka apa tidak ada yang Kau curigai?" tanya Daren sontak membuat Ando sedikit tertegun.
"Selama ini tidak ada orang yang berani bermain-main dengan mu, selain para wanita yang pernah berhubungan dengan mu," lanjut Daren menjelaskan. "Ckckck, anehnya meski para wanita makhluk lemah, tapi mereka tetap saja berani nekat mencari masalah dan sekarang Aku mulai mencurigai Monika. Bukankah dia sudah kembali dan bebas dari sel tahanan?"
~000~
K
ania yang merupakan adik panti Lili sekaligus pengasuh Arga dan Sarah itu, baru saja pulang dari kampusnya. Menghela nafasnya lelah, kemudian berencana untuk mandi sebelum menemui Arga dan Sarah yang saat ini tengah dijaga oleh para pelayan wanita.
Akan tetapi niatnya itu tidak jadi. Ketika Lili menghampiri ke kamar dan sedikit memaksanya ke ruang depan. Kania tentu saja terheran, tapi langsung mengerti setelah melihat Monika ada di depan rumah lewat jendela.
"Aku bosan mendengar ocehan wanita bawel itu. Tolong usir dia, Kan atau apapun lakukan sesuatu supaya dia pergi secepatnya dari sini!" seru Lili yang tak bisa di tolak Kania.
Tidak peduli hujan panas, Monika tidak pernah lelah dan merasa bosan berkunjung.
Sialan memang Monika, selain perebut suami orang suka juga mempengaruhi orang lain lewat kata-katanya. Seminggu lebih dan hampir tiap hari tidak pernah absen berkunjung ke rumah Ando yang Lili tempati bersama anak-anaknya, dan wanita itu dengan maksud terselubungnya suka sekali mempengaruhi Lili supaya membenci Ando.
"Dimana Jalang pemakan wortel itu? Heii, Lili Jalang Kecil, jangan bersembunyi dan melarikan diri. Awas saja jika sampai Ando meninggalkan mu, Aku akan tertawa paling keras untuk penderitaanmu!!" jerit Monika dengan keras.
Wanita gila itu bersikeras memasuki rumah untuk menemui Lili. Rasanya dia belum puas dan tidak akan pergi sebelum mengatakan keburukan Ando juga melihat wajah cemas di mata Lili.
"Dia tidak ada di sini, Mbak Lili pergi keluar," jelas Kania mengerti keadaan yang terjadi dan cukup pintar dalam memberikan jawaban.
Sayangnya seorang Monika tidak sebodoh itu untuk dikelabui. "Siapa Kamu?!" sinisnya dengan tajam. "Aku tahu jadwal Lili di rumah ini dan kapan biasanya dia akan keluar! Kau tahu kenapa? Itu karena Aku sudah mencari tahu lewat orang suruhan ku. Kelinci tengil itu tidak mungkin pergi kemanapun pada jam ini!" peringat Monika dengan yakin.
"Tapi nyatanya Mbak Lili sudah pergi, dia sedang berkunjung kepanti asuhan, Tante!" cibir Kania dan diakhiri kalimatnya sengaja menekan kata Tante untuk mengejek Monika.
"Beraninya Kau! Dasar anak kemarin sore!! Sialan sudahlah, berhenti omong kosong. Sekarang panggilkan Lili, Aku ingin bicara dengannya.
" Bicara saja sekarang Tante, Saat Mbak Lili Kembali Aku akan menyampaikannya kepadamu," jawab Kania tidak mau kalah.
Membuat Monika kesal sendiri dengan yang terjadi. Kemudian karena lelah berdebat, diapun pulang.
"Awas saja Kau Gadis tengil, Aku akan memberikan perhitungan padamu suatu hari nanti!" geram Monika sebelum pergi.
~000~
"Bagaimana, apakah dia sudah pergi?" tanya Lili ketika Kania masuk ke rumah.
"Aman, Mbak. Tenang saja dia sudah pergi, tapi oh ya, siapa dia sih? Cantik bangat loh, Mbak. Pangling Aku melihatnya, tapi pas suaranya keluar seratus delapan puluh derajat kecantikannya itu berubah jadi jelak. Barbar amat jadi perempuan?" jelas Kania sambil bertanya diakhir kalimatnya.
"Ya, Kamu benar, Kan. Dia memang cantik," jawab Lili mengakui kecantikan Monika memang hampir sempurna sebagai seorang wanita, kalau saja dia tidak menjadi pelakor dan barbar, mungkin saja dia akan terlihat seperti wanita anggun yang sangat berkelas.
"So, Dia itu sebenarnya siapa, Mbak?" tanya Kania dengan penasaran.
Lili tak langsung menjawab tapi malah mendengus kesal sebelumnya. "Dia mantan istri kedua, Mas Ando," jawabnya singkat dan tidak mood mengatakannya.
Beruntunglah Kania cukup peka dengan keadaan, sehingga dia tidak menanyainya lebih lanjut.
"Jika wanita itu kembali, tolong usir dia kembali, Kan. Serius. Aku muak mendengarkan ocehannya!" kata Lili memperingatkan.
"Dia bawel ya, Mbak?" tanya Kania yang langsung diangguki oleh Lili.
~000~
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Ex Husband [End]
RandomSesuatu yang ditakdirkan untukmu pasti akan menjadi milikmu. Mau kemana dan berada dimanapun sesuatu itu pergi menghilang, ketika sudah ditakdirkan kamu pemiliknya, dia akan kembali dengan sendirinya kepadamu, kepada pemiliknya. Akan tetapi apa jad...