Papa

197 39 2
                                    

"Pa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pa.. Papa?!"

Raya di ambang pintu, tercengang. tanpa mempersilahkan laki laki paruh baya di depannya untuk masuk, yang lebih jelas Raya sebut papa. Raya menelisik mata dari papanya itu, dilihatnya ada semburat rasa penyesalan terhadapnya.


"Raya.." Jenandra memanggil lirih, sangat lirih. seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya Sekarang ini, keduanya masih menatap, namun yang Jenandra temukan hanyalah tatapan kosong dan kekecewaan di mata Raya.

Padahal pagi tadi Raya baru membicarakan papanya itu, tapi tiba-tiba dia berdiri di depannya, di ambang pintu rumah yang semula tertutup rapat, karena dingin menyeruak hingga ruang tengah, tempat Raya berkumpul dengan Mama nya beberapa menit yang lalu.

Raya tersadar, menanyakan apa yang seharusnya dia tanyakan, "Papa ngapain kesini?" Nadanya sekarang dingin, dan sebisa mungkin tidak menatap netra coklat milik Papa nya. "Papa mau ketemu Raya, mau ketemu anak Papa." Raya tidak membalas. anak itu bahkan tidak pernah peduli seberapa lama dia tidak bertemu dengan Papanya. dia terlalu kecewa..

... Bahkan meski Rosa melarang untuk tidak dendam kepada siapapun, tapi 'maaf, Ma, kali ini aku gak bisa nurutin kemauan Mama'

"Masuk, Pa, aku panggilin Mama." Raya melangkahkan kakinya menuju ruang tengah.

Beberapa menit menunggu. Raya keluar kembali, kali ini dia bersama Rosa. seharusnya tidak secanggung ini—atau mungkin beberapa tahun yang lalu tidak secanggung ini, tapi justru ketiganya tak saling menatap, Raya yang sibuk dengan handphone, apa yang dia lakukan? dia hanya misuh misuh di lock account Twitter nya.

"Mau ketemu Raya? apa aku?" Akhirnya Rosa memecah keheningan, Raya melirik Mama sebentar, lalu kembali lagi dengan Handphone nya "Raya. Aku mau ngajak Raya jalan." Jenandra sedikit membenarkan kemeja telur asin yang ia kenakan. "Maaf, Pa, tapi Pr Raya banyak, belum di kerjain." Setelahnya Raya bangkit dan meninggalkan keduanya. "Kayaknya Raya masih belum bisa menerima aku lagi, ya?" Jenandra kembali bersuara.

"Raya sering mengalihkan pembicaraan kalo bahas soal kamu." Kalimat itu membuat Jenandra mendongak hanya untuk sekedar menatap Rosa tak percaya. "Memang nggak semudah itu nerima kamu kembali, apalagi waktu itu dia gak ngerti apa apa, sekarang Raya udah besar. dia tau mana yang setidaknya salah bagi dia."

Kalimat kalimat itu membuat pikiran nya terbawa kembali atas pertengkaran beberapa tahun yang lalu, "Aku menyesal pernah melakukan itu."

"Kalau menyesal itu pasti. Tapi apa penyesalan itu bisa membuat semuanya kembali? Nggak. Penyesalan tetap penyesalan."

Jakarta pagi ini menunjukkan pukul 08:45 pagi, dan disinilah Rosa, di dalam gedung perusahaan milik mantan suaminya, suara sepatu pantofel milik Rosa terdengar di seluruh loby gedung, anggun, cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta pagi ini menunjukkan pukul 08:45 pagi, dan disinilah Rosa, di dalam gedung perusahaan milik mantan suaminya, suara sepatu pantofel milik Rosa terdengar di seluruh loby gedung, anggun, cantik. Itu yang mereka tangkap dari seorang Rosa Anindita.
bodoh jika Jenandra menyia-nyiakan seseorang sepertinya.

Wanita itu berjalan menuju lift, menekan tombol menuju lantai yang dia akan tuju.

Ting!

"Tunggu sebentar!" Rosa buru buru menekan tombol stop, agar laki laki yang tengah berlari dari ujung loby itu bisa masuk dan mengejar meeting yang 10 menit lagi akan dimulai
"Huft terimakasih—ehh kamu.. yang waktu itu?" Rosa menatap bingung laki laki di depannya ini. "Ah.. yang mana, ya?" Laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya. "Kalo begitu kita kenalan aja, saya Jeffry Baskara salah satu investor dan rekan kerja pak Jenandra Wijaya." Rosa menyeritkan dahinya. "Oh iya.. salam kenal saya Rosa Anindita, brand ambassador Park Beauty."

"Rosa? Rosa mantan istrinya pak Jenandra Wijaya!?"

Rosa mengganguk malu, kok bisa tau batinnya.

"E-eh.. Maaf kalo saya mengingatkan lagi, bentar.. ini kartu nama saya siapa tau ada perlu." Rosa terkekeh dalam hati, bisa aja kalau modus.

Ting!

Pintu lift terbuka, berpas-pasan dengan Jenandra yang akan turun entah mau pergi kemana, sorot matanya sedikit tidak enak melihat keduanya dalam satu ruangan, sesempit lift.

"Ehem!" Jenan membatuk.

"Saya pergi duluan, ya, Pak Jeff." Rosa berlalu tak mau berurusan dengan dua orang di depannya itu, detik berikutnya Jenandra memandang Jeffry heran, "Anda kenapa gitu banget ngeliatin mantan istri saya?" Tanya nya dan membuat Jeffry sedikit tersentak, "gapapa cuma rasanya aneh kalau liat dia." jawabnya. "Hm? Kalau begitu boleh anda keluar saya mau meeting di kantor cabang satu jam lagi, harus buru buru." ucap Jenandra dengan nada datarnya.

Jeffrey sedikit menyingkir dari pintu lift. "Oh, maaf, kalau begitu saya permisi, mau bertemu pak Regan."

Jenandra menghela nafas dan menatap punggung lebar milik Jeffry Hingga pintu lift itu tertutup. "Harusnya memang dari dulu saya gak ninggalin anak istri saya."

baru sadar kesalahan mu itu salah Jenandra Wijaya?

-

"Loh Rosa? belum pulang?" Rosa tersentak akan kehadiran Jeffry, "oh belum, mobil saya kempes, emm kamu sendiri kenapa masih di kantor ini?" Jeffry ikut berjongkok memeriksa ban mobil milik Rosa. "Ada urusan sama Pak Regan. Ini.. ban kamu harus di bawa ke bengkel, kalau engga ya orang bengkel langganan saya, nanti saya suruh ke sini." Jeffry kembali berdiri. membersihkan tangannya yang sedikit kotor karena menyentuh ban mobil. "Maaf ngerepotin, kalau begitu saya mau pesen ojek online aja."

"E-eh, jangan!" sela Jeffry cepat, membuat Rosa sedikit bergidik takut. "Maksudnya.. Pulang sama saya aja," lanjutnya.

"Ehh engga usah, kita baru kenal masa saya udah ngerepotin aja."

"Udah gapapa, ayo naik. Nanti mobilnya biar jadi urusan saya." Rosa pasrah. Setelahnya mereka berdua berjalan menuju parkiran dimana mobil milik Jeffry terparkir.

Sementara di kantor setelah Jenandra kembali...

"Itu kenapa mobil Rosa di derek begitu?" tanya Jenandra pada sekertarisnya, pasalnya laki laki itu terkejut saat kembali ke kantornya, dia melihat mobil yang dia ketahui milik mantan istrinya itu di derek oleh mobil penderek. "Ohh tadi ban nya kempes, Pak."

"Terus Rosa pulangnya?"

"Di antar pak Jeffry mungkin, tadi saya lihat mereka ngobrol bareng di depan loby." Jenandra sedikit terkejut dengan jawaban dari sekertaris nya.

"Oh, yaudah makasih, lanjutkan pekerjaan kamu."

Gercep juga batinya.

A/N : Karena besok libur jadi aku kembali me-remake work ini!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/N : Karena besok libur jadi aku kembali me-remake work ini!!!

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang