6. Day 2/3

356 39 9
                                    

Ada yang terpacu untuk maju apabila dikalahkan, tapi ada pula yang malah terpuruk karenanya. Semua itu tergantung bagaimana mental seseorang tertempa selama ini, juga lingkungan yang memungkinkannya untuk mempengaruhi pola pikirnya.

Glass masih merenungi kekalahannya. Ia duduk diam di kursi ruang tamu rumah Loue. Secangkir teh di depannya mengepulkan asap panas dan aromanya tercium oleh Glass hingga ia merasa sedikit lebih baik. Namun, sayang sekali karena ia tidak meminum tehnya seteguk pun.

Saat itu yang ada di dalam pikiran Glass hanya pertanyaan-pertanyaan seperti; mengapa aku bisa kalah? Apakah aku kurang berlatih? Apakah aku tidak berbakat bertarung? Apakah aku sudah menjadi pecundang?

Kemudian tangannya meraih cangkir teh di depannya untuk dinikmati rasanya. Ketika lidahnya merasakan getir dan manisnya teh, ia mendongakkan kepala untuk melihat manusia mengerikan yang bermata seperti ikan mati di hadapannya.

'Kuat sekali kau ....'

.

Threa Syiluem

The Daily Life of Civil Servant

.

Chernaya Zmeya, untuk ke sekian kalinya, menghabiskan berbutir-butir semangka sendirian. Ia sama sekali tak memiliki niatan untuk membagi semangka pemberian Loue kepada Glass. Meskipun ia tahu saat ini Glass sedang butuh penghiburan. Tapi, bukankah membiarkan seseorang yang sedang putus asa untuk diam merenung sudah termasuk penghiburan?

"Ehem ... anu ... ini sudah dua jam, loh. Apakah dari kalian tidak ada yang ingin bicara?" Akhirnya Loue memberanikan diri untuk bersuara terlebih dulu. Ia sejak tadi mondar-mandir dari ruang tamu, lalu ke dapur untuk membuatkan Ern kue jahe, kemudian mengecek kamar mandinya apakah sudah terisi air atau belum. Ia bahkan sudah selesai menyapu rumah dan melakukan hal-hal lain yang merupakan kesehariannya. Namun, sampai ia menyelesaikan itu semua, Ern dan Glass masih diam dalam posisi yang sama sejak ia meninggalkan mereka.

"Aku sudah cukup kenyang, Loue. Jika kau masih punya semangka, bungkus saja, ya."

Loue tertawa hambar. Ia memang ingin agar Ern atau Glass mengucapkan sesuatu, tapi bukan tentang semangka yang ingin Loue bahas. "Tenang saja, Nona. Di kebun masih banyak, kok. Bagaimana kalau sekarang kita membahas hal lain selain semangka?" Loue memberi kode. Ia berharap Ern paham apa yang ia maksud.

TAK!

Glass meletakkan cangkirnya ke atas meja dengan kasar sampai menimbulkan bunyi. Matanya menyorot lurus menuju Ern, hingga bisa membuat Loue meneguk ludah karena suasananya jadi terasa agak berat. "Katakan padaku, bagaimana caranya aku bisa mengalahkanmu!" Glass tiba-tiba berteriak. Napasnya memburu seakan ia baru saja lari berkilo-kilo meter, padahal sejak dua jam lalu ia hanya duduk diam.

Ern mengedikkan bahu. "Jangan menanyakan hal tak masuk akal begitu, Glass. Di dunia ini, tak ada yang namanya memberitahukan kelemahan diri kepada orang lain." Ia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. "Tapi, karena kau begitu gigih, aku bisa memberitahumu beberapa kemampuanku. Mungkin saja dengan begitu kau bisa mencari kelemahanku," lanjutnya penuh pengertian, meskipun sekali lagi, wajahnya datar sedatar dada Loue.

"YANG BENAR?!" Bukan hanya Glass, Loue pun ikut-ikutan berteriak sampai berdiri. Mata mereka sama-sama berbinar meskipun tujuan keingintahuan mereka berbeda. Glass memang sangat ingin mengetahui rahasia kemampuan Ern. Sedangkan Loue, karena dia adalah penggemar berat Ern, maka ia sangat antusias dengan apapun yang berhubungan terhadap Ern.

"Ya ... ya ...." Ern meraih cangkir tehnya, lalu meneguk isinya sekali. Padahal ia baru saja menghabiskan banyak buah yang sebagian besar isinya air, tapi ia pun tak keberatan untuk menghabiskan tehnya juga. "Keluarkan catatanmu. Akan kujelaskan satu-satu."

Trhea Syiluem : (The Daily Life of Civil Servant)Where stories live. Discover now