2. Day 1 part 2

864 66 18
                                    

Trygvia adalah kerajaan dengan pertumbuhan monster terbanyak. Berbeda dengan Maknaria yang rata-rata adalah penyihir, atau Leifia yang kebanyakan merupakan manusia berkemampuan khusus. Trygvia memiliki hampir lebih dari dua puluh ribu jenis monster yang harus disejahterakan.

Menangani wilayah di Trygvia terasa paling merepotkan. Sifat alamiah ras monster yang liar membuat mereka sulit untuk patuh pada peraturan.

Oleh karena itu, diperlukan seseorang yang bisa menangani permasalahan besar seperti itu, contohnya saja....

.

.

.

Trheasyiluem

The Daily Life of Civil Servant: Ern!

.

.

.

Chernaya Zmeya, menghela napas, sedikit merasa lelah. Tujuan perjalanannya kali ini adalah rumah milik Trio Gorgon. Tapi, sepanjang perjalanan, ada saja masalah yang terjadi dan harus diselesaikan.

Sebagai pegawai sipil yang melayani rakyat, tentu Ern tidak bisa meninggalkan masalah yang dialami rakyatnya. Repot dan menyita waktu, memang, tapi karena sudah jadi tanggung jawab, dia tetap menjalaninya sepenuh hati. Jiwa dan raganya seolah terpatri untuk menyejahterakan masyarakat.

"Nona Ern hebat sekali, selalu siap sedia jika masyarakat sedang kesulitan," ucap Stheno kala Ern jadi berkunjung ke rumahnya. Wanita berkepala ular itu duduk dengan anggun, gaun terusan berwarna hijau muda menutupi sampai ujung jemari kaki, selendang sutra transparan tersampir di pundak.

"Saya baru bekerja selama lima tahun. Saya perlu banyak belajar." Ern menjawab, masih dengan ekspresi datar tiada terkira, padahal ucapan dan tindakannya sesopan guru tata krama. Mau bagaimana lagi, sudah perangai, sulit dan bahkan hampir tidak bisa diubah.

"Nona Ern terlalu merendah. Saya tahu Nona sangat hebat. Bahkan di saat sibuk pun masih bisa berkunjung ke rumah kami. Saya sungguh tersanjung," puji Stheno lagi.

Seorang pelayan baru saja meletakkan secangkir teh panas beserta sepiring kue jahe di atas meja.

Ern mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah, "tidak ... bukan begitu, aku ke sini karena memang ada perlu," ucap Ern jujur. Masa bodoh dengan ekspresi Stheno yang mendadak canggung meskipun hanya sekejap mata.

"Perlu? Dengan saya? Atau dengan kedua adik saya?" tanya Stheno penasaran.

Ern tidak lantas menjawab, ia memilih menyeruput sedikit teh yang sudah disediakan pelayan, setelah itu mencicip kue jahe yang rasanya sangat enak. "Ah, kau memang bisa jadi istri yang baik," gumam Ern memuji.

"Eh?" tapi Stheno sama sekali tak paham.

"Kue jahe ini buatanmu, 'kan?"

Stheno mengangguk. "Nona tahu?"

"King Nogh' pernah membawa yang seperti ini ketika pulang. Dia bilang, kau yang memberinya. Dibuat sendiri."

Tawa kecil tersemat di bibir Stheno, ular di kepala mendesis-desis.

"Begini, King Nogh' yang culun itu, menyuruhku untuk minta racun gorgon yang bisa digunakan untuk mengempukkan daging," jelas Ern akhirnya. Tangannya kembali mencomot satu kue jahe di atas piring.

Steno mengusap dagunya dengan telunjuk. "Hmm ... kalau itu sebenarnya hanya bisa didapat dari ular di kepala Euryale. Ular-ular di kepalaku semuanya agak galak." Ia melirik ke atas, melihat ular-ular di kepalanya yang sejak tadi mendesis sambil bergerak-gerak tak tentu arah. Sepertinya mereka tidak menyukai pegawai sipil bertubuh kecil di hadapan Stheno.

Trhea Syiluem : (The Daily Life of Civil Servant)Where stories live. Discover now