°•36

281 16 0
                                    

"Rita...," Carolina menahan mulutnya untuk tidak menjerit ataupun meremukkan setiap kepala dari makhluk hina itu. Jika saja Christopher tidak menahan lengannya, mungkin Carolina berhasil membangunkan ribuan serigala tidur dari kediamannya.

"Mending kita berpencar dan berjanji pasti akan bertemu di dalam ruangan Rita. Kamu ke dalam, biar aku yang berjaga-jaga," Christopher menggiring tubuh istrinya menuju pintu belakang dan membukanya pelan-pelan hingga decitan pun tak terdengar.

Carolina memasang wajah khawatir, "Kita sama-sama aja, ya?" Suaminya menarik napas berusaha sabar.

"Sayang, aku tahu feeling kamu enggak pernah salah. Percaya, aku pasti kembali ..." Tanpa banyak omong lagi, pria itu mendorong lalu menutup pintu itu sembari berjaga-jaga. Niatnya untuk masuk ketika keadaan benar-benar memungkinkan.

Carolina menyusuri lorong gelap satu arah itu seorang diri dan beberapa menit setelahnya ia melihat seberkas cahaya. Sebelum melangkah lebih jauh, ia mendeteksi terlebih dahulu untuk memastikan tak ada yang membahayakan. Hawa panas mulai merambat ke seluruh tubuh yang artinya seorang vampir benar-benar dalam keadaan marah.

"RITA? NAK?!" Carolina mencoba berhubungan dengan anaknya, namun yang ada suara itu kembali memantul dan menyakiti telinganya.

Berusaha tak menimbulkan suara, wanita dua anak itu harus dikejutkan oleh sambutan dua serigala berbulu emas yang sedang tertidur tepat di depan pintu. Kini kepalanya dilanda pusing karena serigala itu sungguh menyebalkan menghalangi jalannya.

Terpaksa...

°°°°°°

"Dikit lagi... Dikit lagi... Jangan dengerin mereka Farel! Lo pasti bisa lari lagi, Lo udah latihan fisik lebih dari lima tahunnnn...,"

Brugh!

"Ahh, ahh, ahh! Sakit!" Ucap cowok itu sambil mencengkram ulu hati. Rasa mual dan perih tiba-tiba menjalar dan HOEK!

"Cuih!" Farel merasa aneh dengan sesuatu yang keluar dari mulutnya, "DARAH!" Ucapnya bermaksud lantang tetapi suaranya tertelan rasa sakit.

"Jangan ... Gue bisa, gue bisa!" Ia berusaha bangkit karena istana serigala itu memang sudah sangat dekat. Termasuk tipe nekat, dalam keadaan lapar yang mendera, ia masih saja memaksakan untuk berlari sejauh sepuluh kilometer tanpa mau berhenti, tanpa mau menyerah walau tubuhnya seakan  hendak ambruk saat itu juga.

"Farel!" Ecrin mengendarai motor Trail yang ia sewa dari kepolisian setempat dengan mudah lewat sertifikat resmi intelnya. Alasan cukup mudah, yaitu pelacakan vampir juga pemburuan vampir.

"Bo, Amerio, Piko. Bantu gue angkat bocah tengil itu!" Ecrin mematikan mesin kemudian menghampiri tubuh seseorang yang ia ketahui sama persis dengan Farel.

"Oke ..." Jawab Amerio sebagai perwakilan. Baru saja hendak mendekat, ternyata itu bukan Farel, namun vampir tak bernyawa.

"Kayaknya kita masih harus nyusul lagi. Bisa aja dia tersesat!" Ecrin cepat-cepat menaiki dan menghidupkan kembali mesin diesel itu. Berbeda dengan dua sejoli, Amerio dan Piko yang kini merinding setelah melihat fenomena itu.

°°°°°

"Crystal! Di mana?" Panggil Meri lewat telepati yang langsung terhubung oleh Crystal, walau sedikit terhambat oleh tekanan air.

"Menyelam dua meter lagi, kami berenam menunggumu untuk segera mencari pil penyelamat!" Jawab Crystal. Meri menyelam lebih dalam secepat-cepatnya.

Wuushhh!

Meri dengan cekatan menghindar ke atas ketika sebuah tornado kuat hampir saja menghantam badannya. Ia juga terkejut melihat dua ekor duyung berpakaian khas kerajaan Griquett. Buru-buru ia memindahkan badannya di balik batu karang terdekat lalu memasang pendengaran tajamnya.

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now