|CHAPTER 26| HAK

20.3K 945 10
                                    

Haii!!🤗
Apa kabar men temen?!

Jangan lupa tinggalkan jejak!!

Tandai typo!!

⚠️Part mengandung sedikit unsur 18+!

Happy reading!! 🤗

~~

"Masuk gih," titah Narendra.

"Kamu ke kantor lagi?" tanya Anindya.

"Iya."

"Makan dulu yuk, ganti baju, masak ke kantor pake seragam."

"Gak keburu sayang."

"Ya udah sana berangkat. Jangan sampe kecapekan, jangan lupa makan," peringat Anindya.

"Siap bos. Sini cium dulu biar semangat." Narendra sambil menunjuk pipinya.

"Dih modus," cibir Anindya.

"Modus sama istri sendiri bolehlah." Mendengar itu Anindya langsung mencubit pinggang Narendra kencang.

"Aw aw sakit sayang. Bukanya dicium malah dicubit sih."

"Biarin salah sendiri ngeselin."

"Iya iya maaf. Aku berangkat dulu ya." Anindya hanya mengangguk.

"Yakin gak mau dicium dulu nih?" Anindya mengerucutkan bibirnya tapi tak ayal tetap mencium lembut pipi Narendra.

Cup..

Anindya mencium lembut pipi kanan Narendra.

"Satu nya?"

Cup..

Anindya kembali mencium pipi kiri Narendra.

"Dah," ucap Anindya.

"Yang ini?" Naren sambil menunjuk-nunjuk bibirnya.

"Iih Naren mah."

"Hahaha lucu banget sih kamuu."

Cup..

Dengan tiba-tiba Narendra mengecup lembut bibir ranum Anindya.

"Aku ke kantor dulu ya. Kamu baik-baik di rumah," ucap Narendra sambil mengelus lembut surai hitam Anindya.

Setelahnya Narendra pergi ke kantor menggunakan motor sport kesayangannya. Meninggalkan Anindya yang masih sibuk mematung karena serangan tiba-tiba dari Narendra.

Memang sudah lebih dari sebulan ini Narendra berkerja di kantor sang papi. Papi bilang buat latihan, karena mau tak mau perusahaan papi nanti akan jadi milik Narendra seorang.

Dan kalian jangan bayangkan jika Narendra bekerja sebagai CEO, direktur, atau apalah itu. Karena sebenarnya Narendra hanya di tugaskan sebagai pegawai biasa.

Papi tak sebodoh itu untuk bisa mempercayai anak SMA yang bahkan belum lulus untuk memegang perusahaannya.

~~

Jarum jam telah menunjuk ke angka delapan. Sedangkan Anindya masih setia dengan buku-bukunya di ruang tengah lantai bawah rumahnya sambil menunggu sang suami pulang dari kantor.

Ada rasa tak tenang menyelimuti hati Anindya, pasalnya tak biasa Narendra pulang selarut ini. Anindya segera menepis rasa khawatirnya lalu segera melanjutkan belajarnya.

Kurang dari satu bulan lagi ujian kelulusannya dimulai, itu sebabnya ia harus belajar dengan giat agar nilainya memuaskan dan dapat membanggakan kedua orangtuanya.

Suara motor yang sedari tadi Anindya tunggu tunggu pun datang juga. Anindya lalu bersiap di depan pintu menyambut sang suami yang baru saja pulang.

Ceklek..

ANINDYA [END]Where stories live. Discover now