°•67

148 3 0
                                    

Sorot matanya yang tajam membuktikan keseriusan dalam bertarung demi mempersunting Rita. Tanpa ragu-ragu Diaz menyerangnya dengan pedang—menyesuaikan dengan apa yang telah ia ajarkan dari awal. Raja tidak memerintah untuk bertarung sampai Farel benar-benar tumbang, tetapi ia meminta Diaz untuk melatih secara ringan agar calon tunangan ponakannya tahu sedikit saja tentang dunia vampir. Diaz cukup salut dengan usaha Farel, usahanya patut diacungi jempol. Melihat wajah pucat manusia di hadapannya, dengan lumuran darah di sekujur tubuhnya, dan usahanya untuk tetap berdiri walau secara fisik sudah tidak mampu. Cukup sudah rasanya ia menyiksa manusia itu dalam kurun waktu sekitar dua jam. Diaz memejamkan netranya sebentar, kemudian mengacungkan pedang ke atas.

"Cukup. Sampai di sini, saya akan memberikan laporan pada Raja." Ucapnya lalu segera pergi menuju pintu yang ada pada ruangan itu. Tepat setelah itu, seorang maid yang memakaikan ia baju di awal keluar untuk melucuti seluruh pakaian perang yang Farel kenakan.

"Anda dipersilahkan untuk keluar."

Farel merasa lega sekali ketika pakaian itu dilepaskan. Ia melemaskan kepalanya dan merenggangkan badannya lalu berjalan menuju pintu keluar yang telah dibukakan oleh maid. Ia terkejut karena Rita langsung memeluknya tepat ketika pintu ditutup. Ia membalas pelukan gadisnya sama hangatnya.

"Gue udah bawain Lo daging bebek panggang lengkap sama sambal merah lalapan. Udah jam lima sore, Lo telat makan lama banget."

"Thanks, tapi Lo yakin ini jam lima sore? Rasanya udah gelap?"

"Gak, inget Lo bukan di kota manusia, Lo ada di hutan pedalaman."

"Tapi gue belum lapar."

"Berarti tubuh Lo menerima darah murni dengan sangat baik. Saran gue coba Lo telen sesuap nasi aja, ada efek yang belum pernah lo rasain."

"Iya deh. Di mana gue bisa makan?"

"Di kamar. Lo boleh istirahat selama dua jam. Habis itu keliling istana buat sekedar pengenalan. Tadi itu cuma setitik latihan yang bakal Lo terima sebagai manusia, pengenalan doang. Sebagai newbie lo bakal dilatih lebih keras setelah diubah."

"Diubah?"

"Jadi vampir. Apa ada keraguan?" Rita memimpin jalan di depan kemudian menaiki sebuah lift sederhana yang masih menggunakan katrol untuk mengoperasikan alat bantu tersebut. Farel terkejut, kemarin ia menaiki hampir ratusan anak tangga cuma untuk menuju kamarnya. Ia baru tahu kamarnya ada di lantai 7. Pantas, kakinya hampir mau patah.

"Gak ada. Gue mau nikah sama lo."

"Udah sampai. Gue pergi dulu."

"Oke. Malem nanti gue bakal keliling sama lo?"

"Iya."

Kepergian Rita menyisakan dua orang maid yang langsung masuk ke kamar. Farel tidak paham, ia diberi waktu istirahat, tidak bolehkah tanpa ada seseorang pun di kamarnya? Belum selesai dengan isi otaknya yang bertanya-tanya, seorang maid mendudukkannya di sebuah kursi kayu dengan bantalan di bagian pantat. Mereka bekerja dengan memberikan obat berwarna hitam pada sekujur tubuhnya yang terluka. Farel menikmati pelayanan kali ini, karena entah kenapa luka yang ia rasakan tadi benar-benar sudah tidak sakit.

"Apa yang kalian berikan sampai badan gue bisa senyaman ini?"

"Obat tradisional, yang biasa dipakai kerajaan. Terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang tidak akan anda pahami jika saya jelaskan,"

"Ya, cepat. Gue mau tidur." Farel menutup matanya sambil bersandar pada kursinya.

......

Tepat pukul 8 malam...

The Most Wanted Vampire In HighschoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang